[list_indonesia] [ppiindia] Ibn Rushd dan Proyek Pencerahan Islam

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Tue, 8 Mar 2005 11:06:17 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

http://islamlib.com/id/index.php?page=3Darticle&id=3D771

Ibn Rushd dan Proyek Pencerahan Islam
Tanggal dimuat: 4/3/2005


Ibnu Rushd dikenal sebagai peletak tonggak pemikiran Islam progresif. Ia se=
lalu mendengungkan perihal pentingnya rasionalisme, tradisi kritik, semarak=
 berijtihad, dan sebagainya. Dalam kerangka itu, Ibnu Rushd telah menyusun =
sebuah karya intelektual yang monumental, seperti Tahafut al-Tahafut, Fashl=
 al-Maqal, Bidayah al-Mujtahid, dan sebagainya. Proyek pencerahan yang dila=
kukannya ternyata membuahkan hasil. Eropa dan dunia Islam yang lain membang=
kit kembali. Kalau gerakan averoisme terus terjadi bahkan cenderung menguat=
 di Barat, maka aktivitas berijtihad mulai ramai di Timur termasuk Indonesi=
a.
Ibnu Rushd dikenal sebagai peletak tonggak pemikiran Islam progresif. Ia se=
lalu mendengungkan perihal pentingnya rasionalisme, tradisi kritik, semarak=
 berijtihad, dan sebagainya. Dalam kerangka itu, Ibnu Rushd telah menyusun =
sebuah karya intelektual yang monumental, seperti Tahafut al-Tahafut, Fashl=
 al-Maqal, Bidayah al-Mujtahid, dan sebagainya. Proyek pencerahan yang dila=
kukannya ternyata membuahkan hasil. Eropa dan dunia Islam yang lain membang=
kit kembali. Kalau gerakan averoisme terus terjadi bahkan cenderung menguat=
 di Barat, maka aktivitas berijtihad mulai ramai di Timur termasuk Indonesi=
a. Sesi ini kiranya akan memperbincangkan sejumlah pemikiran dan proyek pen=
cerahan Ibnu Rushd. Sebelum diskusi dimulai, kita akan disuguhi dengan taya=
ngan film Destiny karya Jousef Chahine yang mengisahkan sisi-sisi perjalana=
n intelektual Ibnu Rushd.=20

Berikut adalah makalah yang telah telah ditulis pembicara untuk bahan kajia=
n pada diskusi ini. Transkrip lengkap diskusi akan kami sajikan di website =
ini secepatnya setelah melalui penyuntingan. Terima kasih.

http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0503/02/Bentara/1592602.htm

      Rabu, 02 Maret 2005=20=20
=20=20=20=20=20
=20=20=20=20=20
=20=20=20=20=20

      "Sapere Aude!"
      Ibn Rushd, Kant, dan Proyek Pencerahan Islam=20


      Luthfi Assyaukanie=20

      SEJARAH pemikiran dan filsafat Barat kerap menganggap Immanuel Kant (=
wafat:1804) sebagai puncak era Pencerahan yang terjadi di Eropa pada abad k=
e-18. Era Pencerahan sendiri merupakan puncak gelombang perubahan besar Rev=
olusi (dalam bidang sains), Renaisans (seni dan filsafat), dan Reformasi (a=
gama) yang terjadi pada abad ke-15 dan ke-16. Pada gilirannya, gelombang pe=
rubahan besar ini merupakan dampak langsung dari berbagai pengaruh dan inte=
raksi budaya dan ilmu pengetahuan yang terjadi sepanjang abad ke-13 dan ke-=
14. Salah satu sumber yang memberikan pengaruh sangat besar bagi perubahan =
di Eropa adalah ilmu pengetahuan dan pemikiran filsafat yang datang dari du=
nia Islam.

      TULISAN ini ingin menyoroti salah satu tokoh penting filsuf Muslim ya=
ng memberi kontribusi sangat besar bagi gerakan Renaisans dan Pencerahan di=
 Eropa. Ibn Rushd atau Averroes (wafat: 1198) adalah inspirasi bagi gerakan=
 Renaisans awal di Eropa. Ia memainkan peranan penting dalam mempromosikan =
independensi akal-pikiran, doktrin yang oleh Immanuel Kant kemudian diangga=
p sebagai inti dari Aufkl=E4rung "pencerahan".

      Apa itu pencerahan?=20

      Era Pencerahan dianggap sebagai sebuah masa ketika manusia Eropa-para=
 intelektual dan filsuf-berusaha mewujudkan sebuah sistem pengetahuan, etik=
a, dan estetika yang sepenuhnya dibangun berdasarkan rasionalitas yang terc=
erahkan. Upaya ini merupakan sebuah respons yang benih-benihnya telah disem=
ai oleh para tokoh Renaisans dan Reformasi abad ke-15 dan ke-16. Kaum ensik=
lopedis seperti Diderot dan Voltaire meyakini bahwa ilmu pengetahuan dan pe=
ndidikan adalah cara terbaik mengatasi keyakinan-keyakinan akan mitos, takh=
ayul, dan kebodohan. Para aktivis Pencerahan kerap memandang diri mereka se=
bagai intelektual bebas yang mendorong dunia ke arah kemajuan dan perubahan=
 yang lebih baik.

      Dalam artikelnya berjudul Was ist Aufkl=E4rung? (Apakah Itu Penceraha=
n?), Immanuel Kant, tokoh penting Pencerahan itu, memberi definisi sangat j=
elas. Pada hematnya, pencerahan adalah: keluarnya manusia dari ketidakmatan=
gan yang diciptakannya sendiri. Sedangkan ketidakmatangan adalah ketidakmam=
puan seseorang menggunakan akal-pikirannya tanpa bantuan orang lain. Ketida=
kmatangan semacam ini terjadi bukan karena kurangnya daya pikir, tetapi kar=
ena kurangnya determinasi dan keberanian menggunakan pemahaman sendiri. Mot=
o pencerahan, dengan demikian, adalah Sapere aude! Beranilah menggunakan pe=
mahaman sendiri! (Kant, What is Enlightenment?, 1990).=20

      Dari definisi ini kita melihat bahwa Kant menganggap pencerahan bukan=
 semata-mata kondisi intelektual di mana seseorang merasa terbebaskan berpi=
kir dan bertindak, tetapi yang terpenting adalah bahwa pencerahan itu berar=
ti kematangan berpikir dan sanggup melakukannya sendiri tanpa bantuan orang=
 lain. Yang dimaksud "bantuan orang lain" di sini adalah penggunaan otorita=
s luar secara berlebihan sehingga menghalangi seseorang berpikir independen=
. Inti pencerahan bukanlah pemikiran itu sendiri, tetapi bagaimana seseoran=
g berani menggunakan akal-pikirannya (sapere aude!).

      Seperti bisa dilihat, selain menekankan pada kata keluarnya (ausgang)=
, Kant juga memberi penekanan pada ketidakmatangan (unm=FCndigkeit) serta d=
eterminasi dan keberanian (entschlie=DFung und mut) yang merefleksikan dua =
karakter berbeda dari sifat manusia. Penggunaan akal bebas ditekankan sebes=
ar-besarnya yang oleh Kant kemudian diberikan prasyarat tambahan: keberania=
n.

      Menurut saya, prasyarat tambahan ini lebih penting dari kualitas akal=
-pikiran sendiri. Tanpa keberanian, akal-pikiran menjadi kurang berguna kar=
ena ia akan menjadi agen pelestari dari otoritas pemikiran mapan. Dalam pen=
cerahan, yang lebih penting adalah bagaimana manusia mampu memelihara indep=
endensi akal-pikirannya dan mampu mengontrol dirinya dari pengaruh pemikira=
n yang datang dari luar nalarnya. Pengaruh pemikiran luar tak hanya sebatas=
 pandangan atau ide partikular saja, tetapi juga-dan ini saya kira yang leb=
ih penting-sistem pemikiran yang melembaga dalam institusi publik seperti a=
gama dan negara.

      Ibn Rushd dan pencerahan

      Ibn Rushd adalah model bagi independensi akal-pikiran sekaligus model=
 bagi keberanian berpikir, khususnya dalam melawan pemikiran yang terlembag=
a dalam institusi agama. Keberaniannya mengkritik kemapanan otoritas agama =
menginspirasi orang-orang Eropa abad ke-13 dan ke-14 melakukan hal yang sam=
a kepada kuasa gereja yang saat itu mendominasi hampir seluruh aspek kehidu=
pan mereka.

      Ibn Rushd adalah pemikir yang berusaha menghidupkan tradisi pemikiran=
 bebas dalam pengertian yang kemudian dikembangkan para filsuf pencerahan d=
i Eropa. Ia dilahirkan dan dibesarkan di Cordova, sebuah dinasti Islam di S=
panyol. Ia hidup di penghujung "era keemasan Islam", sekitar satu abad sebe=
lum Baghdad jatuh (1258) atau empat abad sebelum Granada, benteng terakhir =
umat Islam di Spanyol, runtuh (1492).

      Ibn Rushd hidup di tengah kecenderungan kaum Muslim yang semakin anti=
pati terhadap pemikiran rasional. Pada masa ini, di belahan Timur dunia Isl=
am (masyrik), filsafat Islam mengalami gempuran sangat keras dari ulama kon=
servatif yang merasa terancam dengan dominasi "ilmu-ilmu klasik" ('ulum al-=
awail) yang datang dari Yunani. Para teolog yang didominasi kaum Ash'ariyah=
 menyerang kecenderungan teologi rasional, khususnya yang dimotori kaum Mu'=
tazilah.

      Hidup di belahan barat (magrib) yang cukup jauh terpisah dari kemurun=
gan peradaban Islam, Ibn Rushd melihat ada ketidakberesan dari perilaku kau=
m Muslim di Timur. Pada mulanya ia turut berempati kepada para ulama dan te=
olog yang berusaha "menghidupkan ilmu-ilmu agama" (ihya 'ulum al-din) sebag=
ai respons dari gelombang Helenisme yang dimotori para filsuf Muslim dan ka=
um Mu'tazilah.

      Simpatinya kepada Abu Hamid al-Ghazali (wafat: 1111) disalurkannya de=
ngan membuat sebuah talkhis (ringkasan) al-Mustashfa, salah satu karya pent=
ing al-Ghazali dalam bidang ushul fiqh. Namun, belakangan ia menyadari ada =
yang tidak beres dari al-Ghazali dan para teolog yang membabi-buta mengecam=
 para filsuf Yunani dan filsuf Muslim lainnya.

      Sebuah peristiwa penting mengubah hidupnya. Dalam sebuah kesempatan, =
ia diperkenalkan Ibn Tufayl, filsuf Andalusia, kepada Khalifah Abu Yusuf Ya=
'qub, penguasa Marrakesh yang dikenal menggandrungi filsafat. Sang Khalifah=
 bertanya kepada Ibn Rushd tentang pandangan para filsuf Yunani mengenai pe=
nciptaan alam. Ibn Rushd begitu malu dan gundah karena ia tak mampu menjawa=
b pertanyaan itu. Karena peristiwa inilah kemudian ia bertekad mempelajari =
filsafat Yunani secara lebih serius (Renan, Averro=E8s et L'averro=EFsme, 1=
986: 16).

      Ibn Rushd menulis banyak buku. Ia meninggalkan tak kurang dari 50 jud=
ul buku dari berbagai disiplin ilmu: filsafat, kedokteran, politik, fikih, =
dan masalah-masalah agama. Namun, sejauh menyangkut peran Ibn Rushd sebagai=
 model pencerahan, tiga bukunya-Fashl al-Maqal, al-Kashf 'an Manahij al-Adi=
llah dan Tahafut al-Tahafut (ditulis berturut-turut pada 1178, 1179, 1180)-=
merupakan karya terpenting. Ketiga buku ini memuat pandangan kontroversial =
Ibn Rushd yang pernah menggemparkan dunia Eropa pertengahan abad ke-13.

      Peran Averoisme

      Dampak langsung dari gagasan pencerahan Ibn Rushd bisa ditelusuri pad=
a mazhab pemikiran yang dikenal dengan sebutan Averoisme. Istilah itu mulai=
 digunakan di Eropa sekitar tahun 1270, atau 72 tahun setelah Ibn Rushd men=
inggal dunia. Kata yang digunakan adalah averroistae yang sesungguhnya lebi=
h merupakan bentuk sinisme untuk merujuk para pengikut dan pengagum Ibn Rus=
hd. Pada tahun-tahun ini, Universitas Paris adalah pusat ilmu pengetahuan y=
ang memiliki gravitasi luar biasa bagi sarjana Eropa. Roger Bacon, filsuf I=
nggris, berada di universitas ini sekitar tahun 1240-1248; Albert Agung men=
gajar antara tahun 1242-1248; Bonaventura dari tahun 1248-1255; dan Thomas =
Aquinas antara 1252 dan 1259. Sebagian besar para pengajar di universitas i=
ni adalah pengikut paham atau simpatisan Averoisme (Heer, The Medieval Worl=
d, 1962: 213).

      Pada Desember 1270, Uskup Stephen Tempier mengeluarkan pengumuman ten=
tang ajaran-ajaran heretik. Siapa saja yang mengikuti ajaran ini harus diki=
rim ke pengadilan inkuisisi dan dihukum keras. Beberapa ajaran yang dituduh=
 heretik adalah doktrin tentang jiwa dan intelek yang diajarkan Ibn Rushd s=
erta doktrin Aristoteles tentang Tuhan.

      Dalam deklarasi itu, Tempier tidak merinci ajaran-ajaran yang diangga=
p terlarang. Namun, pada Maret 1277, ia mengeluarkan lagi pengumuman lanjut=
an dengan memberikan 219 daftar ajaran yang dianggap heretik dan pengikutny=
a harus dihukum seberat-beratnya. Surat pengumuman kali ini juga mengarah k=
epada beberapa nama, seperti Siger de Brabant (wafat: 1282), pengikut fanat=
ik Ibn Rushd dan pendiri semacam "Jaringan Averoisme Paris" dan Bo=EBthius =
de Dacia (wafat: 1290), mahasiswa filsafat yang aktif dalam jaringan itu.

      Siger, Bo=EBthius, dan kebanyakan orang yang setuju dengan ke-219 aja=
ran yang didaftar Tempier adalah pengikut Averoisme. Sedianya daftar itu un=
tuk menjaring para pemikir liberal yang dianggap "telah meresahkan masyarak=
at Paris". Namun, Tempier agaknya terlalu banyak mendaftar "barang-barang h=
aram" sehingga beberapa petinggi gereja yang diam-diam mengagumi Ibn Rushd =
juga terkena imbasnya, termasuk Thomas Aquinas, pemimpin Ordo Dominikan dan=
 filsuf terbesar Abad Pertengahan.

      Averoisme memang tidak melulu terkait dengan "intelektual liberal". D=
alam sejarah filsafat Barat, Averoisme juga dikaitkan dengan pemikiran fils=
afat keagamaan yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan "Averoisme Yahudi=
" dan "Averoisme Kristen". Averoisme Yahudi berkembang pesat di Andalusia. =
Para pengikut Averoisme Yahudi umumnya memandang Ibn Rushd sejajar dengan f=
ilsuf besar mereka: Musa ben Maymun atau Maimonides (wafat: 1204) dan Abrah=
am ben Ezra (wafat: 1167) yang kebetulan keduanya hidup di Andalusia sezama=
n dengan Ibn Rushd. Tokoh-tokoh penting Averoisme Yahudi adalah Isaac Albal=
ag (akhir abad ke-13) yang menerjemahkkan Maqasid al-Falasifah, karya Imam =
al-Ghazali, ke dalam bahasa Ibrani; Joseph ibn Caspi (lahir: 1279), Moses N=
arboni (wafat: 1362), dan Elijah Delmedi (wafat: 1493), pengikut Averoisme =
Yahudi terakhir.

      Sementara itu, Averoisme Kristen sebetulnya merupakan istilah yang ag=
ak paradoks karena dunia gereja, khususnya pada abad ke-13 dan ke-14, didom=
inasi oleh kecenderungan memusuhi ajaran-ajaran Ibn Rushd dan Aristoteles. =
Namun, beberapa tokoh Kristen pada masa-masa akhir Abad Pertengahan, sepert=
i Thomas Aquinas, menggandrungi ajaran Aristoteles. Dan, tak ada pengantar =
paling baik ke filsafat Aristotles kecuali karya-karya Ibn Rushd.

      Baik Averoisme Yahudi maupun Averoisme Kristen menganggap Ibn Rushd t=
elah berjasa menyelesaikan persoalan pelik yang selama berabad-abad menjadi=
 momok bagi kaum agamawan, yakni bagaimana mendamaikan wahyu dengan akal, f=
ilsafat dengan agama, para nabi dengan Aristoteles. Dalam karyanya, Fasl al=
-Maqal, yang sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa penting Eropa, Ibn Rush=
d menjawab semua persoalan ini dengan lugas.

      Pertama-tama, kunci dari persoalan itu terletak pada persoalan gentin=
g lainnya yang lebih mendasar: apakah benar bahwa mempelajari filsafat itu =
haram? Untuk menjawab ini, Ibn Rushd memberikan hipotesis. Menurutnya, seca=
ra legal-fikih (syari'i) belajar filsafat itu punya beberapa kemungkinan: b=
isa dibolehkan (mubah), dilarang (mahdzur), dianjurkan (nadb), atau diharus=
kan (wajib)? Menurut Ibn Rushd, belajar filsafat hukumnya: wajib atau sunah=
 (Fasl al-Maqal, 1968: 27).

      Bagi yang mengikuti perkembangan filsafat Islam, jawaban Ibn Rushd it=
u jelas-jelas merupakan tonjokan keras bagi para fuqaha dan ahli hadis yang=
 memberikan fatwa haram atau minimal makruh mempelajari filsafat. Bagi Ibn =
Rushd, belajar filsafat adalah wajib, atau paling kurang sunah. Argumen fil=
suf Cordova itu adalah ayat-ayat Al Quran. Pertama, surah al-Hasyr (59) aya=
t 2 yang menegaskan wajibnya manusia menggunakan qiyas 'aqli (silogisme) da=
lam melihat berbagai persoalan; kedua dan seterusnya adalah surah al-A'raf =
(7) ayat 184, surah al-An'am (6) ayat 75, dan surah Ali 'Imran (3) ayat 191=
 yang semuanya menganjurkan manusia agar mempelajari alam raya (mawjudat).

      Berdasarkan ayat-ayat Al Quran itu dan berdasarkan karakter filsafat =
sebagai ilmu yang dapat mengantarkan manusia kepada "pengetahuan yang lebih=
 sempurna" (atamm al-ma'rifah), Ibn Rushd memberikan kesimpulan bahwa "fils=
afat adalah saudara sekandung dan sesusuan agama" (Fasl al-Maqal, 1968: 58)=
. Dengan kata lain, tak ada pertentangan antara wahyu dan akal; filsafat da=
n agama; para nabi dan Aristoteles, karena mereka semua datang dari asal ya=
ng sama.

      Runtuhnya Averoisme

      Jika pandangan keagamaan Ibn Rushd banyak memberi inspirasi bagi para=
 pemeluk Yahudi dan Kristen, pandangan filsafatnya banyak mendorong kalanga=
n akademisi di Eropa melawan kemapanan pemahaman-pemahaman filsafat yang da=
tang dari gereja. Pada Abad Pertengahan sumber kebenaran hanya datang dari =
satu penjuru: kuasa gereja. Dunia akademi hanyalah sebuah perluasan dari im=
perium pengetahuan yang dibangun para teolog dan tokoh agama. Sebagian peng=
huni akademi itu bahkan adalah para tokoh gereja. Dengan aroma gereja yang =
begitu kuat, sangat sukar bagi para akademisi berpikir independen karena, s=
ekali saja ketahuan, "mata-mata Tuhan" akan mengirimkan mereka sebuah undan=
gan ke kamar inkuisisi.

      Kuasa Gereja adalah "orang lain" dalam definisi Kant tentang pencerah=
an. Ia adalah otoritas bagi "orang-orang yang tak matang" atau bagi "orang-=
orang yang tak punya keberanian." Namun, bagi orang-orang yang tercerahkan,=
 seperti Siger de Brabant dan Bo=EBthius de Dacia, otoritas itu bukanlah se=
gala-galanya. Ada otoritas lain di luar Gereja, yakni akal manusia yang ber=
pikir secara independen. Peran Ibn Rushd adalah menyadarkan para pemilik "a=
kal-akal independen" bahwa kedudukan akal mereka sama tinggi dan sama mulia=
nya dengan wahyu (gereja).

      Jika kebenaran bisa diperoleh lewat agen wahyu (gereja), ia juga bisa=
 diperoleh lewat agen-agen pemikiran yang independen (akademi). Inilah gaga=
san Ibn Rushd yang memberi inspirasi orang Eropa agar dunia akademi harus i=
ndependen dari kuasa gereja. Gagasan yang sama juga telah menginspirasi ora=
ng-orang modern di Eropa akan pentingnya pemisahan wilayah agama dan wilaya=
h ilmu atau dalam dunia politik antara agama dan negara. Dengan kata lain, =
gagasan pemisahan agama-negara atau yang dikenal dengan sekularisasi sebetu=
lnya datang dari Ibn Rushd.

      Gagasan Ibn Rushd tentang dua jalur kebenaran ini menjadi tren di Par=
is dan kota-kota besar Eropa abad ke-13. Para pengikut Averoisme Latin adal=
ah orang yang paling aktif menyebarkan gagasan ini. Mereka menyebutnya deng=
an "kebenaran ganda". Istilah ini, seperti dijelaskan oleh Sten Ebbesen (Av=
erroism, 1998), menyumbangkan salah paham yang berlarut-larut terhadap Ibn =
Rushd karena sebenarnya Ibn Rushd bukan mempromosikan tentang kebenaran gan=
da, tetapi tentang jalur-jalur kebenaran yang berbilang; adapun kebenaran i=
tu sendiri tetaplah satu.

      Gagasan "kebenaran ganda" memang persoalan rumit. Ia bisa membuat ora=
ng curiga dan menganggap pemeluknya sewenang-wenang dan tak bertanggung jaw=
ab. Setidaknya inilah kesan para penguasa agama pada Abad Pertengahan. Mere=
ka mengecam sikap "mendua" seperti itu karena bagi mereka kebenaran itu han=
ya satu: kebenaran yang datang dari gereja. Implikasi sikap ini cukup besar=
 bagi perkembangan Averoisme di Eropa. Siapa saja yang mengadopsi gagasan "=
kebenaran ganda" dicap sebagai pengikut Averoisme. Nama Averoisme kemudian =
menjadi cemar. Dan, orang mulai berhati-hati jika namanya dikaitkan dengan =
Averoisme. Inilah gejala awal surutnya pengaruh Ibn Rushd di Eropa.

      Namun, miskonsepsi gagasan kebenaran ganda itu bukan satu-satunya seb=
ab menurunnya pamor Ibn Rushd di Eropa. Dalam artikelnya yang sangat menari=
k, Why Europeans Stopped Reading Averroes?, Harold Stone menjelaskan bebera=
pa faktor lain. Pertama, ditemukannya akses langsung ke buku-buku Yunani. S=
elama ini, orang Eropa yang ingin mempelajari Aristoteles atau filsuf Yunan=
i lainnya harus melewati karya para penulis Muslim yang sebagian besar tela=
h diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Namun, seiring dengan semakin terbuk=
anya akses pengetahuan akibat tak ada lagi kontrol ketat dari gereja, para =
sarjana dan ilmuwan Eropa mulai bersentuhan langsung dengan karya-karya Yun=
ani. Fakta bahwa Ibn Rushd tidak menggunakan sumber asli dalam mengkaji kar=
ya para filsuf Yunani menghancurkan kegunaan buku-bukunya (Stone 1996: 78).=
 Para sarjana Eropa yang semakin kritis tentu akan memilih akses langsung k=
e bahasa asli ketimbang bertumpu pada sumber-sumber sekunder.

      Faktor kedua yang turut memberi sumbangan bagi menurunnya popularitas=
 Ibn Rushd adalah citra Ibn Rushd yang "ateis". Ini terkait dengan kenyataa=
n bahwa kaum Humanis liberal yang antigereja menganggap Ibn Rushd sebagai t=
okoh besar. Antonio Rocco (wafat: 1653), seorang humanis liberal, adalah pe=
ngagum berat Ibn Rushd. Dia menulis buku tentang konsep jiwa menurut Ibn Ru=
shd. Rocco dituduh "ateis" karena, salah satunya, menulis Alcibiades' Schoo=
l Days, sebuah novel pornografis. Spinoza, filsuf yang kerap dianggap ateis=
, adalah tokoh lain pengagum Ibn Rushd. Dia mengaku telah membaca semua kar=
ya Ibn Rushd, pengakuan yang oleh para petinggi gereja dikaitkan langsung d=
engan sikap ateisnya (Stone 1996: 80).

      Faktor lain yang mempercepat turunnya pamor Ibn Rushd di Eropa adalah=
 gelombang revolusi sains yang terus-menerus menggugat paradigma Aristoteli=
an, terutama menyangkut pandangan-pandangan kosmologinya. Sebagai komentato=
r setianya, Ibn Rushd terkena imbas. Di dunia sains, nasib Ibn Rushd sangat=
 bergantung pada Aristoteles. Faktor terakhir yang membuat nama Ibn Rushd t=
enggelam di Eropa adalah munculnya banyak tokoh filsuf baru yang memiliki g=
agasan-gagasan yang lebih fresh dan sesuai dengan perkembangan zaman.

      Membawa pulang Averoisme

      Ibn Rushd adalah orang Islam yang lahir di Barat (magrib). Ia hidup d=
i Barat. Menuliskan pemikiran-pemikirannya di Barat dan meninggal dunia di =
Barat. Setelah dia wafat, pemikirannya dihidupkan oleh orang-orang Barat. I=
a tidak dipedulikan oleh orang-orang Islam di Timur (masyrik). Sejak Ibn Ru=
shd meninggal, tradisi rasionalisme dalam filsafat Islam mati. Ia kerap dis=
ebut sebagai filsuf besar terakhir yang dimiliki umat Islam.

      Benar, ada beberapa tokoh filsuf yang muncul setelah Ibn Rushd, seper=
ti Mir Damad (wafat: 1631), Mulla Sadra (wafat: 1640), dan Mulla Hadi Sabza=
wari (wafat: 1910) yang kebetulan semuanya orang Iran. Namun, kerangka besa=
r filsafat mereka adalah 'irfani yang lebih dekat dengan tradisi gnostik ke=
timbang agnostik (gnostik harus dibaca sebagai tradisi nonrasional-bukan ir=
asional-yang lebih mengandalkan refleksi intuitif ketimbang nalar burhani s=
ebagaimana yang digunakan Ibn Rushd, sementara agnostik harus dipahami seba=
gai tradisi rasional dan bukan ateis sebagaimana selama ini disalahpahami. =
Secara harfiah agnostik berarti "ragu-ragu" atau "tidak yakin". Filsafat di=
bangun berdasarkan keragu-raguan dan ketidakyakinan.

      Di luar Iran dan secara umum di dunia Suni, tak ada lagi filsuf terce=
rahkan yang lahir setelah Ibn Rushd. Sebagian orang mengandaikan Ibn Taymiy=
yah (wafat: 1328) sebagai calon, sedangkan yang lainnya menunjuk Fakhruddin=
 al-Razi (wafat: 1209), Nasiruddin al-Tusi (wafat: 1274), bahkan Ibn Arabi =
(wafat: 1240). Saya cenderung berpendapat, sampai awal abad ke-20, tak pern=
ah ada kaum Muslim yang serius mencontoh dan meneruskan ajaran dan semangat=
 Averoisme.

      Ibn Rushd dan semangat Averoisme baru mendapat perhatian umat Islam a=
wal abad ke-20. Berterimakasihlah kepada gerakan nahdah yang bibit-bibitnya=
 disemai oleh tokoh-tokoh semacam Rif'at al-Tahtawi (wafat: 1873), Muhammad=
 Abduh (wafat: 1905), dan Qassim Amin (wafat: 1908) di Mesir; kepada Sayyid=
 Ahmad Khan (wafat: 1898) dan Chiragh `Ali (wafat: 1895) di India; juga kep=
ada penulis Kristen Arab yang begitu fasih berbicara tentang kemajuan dan p=
encerahan, seperti Shibli Shumayyil (wafat: 1917), Farah Antun (wafat: 1922=
), Georgie Zaidan (wafat: 1914), Nicola Haddad (wafat: 1954), dan Salama Mu=
sa (wafat: 1958). Setelah lebih dari 700 tahun, Ibn Rushd diabaikan, geraka=
n "Averoisme Arab" abad ke-20 membuktikan bahwa ada akhir untuk sebuah pena=
ntian yang panjang. Ibn Rushd bisa diterima oleh bangsanya sendiri. Averois=
me bisa dibawa pulang.

      Averoisme abad ke-20 bisa disebut sebagai "Averoisme Arab" atau "Aver=
oisme Islam". Sepintas istilah ini tampak redundant karena Ibn Rushd adalah=
 orang Arab dan seorang Muslim. Namun, penyebutan ini penting untuk membeda=
kannya dari ketiga jenis Averoisme yang pernah ada: Latin, Yahudi, dan Kris=
ten. Selain itu, sepanjang sejarah tak pernah kita menemukan seorang Muslim=
 atau Arab menjadi pengikut setia Ibn Rushd. Jadi, kata Islam atau Arab itu=
 penting untuk menunjukkan bahwa Ibn Rushd akhirnya memiliki pengikut dari =
bangsanya sendiri.

      Sebenarnya, yang terpenting bukanlah penggunaan istilah itu secara fo=
rmal (baik "Averoisme Arab" maupun "Averoisme Islam"), tetapi bagaimana sem=
angat rasionalisme Ibn Rushd diadopsi dan dikembangkan. Bagi saya, siapa sa=
ja yang mendukung gagasan "Islam rasional" dan meyakini nilai-nilai liberal=
 dalam Islam layak dianggap sebagai seorang Averois. Dari sini saya ingin m=
engatakan bahwa para pembaru Muslim liberal, sejak nahdah hingga sekarang, =
yang mendukung kebebasan berpikir dan menjunjung tinggi independensi akal m=
anusia adalah para pengikut Averoisme sejati.

      Tentu saja, tanpa harus dikatakan, Averoisme modern tidaklah persis s=
ama dengan Averoisme Latin atau Averoisme Yahudi. Zaman sudah berubah dan i=
su-isu filsafat-keagamaan yang menjadi concern manusia tak lagi sama. Jika =
dulu para pengikut Averoisme berurusan dengan "kebenaran ganda" karena memi=
liki persoalan dengan kuasa gereja, para pengikut Averoisme modern berurusa=
n dengan isu semacam "kebebasan berpikir", "pluralisme", dan "demokrasi" ka=
rena mereka memiliki persolan serius dengan lembaga-lembaga keagamaan (MUI,=
 Dewan Dakwah, al-Azhar, Dar al-Ifta) yang memiliki semangat sama dengan pa=
ra penguasa gereja abad ke-13 dan ke-14.

      Averoisme modern adalah replikasi dari semangat Averoisme Latin yang =
menjadi cikal-bakal gerakan Renaisans dan Pencerahan di Eropa. Para Averois=
 modern, baik Islam maupun Arab, adalah orang-orang yang menginginkan pence=
rahan dalam masyarakat mereka, sebuah "pencerahan yang mencerahkan" persis =
seperti Immanuel Kant, tokoh terbesar Era Pencerahan, mendefinisikan kata i=
tu.

      Luthfi Assyaukanie Pengajar pada Departemen Agama dan Filsafat, Unive=
rsitas Paramadina, Jakarta Tulisan Ini Bagian Makalah yang Disampaikan pada=
 Perayaan Hari Jadi Ke-4 Jaringan Islam Liberal (JIL) di Jakarta, 3 Maret 2=
005
=20=20=20=20=20


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~-->=20
Give underprivileged students the materials they need to learn.=20
Bring education to life by funding a specific classroom project.
http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~->=20

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg=
 Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru;=20
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
=20
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
=20



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts: