[list_indonesia] [ppiindia] Korban Taktik-trik Perang Dingin yang Panas

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sun, 6 Mar 2005 20:20:11 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

http://www.harianbatampos.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=6681


Korban Taktik-trik Perang Dingin yang Panas
By redaksi
Sabtu, 12-Februari-2005, 22:23:31125 clicks

Tingkap (13)
Oleh A Kohar Ibrahim

Diperlukan kurang lebih 20 tahun untuk mensukseskan implementasi taktik-trik 
dalam rangka global strategi demi kepentingan ekonomi dan politk kaum 
nekolim pipinan AS di Indonesia. Dengan metoda « the rotten apple » « to 
kill of hope » yang selaras dengan « teori domino »nya. Sukses penumbangan 
rezim Orla Bung Karno dan pembasmian Komunis dan yang dianggap pengukutnya 
pun dijadikan model. Pola Jakarta. Yang kemudian diimplementasikan pula 
untuk Santiago, Chili tahun 1973.

Dalam acara tukar pikiran dengan pemuda-pemudi mahasiswa di Sprengelstrasse 
itu, timbul pertanyaan besar. Istimewa sekali sekitar kudeta militer yang 
berhasil di bawah komando Jenderal Suharto. Seperti soal penghancuran PKI 
yang begitu dahsyat dan cepat, padahal terkenal sebagai partai komunis 
terbesar di luar negara-negara « Blok Timur». Dengan anggotanya, dikabarkan 
sebanyak tiga setengah juta.

Dan berapa pula jumlah anggota organisasi-organisasi massa yang dinyatakan 
sebagai simpatisan partai yang terkenal paling terorganisasi dan berdisiplin 
tinggi itu ? Partai yang menganggap diri sebagai partai pelopor kaum pekerja 
? Sebagai partai revolusioner terdepan yang mendukung garis politik Presiden 
Sukarno?

Pertanyaan lainnya yang amat penting lagi genting adalah benarkah tudingan 
bahwa « PKI dalang G30S » ? Yang dengan anggota-anggotanya, anggota Gerwani 
dan Pemuda Rakyat melakukan pembunuhan terhadap 6 jenderal dan 1 perwira 
tinggi ? Selanjutnya menggelar pesta pornoaksi dan kebiadaban yang paling 
keji di Lubang Buaya ? Seperti berita-berita sensasional yang dilansir oleh 
TV dan koran-koran « Berita Yudha » dan « Angkatan Bersenjata » sejak awal 
Oktober 1965.

« Semua itu dusta belaka, » kata Bung Didi, ketika didesak oleh pertanyaan 
Luth yang penasaran sekali. « Mana mungkin kaum wanita sukarelawan dari 
Gerwani itu berani dan mampu melakukan penculikan sekian jenderal di waktu 
malam atau di pagi buta ? Lantas menyiksanya ? Lantas membunuhnya ? Lantas 
menyemplungkannya di sumur Lubang Buaya ? »

Ketika itu Bung Didi hanya bisa mengemukakan keyakinannya atas dasar logika 
pikiran yang sehat. Baru di kemudian hari, ada bahan yang lebih menjelaskan. 
Seperti antara lain yang diutarakan oleh Prof. Ben Anderson (Arena, 1997). 
Bahwa « pembunuhan yang terjadi di rumah jenderal-jenderal dilakukan oleh 
kesatuan dari Tjakrabirawa yang dipimpin langsung oleh letnan Dul Arief.. » 
Jenderal-jenderal yang terbunuh itu adalah Yani, Panjaitan dan Haryono. 
Sedangkan pembunuhan di Lubang Buaya atas diri jenderal-jenderal Parman, 
Suprapto dan Sutoyo serta letnan Tendean juga dilakukan oleh prajurit dari 
pasukan yang sama.

Alhasil, penculikan maupun pembunuhan ketujuh sosok yang kemudian disebut 
rezim Orba sebagai « Pahlawan Revolusi » itu semuanya dilakukan oleh kaum 
militer sendiri, bukan oleh kaum sipil - tidak dari PKI, Pemuda Rakyat pun 
tidak dari Gerwani.

« Semua pemberitaan mengenai Gerwani adalah fitnah yang dimulai oleh Suharto 
sendiri, » demikian pernyataan dari yang paling bersangkutan, tokoh Gerwani 
bernama Sulami. « segala kejahatan dan hujatan atas Gerwani adalah fitnahan 
dan kebohongan belaka. Kerna Gerwani didirikan untuk tujuan memajukan 
kehidupan kaum wanita. Tapi telah difitnah sebagai penjahat. Padahal yang 
mendirikan itu adalah wanita-wanita yang sudah berjuang sejak zaman Hindia 
Belanda, Jepang hingga zaman kemerdekaan. »

« Gambaran seperti pesta-pesta di Lubang Buaya itu isapan jempol » saja, 
kata mantan Menteri/Kepala Staf Angkatan Udara Republik Indonesia Omar Dani.

« Yang jelas, di situ tidak ada orang sipil satu pun, karena memang orang 
sipil dilarang masuk dan memang tidak ada. Itu kawasan militer, » ujar 
Buntoro, salah seorang Prajurit Tjakrabirawa yang dibawah pimpinan Sersan 
Mayor Satar menerima instruksi dari Letkol Untung « untuk mengambil para 
anggota Dewan Jenderal.

« Tubuh para jenderal itu tidak disayat-sayat, » kata Hendro Subroto, 
jurupotret satu-satunya yang dengan kameranya mengabadikan pengangkatan 
jenazah dari dalam sumur Lubang Buaya.

Tetapi pernyataan-pernyatan yang bersangkutan itu hanya baru bisa disiarkan 
secara leluasa tahun 2000-an oleh pers, seperti Tempo dan situs Syarikat 
Indonesia.. Karena selama 3 dasa warsa lebih mereka terbungkamkan. 
Terpenjarakan.

Mereka yang bersangkutan tidak bisa membela diri atau membantah. Karena 
sejak hari-hari awal Oktober 1965 kemerdekaan pers telah dirampas. 
Koran-koran kiri dan nasionalis kiri telah diberangus. Hanya pers yang 
dihegemoni kaum militer pimpinan Jenderal Suharto yang dengan gencar 
menyebarkan khabar. Khabar yang tidak benar. Khabar dusta. Khabar fitnah. 
Seperti pemberitaan koran Angkatan Bersenjata tentang nasib para jenderal 
dan perwira tinggi yang diculik lalu dibunuh oleh kaum militer sendiri tapi 
di-cap-kan kepada « PKI, Gerwani, Pemuda Rakyat ». « Korban dicungkil 
matanya. Ada yang dipotong alat kelaminnya dan banyak hal-hal lain yang sama 
sekali mengerikan dan di luar perikemanusiaan, » demikian tulis koran 
Angkatan Bersenjata tanggal 10 Oktober 1965.

Khabar-khabar sekitar « Gerakan 30 September 1965 » yang singkatannya segera 
dicantelkan dengan « PKI » hingga menjadi « G30S/PKI » itu tak setitikpun 
menunjukkan penerangan. Sebaliknyalah. Yang tersiar gencar adalah 
penggelapan. Untuk waktu yang lama. Di dalam maupun di luarnegeri.

Baru kemudian ada berkas kecerahan, lagi-lagi yang diungkapkan oleh Ben 
Anderson dari hasil studinya yang dimuat majalah Indonesia nomor 43, April 
1987. Dalam makalah berjudul « How did the generals die ? ».
Ketika melakukan studi atas beberapa kilo berkas-berkas Mahkamah Militer 
Luar Biasa, Ben Anderson menemukan laporan otopsi atas 7 jenazah korban « 
G30S ». Dokumen resmi otopsi itu ditanda-tangani oleh dokter-dokter 
Universitas Indonesia.

Mereka disuruh Suharto untuk mengadakan pemeriksaan mayat-mayat yang 
ditemukan di Lubang Buaya, » tegas Ben Anderson. « Jadi jelas sumbernya dari 
berkas yang diserahkan kepada kami oleh pemerintah Indonesia. Jadi ini sema 
sekali bukan barang palsu, tanda tangan semuanya ada di situ, dan laporannya 
cukup mendetail. »

Otopsi yang dilakukan atas perintah Jenderal Suharto dengan surat resmi yang 
ditandatanganinya sendiri itu selesai pada tanggal 5 Oktober 1965. Hasilnya 
menunjukkan tidak ada tanda-tanda penyiksaan apapun. Tidak ada pencukilan 
mata ataupun pemotongan kelamin mereka. Kecuali bukti adanya kelamin 4 mayat 
yang disunat dan 3 lainnya tanpa-sunat.

Namun demikian, tak ayal lagi taktik-trik the rotten apple dan to kill of 
hope terus diimplementasi oleh Jenderal Suharto dan kanca-konconya. Dengan 
terus melancarkan propaganda hitam secara gencar dan besar-besaran. Dengan 
terus menyebarkan dusta dan fitnahan seraya mengarahkan tudingan terhaedap 
« G30S/PKI ». Bahwa « PKI lah yang mendalangi Gerakan 30 September ». « PKI 
yang atheis » yang telah melakukan « penculikan, penyiksaan dan pembunuhan 
yang amat tak berperikemanusiaan » terhadap 6 jenderal dan 1 perwira ABRI.

Dengan dijalankannya mesin propaganda hitam oleh kekuatan militer pimpinan 
Jenderal maka kebencian dan kemarahan massa pun marak berkobar. Maka dengan 
itu memudahkan kolaborasi militer dengan massa yang teragitasi itu untuk 
bersama-sama melakukan aksi kekerasan. Sehingga, ketika berita-berita 
mengenai situasi yang buruk itu sampai ke telinga Presiden Sukarno, beliau 
merasa gusar dan memprotes adanya: « ..jenazah-jenazah dari Pemuda Rakyat, 
BTI, orang-orang PKI, atau simpatisan PKI disembelih, dibunuh, kemudian 
dibiarkan saja di pinggir jalan, di bawah pohon, di hanyutkan, dan tidak ada 
yang mengurusnya. »

Akan tetapi protes Bung Karno, seperti halnya pidato atau pesan-pesannya di 
sidang Paripurna Kabinet dalam bulan Desember dan selanjutnya, tidak 
digubris oleh kekuatan kaum militer yang telah memegang kekuasaan yang 
sesungguhnya. Selain menggunakan kekerasan senjata atau bedil - juga 
digunakan kekerasan berupa tuduh-fitnahan sewenang-wenang dengan senjata 
pers yang dihegemoninya. Hingga benar-benar menciptakan suasana teror yang 
berkepanjangan - sepertinya tanpa berkesudahan.

Setiap hari sepanjang hari, sepanjang minggu, sepanjang bulan dan seterusnya 
berbagai ragam dan cara aksi kekerasan di lakukan. Penyerbuan, perampokan, 
pembakaran rumah dan kantor-kantor PKI dan ormas yang dianggap ormasnya PKI 
atau sekedar diduga berafiliasi dengan partai itu terjadi di mana-mana. 
Bahkan lebih jauh dari itu. Selain penghancuran materiil, juga teriring 
penghancuran kejiwaan dan fisik manusia yang tiada taranya. Dari bayi sampai 
nenek-kakek jadi korban sasaran penghancuran kaum reaksioner. ***
 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give underprivileged students the materials they need to learn. 
Bring education to life by funding a specific classroom project.
http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts: