[list_indonesia] [ppiindia] Sasaran Penghancuran di Jalan Damai

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sun, 6 Mar 2005 20:13:17 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

http://www.harianbatampos.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=7536


Sasaran Penghancuran di Jalan Damai
By redaksi
Minggu, 06-Maret-2005, 00:22:1138 clicks
Tingkap
Oleh: A kohar Ibrahim

Golongan-golongan masyarakat manusia Indonesia yang dijadikan sasaran untuk 
dirampok lalu dihancurkan itu memang jelas sekali keberadaannya. Karena 
mereka terorganisir dalam orsospol yang legal, jelas terbuka dan sah.

Jadi untuk menemukan atau menjemputnya pun gampang saja. Terutama sekali 
mereka yang sebagai aktivis, kader atau tokoh dan pemimpin terkemukanya. 
Semuanya terdaftar di lembaga-lembaga swasta maupun pemerintahan.

RINGKAS kata, mereka itu - kaum komunis dan kaum demokrat pendukung garis 
politik Presiden Sukarno - mudah sekali untuk ditemukan dan dijadikan 
sasaran pihak lawan politiknya. Apalagi dengan adanya daftar susunan lembaga 
intelijen yang paling ingin mensukseskan taktik-trik global strategi AS. 
Yakni CIA yang menyampaikan daftar sejumlah 5.000 nama lawan politik untuk 
dibereskan!

''PKI partai legal maka aktivitasnya juga secara legal itu wajar,'' ujar 
Luth menanggapi opini Bung Didi tentang legalisme yang diimplementasi partai 
politik yang disebut-sebut sebagai partai pelopor kaum buruh macam PKI itu. 
Disusul pertanyaan: ''Tapi partai pelopor yang besar lagi berdisiplin tinggi 
kenapa begitu mudah dihancurkan?''

''Iya. Kenapa tidak ada perlawanan yang selayaknya sebagai partai 
revolusioner?'' ujar Françoise menambahkan. ''Kabarnya berkeanggotaan 
3.500.000 orang.''

Selagi yang ditanya merenung seperti lagi bingung, Elke mencoba menyajikan 
pertimbangan: ''Tapi penghancurnya militer. ''

''Serangan lawan politik pun nampak begitu cepat dan sigap. Seperti sudah 
direncanakan jauh-jauh hari,'' ujar Françoise lagi, menambahkan: ''Pembunuhan 
terhadap pemimpin teras seperti Aidit itu bukan tanpa perhitungan yang 
masak. Penghancuran partai itu dengan memenggal kepalanya lebih dulu!''

Bung Didi beberapa saat terdiam. Seperti dirajam kebingungan lantaran 
pertanyaan yang nampaknya wajar namun begitu tajam mencengkam. Saya sendiri 
juga diam. Sekalipun di telinga terngiang-ngiang suara orang-orang yang 
berkesempatan lolos dari kejaran militer dan sampai ke mancanegara. Istimewa 
sekali sejumlah pemuda-pemudi dari Medan yang sempat berjumpa dengan kami 
selagi masih bermukim di Nanking.

Sebagai saksi mata, mereka mengutarakan kisah kekejaman sadistis dilakukan 
militer dan gerombolan massa yang dikomandoinya. Sasaran mereka bukan saja 
orang dewasa, melainkan anak-anak sampai orang tua-tua. Lelaki dan 
perempuan. Yang lagi kebingungan tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Yang 
lagi ketakutan lantaran menerima tuduhan teriring ancaman fisik yang 
menyakitkan bahkan mematikan. Suasana teror semacam itu kemudian diketahui 
oleh banyak orang, baik disampaikan secara bisik berbisik, lisan maupun 
tulisan. Seperti dari orang-orang semacam Mohamad Munir. Di kemudian hari, 
oleh sastrawan seperti Pramoedya Ananata Toer. Dan seperti dalam baris-baris 
karya tulis berupa puisi karya penyair HR Bandaharo berjudul ''Cerita'' dan 
''Dosa Apa''.

ada cerita datang/putra - putri tanahair bermatian/mayat-mayat 
bergelimpangan di jalanan/atau berhanyutan di sungai-sungai//untuk apakah 
semua kematian ini/harus menimpa tanahair?/mereka yang mati tiada 
mengetahui// hati jadi hitam karena dihasut/dan membunuh jadi kebajikan/yang 
mati adalah yang dihasut/yang membunuh adalah yang 
dihasut/penghasut-penghasut dianggap pahlawan/putra-putri tanahair 
bermatian/begitu cerita datang/ketika musim hujan sudah mulai/dan flamboyan 
merah mengembang...(Dosa)

kelam menyungkup alam/laksana langit terhempas ke bumi/bintang-bintang pudar 
bertaburan/besi dan besi berlaga, memercikkan api//kelam menyusupi 
kalbu/setiap orang meraba tanpa pedoman/berkeliaran tanpa tuju/dalam suatu 
arak-arakan/buta mata - tuli telinga//putra-putri agustus terseret ke 
belakang kawat-duri/membawa hati penuh tanya/tentang dosa apa dan dosa 
siapa//lalu menyerahlah siapa yang menyerah/karena rela menerima 
sendiri/dosa tak pernah diperbuat/ tercoret kening, tertampar pipi...(Dosa 
Apa)

Kedua sajak penyair yang tergolong Pujangga Baru kelahiran Medan 1917 itu 
ditulisnya selagi berada dalam periode tawanan politik Orde Baru, baru 
disiarkan oleh Inkultra 1981. Kiranya isi yang tersurat dan tersiratnya 
cukuplah melukiskan keadaan yang bermakna untuk dimaknai selayaknya. Tentang 
orang-orang tak berdosa yang jadi korban hasutan teriring penindasan dengan 
kekerasan bersenjata. Tentang orang-orang yang berkeliaran dan kehilangan 
pedoman hingga buta mata, buta hati. Lantaran disiplin dan ketergantungan 
serta ketaatan yang luarbiasa pada sang Pemimpin. Baik kepada pimpinan 
Nasional maupun pimpinan Partai, terutama sekali DN Aidit sebagai Ketuanya.

Ketika digariskan agar jangan terprovokasi dan menghindari segala aksi yang 
bisa mengobarkan perang saudara demi memelihara persatuan dan kesatuan 
nasional, merekapun mentaatinya semata-mata. Dan sekalipun penghancuran yang 
dilakukan kaum reaksioner sudah berkobar menjalar, mereka pun tak melakukan 
perlawanan. Karena menunggu petunjuk lebih lanjut dari sang pimpinan. Namun 
yang ditunggu-tunggu tak kunjung tiba. Karena pimpinan dan sang Pemimpin 
telah tiada. Disirna-tiadakan secepat kilat secara rahasia oleh sang 
Penguasa baru. Orde Baru. Kerahasiaan yang cukup lama dijaga.

Setelah 15 tahun kemudian, seperti berita yang dilansir koran Kompas 5 
Oktober 1980, umum mengetahui siapa tentara yang jadi algojo untuk 
melikuidasi DN Aidit. Hal ihwal ini diangkat pula oleh pakar Belanda 
Professor WF Wertheim dalam makalahnya mengungkap ''Sejarah Tahun 65 Yang 
Terselubung''(1990).

Atas perintah dari Jenderal Suharto, Kolonel Jassir Hadibroto telah 
melakukan pembunuhan atas Ketua CC PKI DN Aidit tanpa keputusan pengadilan. 
''Dengan jalan demikian,'' menurut Wertheim, ''Aidit tidak bisa membela diri 
di depan sidang pengadilan, dan karenanya pula penguasa dengan leluasa dapat 
menyiarkan 'pengakuan' Aidit yang palsu. Itulah akibat dari legalisme dan 
kultus individu,'' demikian suara Bung Didi dalam upaya memberikan alasan 
teoritis ketika kami bertukar pikiran dengan para pemuda mahasiswa di 
Sprengelstrasse, di kawasan sebelah barat Tembok Berlin itu.

Argumentasi yang diutarakan oleh Bung Didi itu tentunya berangkat dari 
pengenalannya akan kalangan pimpinan PKI dan garis politik yang dibawakannya 
selama ini. Yakni garis menempuh jalan damai atau parlementerisme.

Akan tetapi, ada segi lainnya yang begitu tegas seperti yang dinyatakan oleh 
Ben Anderson dalam menjawab kenapa tidak ada perlawanan dari orang PKI. 
Yakni: ''Karena mereka tidak punya senjata!''
Posisi PKI sebagai kekuatan utama yang jadi sasaran penghancuran, memang 
jelas terbuka sekali di garis perjuangan jalan damai. Sekalipun besar lagi 
terorganisir dan berdisiplin serta ketaatan luarbiasa kepada atasan. Tapi 
justru karena itulah dan pula karena tak seperti Mao Zedong dan Ho Chi-minh, 
DN Aidit tidak memiliki kekuatan bersenjata. Maka dengan cepat dihancurkan 
oleh kaum penindas bersenjata. ***
 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources 
often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today!
http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Sasaran Penghancuran di Jalan Damai