** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** http://www.harianbatampos.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=7536 Sasaran Penghancuran di Jalan Damai By redaksi Minggu, 06-Maret-2005, 00:22:1138 clicks Tingkap Oleh: A kohar Ibrahim Golongan-golongan masyarakat manusia Indonesia yang dijadikan sasaran untuk dirampok lalu dihancurkan itu memang jelas sekali keberadaannya. Karena mereka terorganisir dalam orsospol yang legal, jelas terbuka dan sah. Jadi untuk menemukan atau menjemputnya pun gampang saja. Terutama sekali mereka yang sebagai aktivis, kader atau tokoh dan pemimpin terkemukanya. Semuanya terdaftar di lembaga-lembaga swasta maupun pemerintahan. RINGKAS kata, mereka itu - kaum komunis dan kaum demokrat pendukung garis politik Presiden Sukarno - mudah sekali untuk ditemukan dan dijadikan sasaran pihak lawan politiknya. Apalagi dengan adanya daftar susunan lembaga intelijen yang paling ingin mensukseskan taktik-trik global strategi AS. Yakni CIA yang menyampaikan daftar sejumlah 5.000 nama lawan politik untuk dibereskan! ''PKI partai legal maka aktivitasnya juga secara legal itu wajar,'' ujar Luth menanggapi opini Bung Didi tentang legalisme yang diimplementasi partai politik yang disebut-sebut sebagai partai pelopor kaum buruh macam PKI itu. Disusul pertanyaan: ''Tapi partai pelopor yang besar lagi berdisiplin tinggi kenapa begitu mudah dihancurkan?'' ''Iya. Kenapa tidak ada perlawanan yang selayaknya sebagai partai revolusioner?'' ujar Françoise menambahkan. ''Kabarnya berkeanggotaan 3.500.000 orang.'' Selagi yang ditanya merenung seperti lagi bingung, Elke mencoba menyajikan pertimbangan: ''Tapi penghancurnya militer. '' ''Serangan lawan politik pun nampak begitu cepat dan sigap. Seperti sudah direncanakan jauh-jauh hari,'' ujar Françoise lagi, menambahkan: ''Pembunuhan terhadap pemimpin teras seperti Aidit itu bukan tanpa perhitungan yang masak. Penghancuran partai itu dengan memenggal kepalanya lebih dulu!'' Bung Didi beberapa saat terdiam. Seperti dirajam kebingungan lantaran pertanyaan yang nampaknya wajar namun begitu tajam mencengkam. Saya sendiri juga diam. Sekalipun di telinga terngiang-ngiang suara orang-orang yang berkesempatan lolos dari kejaran militer dan sampai ke mancanegara. Istimewa sekali sejumlah pemuda-pemudi dari Medan yang sempat berjumpa dengan kami selagi masih bermukim di Nanking. Sebagai saksi mata, mereka mengutarakan kisah kekejaman sadistis dilakukan militer dan gerombolan massa yang dikomandoinya. Sasaran mereka bukan saja orang dewasa, melainkan anak-anak sampai orang tua-tua. Lelaki dan perempuan. Yang lagi kebingungan tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Yang lagi ketakutan lantaran menerima tuduhan teriring ancaman fisik yang menyakitkan bahkan mematikan. Suasana teror semacam itu kemudian diketahui oleh banyak orang, baik disampaikan secara bisik berbisik, lisan maupun tulisan. Seperti dari orang-orang semacam Mohamad Munir. Di kemudian hari, oleh sastrawan seperti Pramoedya Ananata Toer. Dan seperti dalam baris-baris karya tulis berupa puisi karya penyair HR Bandaharo berjudul ''Cerita'' dan ''Dosa Apa''. ada cerita datang/putra - putri tanahair bermatian/mayat-mayat bergelimpangan di jalanan/atau berhanyutan di sungai-sungai//untuk apakah semua kematian ini/harus menimpa tanahair?/mereka yang mati tiada mengetahui// hati jadi hitam karena dihasut/dan membunuh jadi kebajikan/yang mati adalah yang dihasut/yang membunuh adalah yang dihasut/penghasut-penghasut dianggap pahlawan/putra-putri tanahair bermatian/begitu cerita datang/ketika musim hujan sudah mulai/dan flamboyan merah mengembang...