[list_indonesia] [ppiindia] Korban Taktik-trik Penghitaman

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sun, 6 Mar 2005 20:17:26 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

http://www.harianbatampos.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=6992

Korban Taktik-trik Penghitaman
By redaksi

Minggu, 20-Februari-2005, 00:06:3296 clicks

Tingkap 14
Oleh A Kohar Ibrahim

Adalah perlunya, suatu waktu di suatu tempat, seperti ketika bermukim di 
kawasan sisi barat Tembok Berlin untuk merekam hal ihwal dalam ingatan atau 
kah dalam baris-baris kata. Seperti terjalin di bawah :

Ibarat tukang sulap, prilaku manusia memperagakan yang merah yang putih 
sebagai yang hitam ; yang dihitamkan sebagai kambing hitam. Untuk 
kepentingan dijadikanlah korban. Sebagai tumbal penegakan singgasana 
kekuasaan.

Ibarat kata air yang tenang menghanyutkan. Bagaimana pula lautan yang 
menggelombang ? Riak-riak sang ombak rupanya bisa memuncak menggelegak 
berubah prahara. Jadi badai taufan. Menerjang serang. Menghancur lebur 
penghalang. Yang menghalang. Yang malang melintang.
Ibarat buah buahan runtuh. Terjatuh. Karena goyang goncangan. Karena matang 
ranum. Karena tertusuk membusuk. Karena ulat dari dalamnya sendiri.

Ibarat tesis lukis clear-obscur alias gelap-terang.
Terangnya benderang karena gelap kelam. Ibarat senyum insan manusiawi sarat 
pula senyum kesetanan. Sekali pun senyuman sang jenderal si tukang senyum. 
Selagi mampu membunuh tanpa mengeluh tanpa penyesalan atas korban jutaan 
jiwa manusia sebangsa.

Begitulah. Ketika melanjutkan tukar-pikiran dengan pemuda-pemudi mahasiswa 
di sebelah barat Tembok Berlin itu, kadang kala saya berandai-andai. 
Sekalipun yang dibicarakan bukanlah hal-ihwal yang diandai-andaikan, 
melainkan suatu kejadian yang faktual lagi aktual. Perihal Peristiwa 30 
September 1965 sebagai salah satu bukti dari rangkaian peristiwa penting 
lagi genting dalam maraknya Perang Dingin. Perang yang disebut-sebut sebagai 
peperangan antara Blok Barat lawan Blok Timur ; Dunia Kapitalis lawan Dunia 
Sosialis-Komunis.

Sudah kita ketahui, selain blok-blok yang masing-masing dipimpin oleh negara 
adikuasa AS-US itu saling berhadap-hadapan dalam persaingan senjata 
propaganda juga dalam perlombaan persenjataan yang mengobarkan peperangan 
itu sendiri. Masing-masing bersaing-lomba memperluas kawasan kekuasaan 
sekaligus lingkungan pengaruh politik demi taktik-trik global strateginya.
Sudah kita ketahui juga, bagi pihak Blok Barat yang dikepalai AS, sudah 
sejak awal mula memberlakukan taktik-trik dengan apa yang disebut-sebut 
sebagai the rotten apple , to kill of hope dan teori domino.

Untuk mencegah perluasan pengaruh atau kawasan lawan seraya mempeluas 
pengaruh dan kawasan teman. Juga untuk mencegah timbulnya semacam model 
alternatif dari model model Barat-Timur itu. Seperti yang 
diperjuang-upayakan oleh tokoh-tokoh Nasionalis kiri macam Bung Karno. Tokoh 
pejuang kemerdekaan sekaligus pembina bangsa Indonesia yang mendapat 
dukungan luas rakyat Indonesia, termasuk kaum komunis Indonesia.

Karena beliau pun memang mendukung Komunisme hidup berkembang di Indonesia. 
Sejak masa mudanya. Seperti juga dukungannya terhadap Islamisme. Terbuktikan 
dengan makalahnya yang masyhur berjudul Nasionalisme, Islam & Marxisme. Yang 
disiarkan Pikiran Rakyat dalam tahun 1932. Kemudian sikap pendiriannya 
dikukuhkan di depan Kongres ke-6 PKI, tahun 1959, dengan pidatonya berjudul 
Yo sanak yo kadang, malah yen mati aku sing kelangan (Ya saudara, ya 
keluarga, kalau mati saya ikut kehilangan).

Jika disimak dengan cermat maknanya baik yang tersurat maupun yang tersirat, 
maka jelaslah selain karena posisinya sebagai pembina bangsa, juga karena 
beliau sebagai politisi yang mengayomi garis politik Republik Indonesia. 
Maka dalam kesempatan itu dinyatakanlah secara terus terang :

Ya, saudara-saudara, barangkali sayalah satu-satunya Presiden sesuatu negara 
di dunia ini, negara yang bukan dinamakan negara Sosialis, yang menghadiri 
satu Kongres Parti Komunis. Nah, betapa tidak saudara-saudara ! Betapa tidak 
hendak saya hadiri, kan saudara-saudara juga orang Indonesia, 
pejuang-pejuang menentang imperialisme yang membela kemerdekaan
Indonesia ini. Saudara-saudara adalah utusan-utusan daripada sebagian Rakyat 
Indonesia, saudara-saudara adalah sama-sama orang-orang bangsa Indonesia. 
Malah saya akan berkata dalam bahasa Jawa, saudara-saudara itu yo kadang, yo 
sanak, malah yen mati aku sing kelangan.

Dan tatkala saya mengadakan perjalanan beberapa hari yang lalu ke Aceh, 
diikuti oleh beberapa dutabesar, jelas Presiden Sukarno lebih lanjut, dengan 
gembira saya melihat bahwa di mana-mana tempat, baik di daerah Aceh, maupun 
di daerah Riau, maupun di Kalimantan, PKI-lah salahsatu tenaga yang 
menyambut dengan baik dan konsekwen kembali kita kepada Undang-Undang Dasar 
45, dan menyambut dengan baik persatuan nasional itu dengan 
sehebat-hebatnya. Oleh karena itu, saudara-saudara, pantas saya mengucapkan 
penghargaan saya kepada Partai Komunis Indonesia di dalam hal ini.

Demikianlah percikan pikiran Bung Karno yang amat signifikan sebagai salah 
satu bukti sekaligus bahan kajian untuk memahami sejarah perjuangan bangsa 
Indonesia. Percikan pikiran semacam itu takkan diketemukan dalam halaman 
buku pelajaran sejarah susunan penguasa Orde Baru. Pun diharamkan oleh pers 
Orbais. Namun masih bisa disimak dalam dokumentasi tertentu, seperti dalam 
edisi Bintang Merah nomor September-Oktober 1959.

Sikap saling dukung mendukung dalam jejak langkah perjuangan selaras garis 
politik anti-imperialisme demi membela kemerdekaan Indonesia itu 
berkelanjutan secara konsisten. Seperti yang didemonstrasikan oleh Presiden 
Sukarno di depan rapat raksasa perayaan ultah ke-45 PKI Mei 1965 di Istana 
Olahraga Senayan Jakarta.

Pemahaman hal-ihwal tersebut akan mempermudah kita dalam upaya memahami 
sikap dan pendirian Bung Karno. Kenapa, bahkan setelah terjadi perubahan 
situasi dan kondisi politik secara drastis dengan terjadinya Peristiwa 30 
September teriring penghancuran sekaligus pelarangan PKI, ketika defakto 
kekuasaan politik berada dalam genggaman Jenderal Suharto, Bung Karno tetap 
konsekwen untuk tidak mengutuk PKI sebagai dalang G30S. Hanya untuk 
membuktikan perasaan dan pikirannya selaras baris-baris kata masyhurnya : yo 
sanak, yo kadang, malah yen mati aku sing kelangan ?

Benar-benarlah seperti tercatat dalam lembaran sejarah yang aktual lagi 
faktual, setelah PKI dan orsospol pendukung garis Bung Karno lainnya 
dihancur-binasakan secara politik sekaligus secara fisik pula, maka Presiden 
pertama Republik Indonesia itupun bukan hanya merasa kehilangan PKI tapi 
sekaligus juga mengalami nasib serupa. Kenapa ?

Tidak lain tidak bukan, kecuali dikarenakan memang justeru baik Bung Karno 
maupun PKI dan kaum nasionalis kiri lainnya sebagai sasaran tembakan kaum 
nekolim dalam maraknya Perang Dingin. Sebagai kekuatan yang harus 
dihancur-leburkan baik secara politik maupun fisik.

Daya-upaya penghancur-leburan itu dilakukan dengan menggunakan segala cara. 
Cara tipu-daya atau rekayasa. Secara munafik maupun pembangkangan 
terang-terangan. Secara diam-diam, sembunyi-sembunyi, gelap-gelapan maupun 
terang-terangan. Secara halus maupun secara kasar, bahkan yang paling biadab 
sekalipun !

Dari beragam variasi cara-cara itu, yang mencolok adalah penggunaan pers 
sebagai alat propaganda untuk membina opini umum yang membenarkan tindakan 
kaum penguasa di satu pihak. Di pihak lain untuk menuding lawan sebagai kaum 
yang berdosa. Sekalipun yang jadi sasaran tudingan tidak terbuktikan 
dosa-dosanya. Sekalipun isi tudingan itu dusta dan fitnah belaka.

Iya. Memang dalam kenyataannya, tudingan ke arah kekuatan lawan politik yang 
dipropagandakan penguasa militer sejak hari-hari pertama 1 Oktober 1965 itu 
tak lain tak bukan kecuali dusta dan fitnah belaka.

Mereka secara sewenang-wenang melancarkan tuduhan dalam kampanye propaganda 
demi kepentingan politik mereka dengan penyebaran dusta-fitnah. Menyatakan 
yang merah yang putih sebagai yang hitam. Dalam melakukan tindakan kontra 
revolusi akan tetapi menuding pihak lawan politik sebagai kontra revolusi. 
Dengan melakukan pembangkangan terhadap Presiden, Pemimpin Besar Revolusi, 
Panglima Tertinggi ABRI Soekarno. Untuk akhirnya dipreteli kekuasaannya, 
kekuatannya baik secara politik maupun fisik.

Akan tetapi, apapun dan bagaimanapun terjadi, dalam babak akhir kisah 
politiknya, ada butir kebenaran yang diutarakan oleh Bung Karno. Seperti 
dapat disimak dalam lampiran pidatonya berjudul Nawaksara (1966). 
Bahwasanya, beliau meyakini akan abadinya semangat perjuangan untuk 
kemerdekaan. Yang diayomi sepanjang hayatnya. Dan saya sadar sampai sekarang 
ini, the service of freedom is a deathless service, » tegas Bung Karno yang 
tidak mengenal habis, yang tidak mengenal akhir, tidak mengenal maut. Itu 
adalah urusan hati.

Kebenaran yang dinyatakan Bung Karno itu kebenaran hakiki. Seperti hakikinya 
pernyataan yang merah merah yang putih putih, bak Sangsaka Merah Putih. 
Sangat kontras dengan lawan politiknya yang melakukan kudeta demi penegakan 
Orde Baru. Yang dengan segala cara berdaya upaya untuk menghitamkannya. *** 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give underprivileged students the materials they need to learn. 
Bring education to life by funding a specific classroom project.
http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Korban Taktik-trik Penghitaman