[list_indonesia] [ppiindia] Kocaknya Bangsa Kita

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Fri, 4 Mar 2005 22:42:46 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0503/05/opini/1580625.htm

Sabtu, 05 Maret 2005

Kocaknya Bangsa Kita
Oleh Handrawan Nadesul

SIAPA bilang bangsa kita tidak kocak. Dominasi program lawak di televisi 
menunjukkan, bangsa kita gemar membanyol. Ketika dunia berlomba mengejar 
inventor hi-tech yang naik pesat, tingkat partisipasi korupsi kita-menurut 
koran-sudah sampai kelurahan. Kata seorang profesor, "Wong bisa dan 
kesempatannya cuma itu!"

Tetangga sebelah bilang, ihwal perkara miring, kita memang nomor satu. 
Sekian puluh tahun kita rajin memelihara wabah demam berdarah, misalnya. 
Kocaknya, keluarga korban demam berdarah yang tak tertolong masih ada yang 
tidak gusar. Padahal, rakyat Belanda yang knalpot mobilnya rusak gara-gara 
pemerintah membiarkan jalan jeglok saja mencak- mencak menuntut ganti rugi.

Pernah juga mendengar kisah seorang sopir taksi asal Sumatera Utara yang 
bergurau kepada penumpangnya berceloteh, "Kayak di Bosnia saza," ketika 
melintasi jalan raya berlubang di Ibu Kota, yang pajak mobilnya tertinggi di 
Indonesia, tetapi aspalnya sudah bagai kubangan kerbau.

Mungkin di situ enaknya (maaf) menggembala rakyat Indonesia. Selain rasa 
humornya tinggi, mereka susah marah, pandai tersenyum, mudah trenyuh, dan 
gampang menangis. Jika ada satu-dua rakyat yang terbilang vokal, tentu bukan 
mewarisi genetika politik bangsa kita yang cenderung memilih suka nrimo.

Namun satu hal harus diakui, bangsa kita mudah curiga, bersyak-wasangka, dan 
lekas tersinggung. Kata seorang sosiolog, boleh jadi karena wujud kekocakan 
karakter biar miskin asal sombong. Kocaknya, benci kepada orangnya, tetapi 
mau menerima sumbangannya.

Pernah pula menyaksikan sekian banyak penumpang bus luar kota yang sudi 
duduk di lantai bus padahal membayar ongkos penuh. Atau mereka tak marah 
diturunkan seenaknya di tengah jalan sebelum tiba ke tujuan dan mereka masih 
tertawa. Kita mafhum, boleh jadi karena sejak bayi bangsa kita selain rajin 
diajak tersenyum, juga belajar pandai tertawa.

MELIHAT gejala seperti itu seorang psikolog bilang, mungkin itu sebabnya 
mengapa bangsa kita tergolong tahan banting. Dari muda mereka terbiasa hidup 
berdampingan secara damai dengan tekanan, krisis, konflik, dan frustrasi. 
Daya tahan stresnya menjadi kokoh. Oleh karena itu, boleh jadi dalam 
menghadapi tiap kematian sia-sia, atau mati konyol anggota keluarga 
sekalipun, mereka terlihat masih tegar tanpa gusar.

Sejelek-jelek layanan publik yang pernah dialami, masih ada pihak yang 
mereka sanjung. Penderitaan dan kesusahan jelas-jelas mereka alami karena 
human error, masih disangka God's decision.

Tengok mereka yang bergelantungan di bus kota tiap hari, tanpa berpendingin 
merayap di jalan macet, dan macetnya akibat buatan manusia dan ulah 
penguasa. Atau, beratnya menempuh buruknya jalan desa, tetapi mereka tabah 
menerima. Padahal, setelah lebih dari setengah abad merdeka, sudah 
selayaknya semua kesusahan itu tak mereka alami. Namun kocaknya, bagi 
mereka, semua itu bukan masalah. Tampaknya, dalam urusan badan, mereka boleh 
lelah dan letih, juga boleh nyeri, asal hati tetap ayem mereka tak mudah 
menjadi berang.

Asalkan tidak sengaja menusuk hati, bangsa kita enak diajak bergaul. Turis 
asing senang datang ke negeri kita bisa jadi salah satunya karena dalam 
serba kekurangan bangsa kita masih bertegur sapa dan tulus tersenyum. 
Sutradara film mungkin melihatnya sebagai sebuah puisi. Masih ada senyuman 
tulus di balik kegetiran hidup. Bagi setiap filsuf, potret itu juga sebuah 
kekocakan hidup.

DI negeri orang lain, warga terantuk batu saja sudah berteriak keras. 
Kocaknya bangsa kita, meski sudah lama terinjak, mungkin diinjak, masih saja 
mesem yang tidak dibuat-buat ala Mr Bean. Mesemnya menggendong ketegaran 
hidup. Jika sampai marah, mereka menyampaikan dengan santun.

Bangsa lain mungkin sudah menjerit, bangsa kita menahan rasa perih pedih 
kehidupan tanpa mengaduh. Perhatian kecil dari penguasa membuat rakyat 
sumringah-nya luar biasa. Apalagi jika sampai bisa membuat mereka kecukupan 
makan tiap hari. Kocaknya pula, bangsa kita masih sering takut kepada polisi 
kendati tidak bersalah. Masih tetap menaruh hormat kepada pamong, kendati 
proyek jalan desa dikorupsi dan sawah dibiarkan puso.

Kita ingin menyitir gejala orang-orang di negara sosialis, yang saking 
beratnya hidup, tanpa boleh berontak dan mengaduh sehingga yang muncul 
ungkapan satir dan gereget humor sebagai katarsis. Dari situ ada 
tangkai-tangkai humanisme yang mungkin terpetik. Kalau di sana, misalnya, 
tumbuh fenomena sosial "Mati Ketawa Cara Rusia", rasanya bukannya 
dibuat-buat bila di sini ada pula spesies hidup berbangsa dengan kekocakan 
karakter "Mati Ketawa Cara Indonesia".
Handrawan Nadesul Dokter, Penulis Puisi 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Kocaknya Bangsa Kita