** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/3/7/o2.htm Senin Pon, 7 Maret 2005 Artikel Sebaiknya dibuat suatu kriteria siapa-siapa saja yang urgen untuk mendapatkan bantuan, dan siapa saja yang bisa menunggu giliran berikutnya. Kriteria itu penting agar keputusan seleksi tidak sampai menimbulkan gejolak di masyarakat paling bawah. Oleh karena itu, proses seleksi seharusnya benar-benar dilakukan terbuka yang didasarkan oleh data lapangan yang seakurat mungkin. Merealisasikan Program untuk si Miskin Oleh I Nengah Suparta BERDASARKAN Survai Sosial Ekonomi Nasional tahun 2003, angka partisipasi murni (APM) pada jenjang SD, SMP, dan SMA berturut-turut adalah 92,6 persen, 63,5 persen, dan 40,6 persen. Berarti untuk jenjang SMP dan SMA, tingkat APM memberi indikasi bahwa bangsa ini masih harus berjuang keras untuk berupaya meningkatkan kuantitas partisipasi anak usia sekolah agar APM-nya mendekati persentase ideal. Hal ini utamanya akan terkait dengan upaya peningkatan akses pendidikan bagi anak usia sekolah dari keluarga rakyat miskin yang berjumlah masih berkisar 38,4 juta jiwa. Suatu pekerjaan yang tentu tidak ringan, apalagi jika diimbuhi oleh rendahnya komitmen para penyelenggara negara pada persoalan tersebut. Secara aturan di atas kertas, komitmen negara untuk mengatasi permasalahan rendahnya kemampuan sebagian masyarakat untuk membiayai pendidikan sesungguhnya sudah tampak. Hal ini terbukti dengan dicantumkannya persoalan penangulangan masalah krusial ini pada UUD '45 hasil amandemen, pada pasal 31 ayat 4. Akan tetapi sayang, UUD '45 ternyata bukanlah landasan konstitusi yang dapat memaksa pemerintah untuk melaksanakan amanatnya. Sehingga, yang kita temukan pada kenyataannya, alokasi APBN pada bidang pendidikan masih saja pada bilangan yang sangat jauh dari ketentuan. Ironisnya lagi, saban waktu biaya pendidikan semakin melambung tinggi tanpa mampu dikendalikan bahkan oleh pemerintah sekalipun, yang tentunya semakin memupuskan harapan si miskin untuk mampu menjamah dunia persekolahan yang layak baginya. Padahal, kita sadar betul bahwa pembangunan bangsa hanya akan dapat dicapai dengan optimal jika masyarakatnya melek ilmu pengetahuan, tidak mudah dibodohi karena kebodohannya. Ini hanya akan terjadi jika mereka mendapatkan pendidikan yang layak. Paradigma build nation build schools, tampaknya perlu diyel-yelkan lagi sehingga semua komponen bangsa terbangunkan kesadarannya bahwa pendidikan adalah kemutlakan untuk berkembangnya sebuah bangsa. Pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM) oleh pemerintah yang sementara masih mendapat reaksi keras oleh sejumlah komponen masyarakat. Memang sebagian dananya telah direncanakan sebagai dana kompensasi bagi rakyat miskin, khususnya untuk bidang pendidikan dan kesehatan. Walaupun pendanaan proses pendidikan seharusnya tidak mempersyaratkan naiknya harga BBM, tetapi daripada tidak mari kita syukuri bahwa pemerintah tampak telah mulai serius memikirkan pendidikan bangsanya. Agar alokasi dana kompensasi dari kenaikan harga BBM ini dapat benar-benar diterima oleh yang seharusnya mendapatkan, ada beberapa hal yang perlu dicermati oleh kita bersama. Akurasi Data Tidak sedikit kita menghadapi pengalaman bahwa jauh berbedanya fenomena lapangan dengan perencanaan di atas kertas. Acapkali rencana mulia yang tertuang di atas kertas berakhir dengan fakta yang tidak sesuai di lapangan. Ambil contoh program bantuan beras untuk rakyat miskin (raskin) misalnya. Di tingkat perencana ditetapkan bahwa rakyat miskin mempunyai jatah 20 kg/orang dengan harga Rp 1.000/kg. Akan tetapi di lapangan mereka hanya memperoleh 4 kg, dan dengan mark up harga. Bahkan, beberapa hari lalu kita disuguhi berita yang cukup memalukan (BP, 3/3) bahwa ada raskin yang dijual untuk membangun fasilitas desa. Ditemukan di lapangan ada beberapa desa yang melaporkan hanya sebagian kecil masyarakatnya yang sesungguhnya sebagai rakyat miskin. Mungkin hanya karena malu menanggung predikat sebagai pejabat di wilayah miskin atau mungkin hanya untuk mendapatkan predikat sebagai pemimpin yang berhasil karena dapat menurunkan angka kemiskinan. Padahal, begitu raskin turun ke lapangan, pejabatnya yang kemudian berinisiatif untuk membagi raskin termasuk kepada masyarakatnya yang tidak dilaporkan sebagai rakyat miskin. Jika dipandang sebagai wujud kebersamaan memang bagus. Tetapi, kenapa tidak dikumpulkan saja kekayaan seluruh masyarakatnya kemudian dibagi bersama-sama? Perlakuan sejumlah oknum pejabat yang ABS (asal bapak senang) model di atas untuk tujuan mendapatkan penghargaan, mudah-mudahan tidak lagi. Biarkanlah kita perlihatkan apa adanya. Jika malu sebagai pejabat di negeri miskin, buatlah si miskin jadi kaya, bukan lantas menjadikan sebaliknya semakin menderita. Seleksi Terbuka Dari dana kompensasi kenaikan harga BBM, pada bidang pendidikan yang dananya direncanakan terdistribusi dalam bentuk beasiswa, diperkirakan 9,6 juta anak kurang mampu usia sekolah yang akan dapat ditangani. Pada tahun 2003, setidaknya 1 dari 4 penduduk Indonesia termasuk miskin. Jika total penduduk Indonesia adalah sekitar 220 juta jiwa, maka berarti ada sekitar 60 juta jiwa saudara kita yang dalam kategori miskin. Artinya, apa yang sekarang sedang direncanakan pemerintah sangat mungkin belum dapat menjangkau semua rakyat miskin. Memang dibutuhkan cukup waktu untuk sampai ke situ. Yang jelas awal menuju ke arah itu telah dimulai. Dalam konteks ini sebaiknya dibuat suatu kriteria siapa-siapa saja yang urgen untuk mendapatkan bantuan, dan siapa saja yang bisa menunggu giliran berikutnya. Kriteria itu penting agar keputusan seleksi tidak sampai menimbulkan gejolak di masyarakat paling bawah. Oleh karena itu, proses seleksi seharusnya benar-benar dilakukan terbuka yang didasarkan oleh data lapangan yang seakurat mungkin. Pengawas Independen, Ketegasan Sanksi Jika kita mau jujur, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap para penyelenggara pemerintahan nampak belumlah cukup memadai. Masih sering ada kecurigaan dari masyarakat kepada aparat pemerintah, lebih-lebih yang terkait dengan pengelolaan keuangan. Hal ini wajar terjadi dalam kondisi bangsa yang masih berlabel tiga besar terkorup di dunia. Untuk mengantisipasi kemungkinan kebocoran dana atau tidak mengalirnya dana pada orang yang berhak, pengawasan dari suatu lembaga independen (nonpemerintah) sangatlah penting. Tidak hanya itu, aturan pun seyogianya diadakan sebagai landasan memberikan sanksi bagi siapa saja yang berbuat menyalahgunakan wewenangnya. Tentu kita tidak berharap bahwa perlakuan yang seharusnya diterima oleh mereka yang berhak tidak sesuai dengan alokasi yang sebenarnya. Pengalokasian Dana Bantuan kesehatan yang dialokasikan kepada rakyat miskin seyogianya bukanlah hanya akses berobat secara gratis, karena kesehatan sama sekali tidak identik dengan berobat. Berobat hanyalah salah satu bagian dari upaya memelihara kesehatan. Yang tak kalah pentingnya adalah bagaimana masyarakat bisa mendapatkan fasilitas sehat untuk upaya mencegah sakit. Pengetahuan akan kesehatan, kebutuhan nutrisi, kebutuhan lingkungan sehat, adalah bagian yang justru sangat penting bagi kesehatan bangsa. Sementara mengenai dana pendidikan bagi anak kurang mampu, seharusnya diserahkan langsung ke siswa bersangkutan melalui tabungan khusus yang dibuatkan untuk mereka. Perlu diperhatikan bahwa kebutuhan sekolah bukanlah hanya persoalan biaya sumbangan pendidikan atau ongkos ke sekolah. Sekali lagi, kebutuhan gisi siswa adalah juga bagian penting dalam upaya mencerdaskan bangsa. Selain itu, dengan memberikan langsung beasiswa ke siswa penerima dalam bentuk tabungan bisa merupakan pembelajaran bagi siswa tentang pentingnya menabung. Yang terpenting, pemberian langsung beasiswa ke siswa penerima dapat mengeliminasi kebocoran birokratis yang selama ini sering terjadi. Penulis, dosen di IKIP Negeri Singaraja, mengikuti program doktor di Belanda ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **