** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** Suara Karya Pencabutan Subsidi BBM dan Kesejahteraan Nelayan Oleh Suhana Sabtu, (05-03-'05) Genderang kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak) telah ditabuhkan oleh pemerintah dan sejak 1 Maret pemerintah secara resmi menaikkan harga BBM sebesar 29 persen. Kenaikan BBM tersebut dipicu oleh tahapan pencabutan subsidi BBM oleh pemerintah. Padahal sebelumnya berbagai tuntutan komponen masyarakat, termasuk nelayan, agar pemerintah tidak jadi mencabut subsidi BBM terus berlangsung di setiap daerah. Pasalnya, menurut penilaian masyarakat, dengan dicabutnya subsidi BBM tersebut akan berpengaruh terhadap peningkatan harga-harga kebutuhan pokok lainnya, misalnya, para nelayan akan kembali terbebani oleh biaya melaut yang sangat besar. Oleh sebab itu, tidak heran apabila di berbagai wilayah pesisir, banyak di antara para nelayan menolak pencabutan subsidi BBM itu karena dapat dipastikan akan berdampak terhadap kenaikan harga BBM itu sendiri dan harga kebutuhan pokok lainnya. Namun demikian walaupun tuntutan penolakan pencabutan subsidi BBM oleh berbagai komponen masyarakat, termasuk nelayan dan mahasiswa terus berlangsung, pemerintah tetap tidak bergeming untuk mencabut subsidi BBM tersebut. Pemerintah tetap berkeyakinan bahwa dengan dicabutnya subsidi BBM maka kesejahteraan masyarakat, termasuk nelayan akan semakin meningkat. Pasalnya, dana yang selama ini dipakai untuk mensubsidi BBM tersebut akan disalurkan ke bidang lainnya seperti pendidikan dan kesehatan. Menurut cacatan Bappenas (2004), lebih dari 84 persen dana subsidi BBM yang selama ini diberikan pemerintah dinikmati oleh kelompok masyarakat menengah ke atas. Sementara hanya sekitar 16 persen saja dari subsidi BBM tersebut, yang dapat dinimati oleh kelompok masyarakat miskin dan termiskin. Padahal selama ini pemerintah menerapkan kebijakan memberikan subsidi BBM tersebut dimaksudkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin. Namun ternyata di lapangan, harapan pemerintah tersebut tidak dapat terwujudkan dengan baik. Namun demikian pertanyaannya sekarang, apakah ada jaminan bahwa dengan dicabutnya subsidi BBM tersebut dapat mensejahterakan masyarakat miskin khususnya nelayan? Tinjauan Ekonomi Mikro Kalau kita telaah secara ekonomi mikro memang kebijakan pemerintah tersebut sangat dapat dimengerti. Dalam teori ekonomi mikro ada yang dikenal dengan teori Pareto yang menjelaskan tentang tiga jenis tingkatan kesejahteraan, yaitu pertama pareto optimal. Dalam tingkatan pareto optimal terjadinya peningkatan kesejahteraan seseorang atau kelompok pasti akan mengurangi kesejahteraan orang atau kelompok lain. Kedua, pareto non optimal. Dalam kondisi pareto non-optimal terjadinya kesejahteraan seseorang tidak akan mengurangi kesejahteraan orang lain. Ketiga, pareto superior. Dalam kondisi pareto superior terjadinya peningkatan kesejahteraan seseorang tidak akan mengurangi kesejahteraan tertinggi dari orang lain. Menurut teori pareto tersebut, ketika kondisi kesejahteraan masyarakat sudah mencapai pada kondisi pareto optimal maka tidak ada lagi kebijakan pemerintah yang dapat dilakukan. Kalau kita lihat kondisi Indonesia tingkatan kesejahteraan masyarakat sudah mencapai kondisi pareto optimal. Hal ini bisa dibuktikan dengan rencana pencabutan subsidi BBM. Dengan dicabutnya subsidi BBM tersebut maka akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat kecil yang jumlahnya relatif lebih banyak. Namun di samping itu juga dengan dicabutnya subsidi BBM tersebut akan mengurangi kesejahteraan masyarakat yang mampu, yang jumlahnya relatif lebih sedikit. Dalam teori pareto kebijakan pencabutan subsidi BBM tersebut tidak dimungkinkan dilakukan oleh pemerintah karena akan mengurangi kesejahteraan kelompok masyarakat menengah keatas. Namun demikian dalam teori Kaldor-Hicks kebijakan tersebut bisa saja dilakukan oleh pemerintah dengan syarat jumlah penduduk masyarakat miskin lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk masyarakat kaya. Dengan demikian secara teori ekonomi, kebijakan pemerintah tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Lalu pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana teori yang menerangkan bahwa pencabutan subsidi BBM dapat mensejahterakan nelayan? Kesejahteraan menurut teori ekonomi mikro terletak tidak hanya pada besarnya keuntungan yang didapat dari suatu hasil tangkapan nelayan. Tetapi juga dapat dilihat dari besarnya biaya yang harus ditanggung oleh nelayan dalam menyekolahkan anaknya dan besarnya biaya untuk pengobatan anggota keluarganya, termasuk para nelayan itu sendiri. Artinya, jika biaya pendidikan anak nelayan dan kesehatan keluarga nelayan tersebut gratis seperti yang dijanjikan oleh pemerintah maka kesejaheraan nelayan pun akan dengan sendirinya mengalami peningkatan. Karena dana yang tadinya digunakan untuk biaya pendidikan anaknya dan biaya pengobatan keluarganya dapat dipergunakan untuk keperluan yang lainnya, misalnya, tambahan modal untuk membeli BBM yang mengalami peningkatan. Namun demikian dalam jangka pendek naiknya harga BBM secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap menurunnya jumlah nelayan yang siap melaut. Hal ini disebabkan oleh banyaknya nelayan yang belum mampu untuk menyesuaikan terhadap kenaikan harga BBM tersebut. Diperparah lagi di sebagain besar tempat pendaratan ikan nelayan kecil belum memiliki Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Padahal Departemen Kelautan dan Perikanan sebelumnya telah berjanji akan membangun sekitar 1.500 lebih SPBU di TPI-TPI nelayan kecil. Tetapi dalam program 100 hari Menteri Kelautan dan Perikanan (Men-KP) tidak tercermin adanya keseriusan MenKP dalam membangun SPBU nelayan tersebut. Menurunnya jumlah nelayan yang dapat melaut tersebut akan berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan nelayan dan akhirnya akan berpengaruh terhadap menurunnya supply ikan di pasar. Secara teori ekonomi dengan menurunnya supply ikan di pasar tersebut maka akan berpengaruh terhadap kenaikan harga ikan itu sendiri. Namun demikian keuntungan yang didapatkan oleh nelayan dari kenaikan harga ikan tersebut diperkirakan tidak akan berpengaruh terlalu besar karena biaya melautnya pun mengalami peningkatan. Dalam perjalan waktu lebih lanjut, membaiknya harga ikan tersebut secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap gairah nelayan untuk meningkatkan hasil tangkapannya. Selain itu juga nelayan-nelayan yang tadinya berhenti melaut akan kembali termotivasi untuk kembali melaut. Dengan demikian jumlah nelayan yang dapat melaut akan kembali meningkat serta akan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah supply ikan di pasar. Untuk menghindari terjadinya penurunan harga ikan di pasar pemerintah harus dapat mengantisipasinya dengan cepat dan tepat. Misalnya saat ini hendaknya pemerintah dapat menyediakan coldstorade di seluruh tempat pendaratan ikan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kegagalan pasar hasil tangkapan ikan tersebut. Langkah Komprehensif Untuk melaksanakan kebijakan pencabutan BBM secara cepat dan tepat tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Oleh sebab itu untuk memaksimalkan terlaksanakan harapan pemerintah tersebut maka hendaknya pemerintah mempersiapkan langkah-langkah yang komprehensif. Hal ini dimaksudkan agar penyaluran dana subsidi BBM tersebut kepada bidang pendidikan dan kesehatan dapat berjalan dengan cepat dan tepat. Sehingga berbagai gejolak dimasyarakat pun dapat terhindari secara cepat dan tepat. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam pengalihan dana subsidi BBM kepada bidang pendidikan dan kesehatan, yaitu pertama, dana subsidi BBM tersebut hendaknya tidak 100 persen diserahkan untuk pengembangan bidang pendidikan dan kesehatan. Artinya harus ada sebagian kecil dari dana tersebut yang dialokasikan untuk dana abadi (super fund). Di negara-negara maju seperti Amerika dan Jepang dana-dana yang tadinya digunakan untuk subsidi tersebut dialihkan untuk pengembangan sektor lain sekitar 80 persen dan 20 persen lainnya digunakan untuk dana abadi tersebut. Dana abadi tersebut akan digunakan ketika terjadi bencana yang maha dahsyat, seperti bencana alam (Simanjuntak, 2005). Dengan demikian apabila kita mengambil contoh dari pengalaman negara-negara maju tersebut maka dana subsidi BBM yang mencapai Rp 63 triliun (2004) tersebut hendaknya hanya sekitar 80 persen saja yang dapat disalurkan untuk pengembangan pendidikan dan kesehatan. Sedangkan 20 persennya digunakan sebagai dana abadi masyarakat yang digunakan ketika terjadi bencana-bencana yang maha dahsyat seperti tsunami dan lain sebagainya. Kedua, mempercepat pemberantasan KKN di seluruh sektor yang ada di Indonesia. Hal ini selain untuk menghindari keragu-raguan masyarakat terhadap pengelolaan dana 20 persen tersebut juga sebagai upaya pemerintah menunjukan keseriusannya dalam mensejahterakan masyarakat. Karena seperti kita ketahui bahwa KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme) di Indonesia saat ini sudah berada dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan. Ketiga, pengembangan program-program ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin, khususnya nelayan. Pengembangan program tersebut juga hendaknya dapat dilakukan dengan cara pendekatan potensi lokal dan berkelanjutan. Artinya, jangan sampai pengembangan program ekonomi tersebut hanya berlangsung sesaat saja. Oleh sebab itu adanya kerjasama seluruh stakeholders kelautan akan menjadi kunci keberlangsungan program tersebut. Pemerintah hendaknya dalam pengembangan program ekonomi tersebut dapat mengambil pelajaran dari program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP) yang berkangsung dalam beberapa tahun terakhir. Program PEMP yang dibiayai oleh dana kompensasi BBM tersebut menunjukan adanya kegagalan hampir disebagian besar wilayah yang melaksanakan program tersebut. Di akhir tulisan ini penulis kembali menegaskan bahwa kebijakan pemerintah untuk mencabut subsidi BBM sudah tidak dapat dibendung lagi. Oleh sebab itu, hendaknya semua komponen masyarakat terus mengawasi janji pemerintah dalam melakukan penyaluran dana subsidi BBM tersebut kepada sektor lain, seperti pendidikan, kesehatan, infrasturktur dan lain sebagainya. Tanpa adanya kontrol yang kuat dari seluruh komponen masyarakat, termasuk media masa, dikhawatirkan implementasi janji-janji pemerintah tersebut jauh di luar kehendak kita semua. *** (Penulis adalah pemerhati masalah kelautan nasional peserta Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika Pasca-sarjana IPB). [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for anyone who cares about public education! http://us.click.yahoo.com/O.5XsA/8WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **