[list_indonesia] [ppiindia] Merealisasikan Program untuk si Miskin

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sun, 6 Mar 2005 20:30:34 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/3/7/o2.htm
Senin Pon, 7 Maret 2005
 Artikel


Sebaiknya dibuat suatu kriteria siapa-siapa saja yang urgen untuk 
mendapatkan bantuan, dan siapa saja yang bisa menunggu giliran berikutnya. 
Kriteria itu penting agar keputusan seleksi tidak sampai menimbulkan gejolak 
di masyarakat paling bawah. Oleh karena itu, proses seleksi seharusnya 
benar-benar dilakukan terbuka yang didasarkan oleh data lapangan yang 
seakurat mungkin.

Merealisasikan Program untuk si Miskin
Oleh I Nengah Suparta

BERDASARKAN Survai Sosial Ekonomi Nasional tahun 2003, angka partisipasi 
murni (APM) pada jenjang SD, SMP, dan SMA berturut-turut adalah 92,6 persen, 
63,5 persen, dan 40,6 persen. Berarti untuk jenjang SMP dan SMA, tingkat APM 
memberi indikasi bahwa bangsa ini masih harus berjuang keras untuk berupaya 
meningkatkan kuantitas partisipasi anak usia sekolah agar APM-nya mendekati 
persentase ideal. Hal ini utamanya akan terkait dengan upaya peningkatan 
akses pendidikan bagi anak usia sekolah dari keluarga rakyat miskin yang 
berjumlah masih berkisar 38,4 juta jiwa. Suatu pekerjaan yang tentu tidak 
ringan, apalagi jika diimbuhi oleh rendahnya komitmen para penyelenggara 
negara pada persoalan tersebut.



Secara aturan di atas kertas, komitmen negara untuk mengatasi permasalahan 
rendahnya kemampuan sebagian masyarakat untuk membiayai pendidikan 
sesungguhnya sudah tampak. Hal ini terbukti dengan dicantumkannya persoalan 
penangulangan masalah krusial ini pada UUD '45 hasil amandemen, pada pasal 
31 ayat 4. Akan tetapi sayang, UUD '45 ternyata bukanlah landasan konstitusi 
yang dapat memaksa pemerintah untuk melaksanakan amanatnya. Sehingga, yang 
kita temukan pada kenyataannya, alokasi APBN pada bidang pendidikan masih 
saja pada bilangan yang sangat jauh dari ketentuan. Ironisnya lagi, saban 
waktu biaya pendidikan semakin melambung tinggi tanpa mampu dikendalikan 
bahkan oleh pemerintah sekalipun, yang tentunya semakin memupuskan harapan 
si miskin untuk mampu menjamah dunia persekolahan yang layak baginya.

Padahal, kita sadar betul bahwa pembangunan bangsa hanya akan dapat dicapai 
dengan optimal jika masyarakatnya melek ilmu pengetahuan, tidak mudah 
dibodohi karena kebodohannya. Ini hanya akan terjadi jika mereka mendapatkan 
pendidikan yang layak.

Paradigma build nation build schools, tampaknya perlu diyel-yelkan lagi 
sehingga semua komponen bangsa terbangunkan kesadarannya bahwa pendidikan 
adalah kemutlakan untuk berkembangnya sebuah bangsa.

Pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM) oleh pemerintah yang sementara 
masih mendapat reaksi keras oleh sejumlah komponen masyarakat. Memang 
sebagian dananya telah direncanakan sebagai dana kompensasi bagi rakyat 
miskin, khususnya untuk bidang pendidikan dan kesehatan. Walaupun pendanaan 
proses pendidikan seharusnya tidak mempersyaratkan naiknya harga BBM, tetapi 
daripada tidak mari kita syukuri bahwa pemerintah tampak telah mulai serius 
memikirkan pendidikan bangsanya.

Agar alokasi dana kompensasi dari kenaikan harga BBM ini dapat benar-benar 
diterima oleh yang seharusnya mendapatkan, ada beberapa hal yang perlu 
dicermati oleh kita bersama.

Akurasi Data


Tidak sedikit kita menghadapi pengalaman bahwa jauh berbedanya fenomena 
lapangan dengan perencanaan di atas kertas. Acapkali rencana mulia yang 
tertuang di atas kertas berakhir dengan fakta yang tidak sesuai di lapangan. 
Ambil contoh program bantuan beras untuk rakyat miskin (raskin) misalnya. Di 
tingkat perencana ditetapkan bahwa rakyat miskin mempunyai jatah 20 kg/orang 
dengan harga Rp 1.000/kg. Akan tetapi di lapangan mereka hanya memperoleh 4 
kg, dan dengan mark up harga. Bahkan, beberapa hari lalu kita disuguhi 
berita yang cukup memalukan (BP, 3/3) bahwa ada raskin yang dijual untuk 
membangun fasilitas desa. Ditemukan di lapangan ada beberapa desa yang 
melaporkan hanya sebagian kecil masyarakatnya yang sesungguhnya sebagai 
rakyat miskin. Mungkin hanya karena malu menanggung predikat sebagai pejabat 
di wilayah miskin atau mungkin hanya untuk mendapatkan predikat sebagai 
pemimpin yang berhasil karena dapat menurunkan angka kemiskinan.

Padahal, begitu raskin turun ke lapangan, pejabatnya yang kemudian 
berinisiatif untuk membagi raskin termasuk  kepada masyarakatnya yang tidak 
dilaporkan sebagai rakyat miskin. Jika dipandang sebagai wujud kebersamaan 
memang bagus. Tetapi, kenapa tidak dikumpulkan saja kekayaan seluruh 
masyarakatnya kemudian dibagi bersama-sama?

Perlakuan sejumlah oknum pejabat yang ABS (asal bapak senang) model di atas 
untuk tujuan mendapatkan penghargaan,  mudah-mudahan tidak lagi. Biarkanlah 
kita perlihatkan apa adanya. Jika malu sebagai pejabat di negeri miskin, 
buatlah si miskin jadi kaya, bukan lantas menjadikan sebaliknya semakin 
menderita.


Seleksi Terbuka
Dari dana kompensasi kenaikan harga BBM, pada bidang pendidikan yang dananya 
direncanakan terdistribusi dalam bentuk beasiswa, diperkirakan 9,6 juta anak 
kurang mampu usia sekolah yang akan dapat ditangani.

Pada tahun 2003, setidaknya 1 dari 4 penduduk Indonesia termasuk miskin. 
Jika total penduduk Indonesia adalah sekitar 220 juta jiwa, maka berarti ada 
sekitar 60 juta jiwa saudara kita yang dalam kategori miskin. Artinya, apa 
yang sekarang sedang direncanakan pemerintah sangat mungkin belum dapat 
menjangkau semua rakyat miskin. Memang dibutuhkan cukup waktu untuk sampai 
ke situ. Yang jelas awal menuju ke arah itu telah dimulai.

Dalam konteks ini sebaiknya dibuat suatu kriteria siapa-siapa saja yang 
urgen untuk mendapatkan bantuan, dan siapa saja yang bisa menunggu giliran 
berikutnya. Kriteria itu penting agar keputusan seleksi tidak sampai 
menimbulkan gejolak di masyarakat paling bawah.

Oleh karena itu, proses seleksi seharusnya benar-benar dilakukan terbuka 
yang didasarkan oleh data lapangan yang seakurat mungkin.

Pengawas Independen,
Ketegasan Sanksi

Jika kita mau jujur, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap para 
penyelenggara pemerintahan nampak belumlah cukup memadai. Masih sering ada 
kecurigaan dari masyarakat kepada aparat pemerintah, lebih-lebih yang 
terkait dengan pengelolaan keuangan. Hal ini wajar terjadi dalam kondisi 
bangsa yang masih berlabel tiga besar terkorup di dunia. Untuk 
mengantisipasi kemungkinan kebocoran dana atau tidak mengalirnya dana pada 
orang yang berhak, pengawasan dari suatu lembaga independen (nonpemerintah) 
sangatlah penting. Tidak hanya itu, aturan pun seyogianya diadakan sebagai 
landasan memberikan sanksi bagi siapa saja yang berbuat menyalahgunakan 
wewenangnya. Tentu kita tidak berharap bahwa perlakuan yang seharusnya 
diterima oleh mereka yang berhak tidak sesuai dengan alokasi yang 
sebenarnya.


Pengalokasian Dana
Bantuan kesehatan yang dialokasikan kepada rakyat miskin seyogianya bukanlah 
hanya akses berobat secara gratis, karena kesehatan sama sekali tidak 
identik dengan berobat. Berobat hanyalah salah satu bagian dari upaya 
memelihara kesehatan. Yang tak kalah pentingnya adalah bagaimana masyarakat 
bisa mendapatkan fasilitas sehat untuk upaya mencegah sakit. Pengetahuan 
akan kesehatan, kebutuhan nutrisi, kebutuhan lingkungan sehat, adalah bagian 
yang justru sangat penting bagi kesehatan bangsa.

Sementara mengenai dana pendidikan bagi anak kurang mampu, seharusnya 
diserahkan langsung ke siswa bersangkutan melalui tabungan khusus yang 
dibuatkan untuk mereka. Perlu diperhatikan bahwa kebutuhan sekolah bukanlah 
hanya persoalan biaya sumbangan pendidikan atau ongkos ke sekolah. Sekali 
lagi, kebutuhan gisi siswa adalah juga bagian penting dalam upaya 
mencerdaskan bangsa. Selain itu, dengan memberikan langsung beasiswa ke 
siswa penerima dalam bentuk tabungan bisa merupakan pembelajaran bagi siswa 
tentang pentingnya menabung. Yang terpenting, pemberian langsung beasiswa ke 
siswa penerima dapat mengeliminasi kebocoran birokratis yang selama ini 
sering terjadi.
Penulis, dosen di IKIP Negeri Singaraja, mengikuti program doktor di Belanda 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Merealisasikan Program untuk si Miskin