(Dosa) kelam menyungkup alam/laksana langit terhempas ke bumi/bintang-bintang pudar bertaburan/besi dan besi berlaga, memercikkan api//kelam menyusupi kalbu/setiap orang meraba tanpa pedoman/berkeliaran tanpa tuju/dalam suatu arak-arakan/buta mata - tuli telinga//putra-putri agustus terseret ke belakang kawat-duri/membawa hati penuh tanya/tentang dosa apa dan dosa siapa//lalu menyerahlah siapa yang menyerah/karena rela menerima sendiri/dosa tak pernah diperbuat/ tercoret kening, tertampar pipi...(Dosa Apa) Kedua sajak penyair yang tergolong Pujangga Baru kelahiran Medan 1917 itu ditulisnya selagi berada dalam periode tawanan politik Orde Baru, baru disiarkan oleh Inkultra 1981. Kiranya isi yang tersurat dan tersiratnya cukuplah melukiskan keadaan yang bermakna untuk dimaknai selayaknya. Tentang orang-orang tak berdosa yang jadi korban hasutan teriring penindasan dengan kekerasan bersenjata. Tentang orang-orang yang berkeliaran dan kehilangan pedoman hingga buta mata, buta hati. Lantaran disiplin dan ketergantungan serta ketaatan yang luarbiasa pada sang Pemimpin. Baik kepada pimpinan Nasional maupun pimpinan Partai, terutama sekali DN Aidit sebagai Ketuanya. Ketika digariskan agar jangan terprovokasi dan menghindari segala aksi yang bisa mengobarkan perang saudara demi memelihara persatuan dan kesatuan nasional, merekapun mentaatinya semata-mata. Dan sekalipun penghancuran yang dilakukan kaum reaksioner sudah berkobar menjalar, mereka pun tak melakukan perlawanan. Karena menunggu petunjuk lebih lanjut dari sang pimpinan. Namun yang ditunggu-tunggu tak kunjung tiba. Karena pimpinan dan sang Pemimpin telah tiada. Disirna-tiadakan secepat kilat secara rahasia oleh sang Penguasa baru. Orde Baru. Kerahasiaan yang cukup lama dijaga. Setelah 15 tahun kemudian, seperti berita yang dilansir koran Kompas 5 Oktober 1980, umum mengetahui siapa tentara yang jadi algojo untuk melikuidasi DN Aidit. Hal ihwal ini diangkat pula oleh pakar Belanda Professor WF Wertheim dalam makalahnya mengungkap ''Sejarah Tahun 65 Yang Terselubung''(1990). Atas perintah dari Jenderal Suharto, Kolonel Jassir Hadibroto telah melakukan pembunuhan atas Ketua CC PKI DN Aidit tanpa keputusan pengadilan. ''Dengan jalan demikian,'' menurut Wertheim, ''Aidit tidak bisa membela diri di depan sidang pengadilan, dan karenanya pula penguasa dengan leluasa dapat menyiarkan 'pengakuan' Aidit yang palsu. Itulah akibat dari legalisme dan kultus individu,'' demikian suara Bung Didi dalam upaya memberikan alasan teoritis ketika kami bertukar pikiran dengan para pemuda mahasiswa di Sprengelstrasse, di kawasan sebelah barat Tembok Berlin itu. Argumentasi yang diutarakan oleh Bung Didi itu tentunya berangkat dari pengenalannya akan kalangan pimpinan PKI dan garis politik yang dibawakannya selama ini. Yakni garis menempuh jalan damai atau parlementerisme. Akan tetapi, ada segi lainnya yang begitu tegas seperti yang dinyatakan oleh Ben Anderson dalam menjawab kenapa tidak ada perlawanan dari orang PKI. Yakni: ''Karena mereka tidak punya senjata!'' Posisi PKI sebagai kekuatan utama yang jadi sasaran penghancuran, memang jelas terbuka sekali di garis perjuangan jalan damai. Sekalipun besar lagi terorganisir dan berdisiplin serta ketaatan luarbiasa kepada atasan. Tapi justru karena itulah dan pula karena tak seperti Mao Zedong dan Ho Chi-minh, DN Aidit tidak memiliki kekuatan bersenjata. Maka dengan cepat dihancurkan oleh kaum penindas bersenjata. *** ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today! http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **