** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** http://www.harianbatampos.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=6992 Korban Taktik-trik Penghitaman By redaksi Minggu, 20-Februari-2005, 00:06:3296 clicks Tingkap 14 Oleh A Kohar Ibrahim Adalah perlunya, suatu waktu di suatu tempat, seperti ketika bermukim di kawasan sisi barat Tembok Berlin untuk merekam hal ihwal dalam ingatan atau kah dalam baris-baris kata. Seperti terjalin di bawah : Ibarat tukang sulap, prilaku manusia memperagakan yang merah yang putih sebagai yang hitam ; yang dihitamkan sebagai kambing hitam. Untuk kepentingan dijadikanlah korban. Sebagai tumbal penegakan singgasana kekuasaan. Ibarat kata air yang tenang menghanyutkan. Bagaimana pula lautan yang menggelombang ? Riak-riak sang ombak rupanya bisa memuncak menggelegak berubah prahara. Jadi badai taufan. Menerjang serang. Menghancur lebur penghalang. Yang menghalang. Yang malang melintang. Ibarat buah buahan runtuh. Terjatuh. Karena goyang goncangan. Karena matang ranum. Karena tertusuk membusuk. Karena ulat dari dalamnya sendiri. Ibarat tesis lukis clear-obscur alias gelap-terang. Terangnya benderang karena gelap kelam. Ibarat senyum insan manusiawi sarat pula senyum kesetanan. Sekali pun senyuman sang jenderal si tukang senyum. Selagi mampu membunuh tanpa mengeluh tanpa penyesalan atas korban jutaan jiwa manusia sebangsa. Begitulah. Ketika melanjutkan tukar-pikiran dengan pemuda-pemudi mahasiswa di sebelah barat Tembok Berlin itu, kadang kala saya berandai-andai. Sekalipun yang dibicarakan bukanlah hal-ihwal yang diandai-andaikan, melainkan suatu kejadian yang faktual lagi aktual. Perihal Peristiwa 30 September 1965 sebagai salah satu bukti dari rangkaian peristiwa penting lagi genting dalam maraknya Perang Dingin. Perang yang disebut-sebut sebagai peperangan antara Blok Barat lawan Blok Timur ; Dunia Kapitalis lawan Dunia Sosialis-Komunis. Sudah kita ketahui, selain blok-blok yang masing-masing dipimpin oleh negara adikuasa AS-US itu saling berhadap-hadapan dalam persaingan senjata propaganda juga dalam perlombaan persenjataan yang mengobarkan peperangan itu sendiri. Masing-masing bersaing-lomba memperluas kawasan kekuasaan sekaligus lingkungan pengaruh politik demi taktik-trik global strateginya. Sudah kita ketahui juga, bagi pihak Blok Barat yang dikepalai AS, sudah sejak awal mula memberlakukan taktik-trik dengan apa yang disebut-sebut sebagai the rotten apple , to kill of hope dan teori domino. Untuk mencegah perluasan pengaruh atau kawasan lawan seraya mempeluas pengaruh dan kawasan teman. Juga untuk mencegah timbulnya semacam model alternatif dari model model Barat-Timur itu. Seperti yang diperjuang-upayakan oleh tokoh-tokoh Nasionalis kiri macam Bung Karno. Tokoh pejuang kemerdekaan sekaligus pembina bangsa Indonesia yang mendapat dukungan luas rakyat Indonesia, termasuk kaum komunis Indonesia. Karena beliau pun memang mendukung Komunisme hidup berkembang di Indonesia. Sejak masa mudanya. Seperti juga dukungannya terhadap Islamisme. Terbuktikan dengan makalahnya yang masyhur berjudul Nasionalisme, Islam & Marxisme. Yang disiarkan Pikiran Rakyat dalam tahun 1932. Kemudian sikap pendiriannya dikukuhkan di depan Kongres ke-6 PKI, tahun 1959, dengan pidatonya berjudul Yo sanak yo kadang, malah yen mati aku sing kelangan (Ya saudara, ya keluarga, kalau mati saya ikut kehilangan). Jika disimak dengan cermat maknanya baik yang tersurat maupun yang tersirat, maka jelaslah selain karena posisinya sebagai pembina bangsa, juga karena beliau sebagai politisi yang mengayomi garis politik Republik Indonesia. Maka dalam kesempatan itu dinyatakanlah secara terus terang : Ya, saudara-saudara, barangkali sayalah satu-satunya Presiden sesuatu negara di dunia ini, negara yang bukan dinamakan negara Sosialis, yang menghadiri satu Kongres Parti Komunis. Nah, betapa tidak saudara-saudara ! Betapa tidak hendak saya hadiri, kan saudara-saudara juga orang Indonesia, pejuang-pejuang menentang imperialisme yang membela kemerdekaan Indonesia ini. Saudara-saudara adalah utusan-utusan daripada sebagian Rakyat Indonesia, saudara-saudara adalah sama-sama orang-orang bangsa Indonesia. Malah saya akan berkata dalam bahasa Jawa, saudara-saudara itu yo kadang, yo sanak, malah yen mati aku sing kelangan. Dan tatkala saya mengadakan perjalanan beberapa hari yang lalu ke Aceh, diikuti oleh beberapa dutabesar, jelas Presiden Sukarno lebih lanjut, dengan gembira saya melihat bahwa di mana-mana tempat, baik di daerah Aceh, maupun di daerah Riau, maupun di Kalimantan, PKI-lah salahsatu tenaga yang menyambut dengan baik dan konsekwen kembali kita kepada Undang-Undang Dasar 45, dan menyambut dengan baik persatuan nasional itu dengan sehebat-hebatnya. Oleh karena itu, saudara-saudara, pantas saya mengucapkan penghargaan saya kepada Partai Komunis Indonesia di dalam hal ini. Demikianlah percikan pikiran Bung Karno yang amat signifikan sebagai salah satu bukti sekaligus bahan kajian untuk memahami sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Percikan pikiran semacam itu takkan diketemukan dalam halaman buku pelajaran sejarah susunan penguasa Orde Baru. Pun diharamkan oleh pers Orbais. Namun masih bisa disimak dalam dokumentasi tertentu, seperti dalam edisi Bintang Merah nomor September-Oktober 1959. Sikap saling dukung mendukung dalam jejak langkah perjuangan selaras garis politik anti-imperialisme demi membela kemerdekaan Indonesia itu berkelanjutan secara konsisten. Seperti yang didemonstrasikan oleh Presiden Sukarno di depan rapat raksasa perayaan ultah ke-45 PKI Mei 1965 di Istana Olahraga Senayan Jakarta. Pemahaman hal-ihwal tersebut akan mempermudah kita dalam upaya memahami sikap dan pendirian Bung Karno. Kenapa, bahkan setelah terjadi perubahan situasi dan kondisi politik secara drastis dengan terjadinya Peristiwa 30 September teriring penghancuran sekaligus pelarangan PKI, ketika defakto kekuasaan politik berada dalam genggaman Jenderal Suharto, Bung Karno tetap konsekwen untuk tidak mengutuk PKI sebagai dalang G30S. Hanya untuk membuktikan perasaan dan pikirannya selaras baris-baris kata masyhurnya : yo sanak, yo kadang, malah yen mati aku sing kelangan ? Benar-benarlah seperti tercatat dalam lembaran sejarah yang aktual lagi faktual, setelah PKI dan orsospol pendukung garis Bung Karno lainnya dihancur-binasakan secara politik sekaligus secara fisik pula, maka Presiden pertama Republik Indonesia itupun bukan hanya merasa kehilangan PKI tapi sekaligus juga mengalami nasib serupa. Kenapa ? Tidak lain tidak bukan, kecuali dikarenakan memang justeru baik Bung Karno maupun PKI dan kaum nasionalis kiri lainnya sebagai sasaran tembakan kaum nekolim dalam maraknya Perang Dingin. Sebagai kekuatan yang harus dihancur-leburkan baik secara politik maupun fisik. Daya-upaya penghancur-leburan itu dilakukan dengan menggunakan segala cara. Cara tipu-daya atau rekayasa. Secara munafik maupun pembangkangan terang-terangan. Secara diam-diam, sembunyi-sembunyi, gelap-gelapan maupun terang-terangan. Secara halus maupun secara kasar, bahkan yang paling biadab sekalipun ! Dari beragam variasi cara-cara itu, yang mencolok adalah penggunaan pers sebagai alat propaganda untuk membina opini umum yang membenarkan tindakan kaum penguasa di satu pihak. Di pihak lain untuk menuding lawan sebagai kaum yang berdosa. Sekalipun yang jadi sasaran tudingan tidak terbuktikan dosa-dosanya. Sekalipun isi tudingan itu dusta dan fitnah belaka. Iya. Memang dalam kenyataannya, tudingan ke arah kekuatan lawan politik yang dipropagandakan penguasa militer sejak hari-hari pertama 1 Oktober 1965 itu tak lain tak bukan kecuali dusta dan fitnah belaka. Mereka secara sewenang-wenang melancarkan tuduhan dalam kampanye propaganda demi kepentingan politik mereka dengan penyebaran dusta-fitnah. Menyatakan yang merah yang putih sebagai yang hitam. Dalam melakukan tindakan kontra revolusi akan tetapi menuding pihak lawan politik sebagai kontra revolusi. Dengan melakukan pembangkangan terhadap Presiden, Pemimpin Besar Revolusi, Panglima Tertinggi ABRI Soekarno. Untuk akhirnya dipreteli kekuasaannya, kekuatannya baik secara politik maupun fisik. Akan tetapi, apapun dan bagaimanapun terjadi, dalam babak akhir kisah politiknya, ada butir kebenaran yang diutarakan oleh Bung Karno. Seperti dapat disimak dalam lampiran pidatonya berjudul Nawaksara (1966). Bahwasanya, beliau meyakini akan abadinya semangat perjuangan untuk kemerdekaan. Yang diayomi sepanjang hayatnya. Dan saya sadar sampai sekarang ini, the service of freedom is a deathless service, » tegas Bung Karno yang tidak mengenal habis, yang tidak mengenal akhir, tidak mengenal maut. Itu adalah urusan hati. Kebenaran yang dinyatakan Bung Karno itu kebenaran hakiki. Seperti hakikinya pernyataan yang merah merah yang putih putih, bak Sangsaka Merah Putih. Sangat kontras dengan lawan politiknya yang melakukan kudeta demi penegakan Orde Baru. Yang dengan segala cara berdaya upaya untuk menghitamkannya. *** ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to life by funding a specific classroom project. http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **