** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** http://islamlib.com/id/index.php?page=3Darticle&id=3D771 Ibn Rushd dan Proyek Pencerahan Islam Tanggal dimuat: 4/3/2005 Ibnu Rushd dikenal sebagai peletak tonggak pemikiran Islam progresif. Ia se= lalu mendengungkan perihal pentingnya rasionalisme, tradisi kritik, semarak= berijtihad, dan sebagainya. Dalam kerangka itu, Ibnu Rushd telah menyusun = sebuah karya intelektual yang monumental, seperti Tahafut al-Tahafut, Fashl= al-Maqal, Bidayah al-Mujtahid, dan sebagainya. Proyek pencerahan yang dila= kukannya ternyata membuahkan hasil. Eropa dan dunia Islam yang lain membang= kit kembali. Kalau gerakan averoisme terus terjadi bahkan cenderung menguat= di Barat, maka aktivitas berijtihad mulai ramai di Timur termasuk Indonesi= a. Ibnu Rushd dikenal sebagai peletak tonggak pemikiran Islam progresif. Ia se= lalu mendengungkan perihal pentingnya rasionalisme, tradisi kritik, semarak= berijtihad, dan sebagainya. Dalam kerangka itu, Ibnu Rushd telah menyusun = sebuah karya intelektual yang monumental, seperti Tahafut al-Tahafut, Fashl= al-Maqal, Bidayah al-Mujtahid, dan sebagainya. Proyek pencerahan yang dila= kukannya ternyata membuahkan hasil. Eropa dan dunia Islam yang lain membang= kit kembali. Kalau gerakan averoisme terus terjadi bahkan cenderung menguat= di Barat, maka aktivitas berijtihad mulai ramai di Timur termasuk Indonesi= a. Sesi ini kiranya akan memperbincangkan sejumlah pemikiran dan proyek pen= cerahan Ibnu Rushd. Sebelum diskusi dimulai, kita akan disuguhi dengan taya= ngan film Destiny karya Jousef Chahine yang mengisahkan sisi-sisi perjalana= n intelektual Ibnu Rushd.=20 Berikut adalah makalah yang telah telah ditulis pembicara untuk bahan kajia= n pada diskusi ini. Transkrip lengkap diskusi akan kami sajikan di website = ini secepatnya setelah melalui penyuntingan. Terima kasih. http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0503/02/Bentara/1592602.htm Rabu, 02 Maret 2005=20=20 =20=20=20=20=20 =20=20=20=20=20 =20=20=20=20=20 "Sapere Aude!" Ibn Rushd, Kant, dan Proyek Pencerahan Islam=20 Luthfi Assyaukanie=20 SEJARAH pemikiran dan filsafat Barat kerap menganggap Immanuel Kant (= wafat:1804) sebagai puncak era Pencerahan yang terjadi di Eropa pada abad k= e-18. Era Pencerahan sendiri merupakan puncak gelombang perubahan besar Rev= olusi (dalam bidang sains), Renaisans (seni dan filsafat), dan Reformasi (a= gama) yang terjadi pada abad ke-15 dan ke-16. Pada gilirannya, gelombang pe= rubahan besar ini merupakan dampak langsung dari berbagai pengaruh dan inte= raksi budaya dan ilmu pengetahuan yang terjadi sepanjang abad ke-13 dan ke-= 14. Salah satu sumber yang memberikan pengaruh sangat besar bagi perubahan = di Eropa adalah ilmu pengetahuan dan pemikiran filsafat yang datang dari du= nia Islam. TULISAN ini ingin menyoroti salah satu tokoh penting filsuf Muslim ya= ng memberi kontribusi sangat besar bagi gerakan Renaisans dan Pencerahan di= Eropa. Ibn Rushd atau Averroes (wafat: 1198) adalah inspirasi bagi gerakan= Renaisans awal di Eropa. Ia memainkan peranan penting dalam mempromosikan = independensi akal-pikiran, doktrin yang oleh Immanuel Kant kemudian diangga= p sebagai inti dari Aufkl=E4rung "pencerahan". Apa itu pencerahan?=20 Era Pencerahan dianggap sebagai sebuah masa ketika manusia Eropa-para= intelektual dan filsuf-berusaha mewujudkan sebuah sistem pengetahuan, etik= a, dan estetika yang sepenuhnya dibangun berdasarkan rasionalitas yang terc= erahkan. Upaya ini merupakan sebuah respons yang benih-benihnya telah disem= ai oleh para tokoh Renaisans dan Reformasi abad ke-15 dan ke-16. Kaum ensik= lopedis seperti Diderot dan Voltaire meyakini bahwa ilmu pengetahuan dan pe= ndidikan adalah cara terbaik mengatasi keyakinan-keyakinan akan mitos, takh= ayul, dan kebodohan. Para aktivis Pencerahan kerap memandang diri mereka se= bagai intelektual bebas yang mendorong dunia ke arah kemajuan dan perubahan= yang lebih baik. Dalam artikelnya berjudul Was ist Aufkl=E4rung? (Apakah Itu Penceraha= n?), Immanuel Kant, tokoh penting Pencerahan itu, memberi definisi sangat j= elas. Pada hematnya, pencerahan adalah: keluarnya manusia dari ketidakmatan= gan yang diciptakannya sendiri. Sedangkan ketidakmatangan adalah ketidakmam= puan seseorang menggunakan akal-pikirannya tanpa bantuan orang lain. Ketida= kmatangan semacam ini terjadi bukan karena kurangnya daya pikir, tetapi kar= ena kurangnya determinasi dan keberanian menggunakan pemahaman sendiri. Mot= o pencerahan, dengan demikian, adalah Sapere aude! Beranilah menggunakan pe= mahaman sendiri! (Kant, What is Enlightenment?, 1990).=20 Dari definisi ini kita melihat bahwa Kant menganggap pencerahan bukan= semata-mata kondisi intelektual di mana seseorang merasa terbebaskan berpi= kir dan bertindak, tetapi yang terpenting adalah bahwa pencerahan itu berar= ti kematangan berpikir dan sanggup melakukannya sendiri tanpa bantuan orang= lain. Yang dimaksud "bantuan orang lain" di sini adalah penggunaan otorita= s luar secara berlebihan sehingga menghalangi seseorang berpikir independen= . Inti pencerahan bukanlah pemikiran itu sendiri, tetapi bagaimana seseoran= g berani menggunakan akal-pikirannya (sapere aude!). Seperti bisa dilihat, selain menekankan pada kata keluarnya (ausgang)= , Kant juga memberi penekanan pada ketidakmatangan (unm=FCndigkeit) serta d= eterminasi dan keberanian (entschlie=DFung und mut) yang merefleksikan dua = karakter berbeda dari sifat manusia. Penggunaan akal bebas ditekankan sebes= ar-besarnya yang oleh Kant kemudian diberikan prasyarat tambahan: keberania= n. Menurut saya, prasyarat tambahan ini lebih penting dari kualitas akal= -pikiran sendiri. Tanpa keberanian, akal-pikiran menjadi kurang berguna kar= ena ia akan menjadi agen pelestari dari otoritas pemikiran mapan. Dalam pen= cerahan, yang lebih penting adalah bagaimana manusia mampu memelihara indep= endensi akal-pikirannya dan mampu mengontrol dirinya dari pengaruh pemikira= n yang datang dari luar nalarnya. Pengaruh pemikiran luar tak hanya sebatas= pandangan atau ide partikular saja, tetapi juga-dan ini saya kira yang leb= ih penting-sistem pemikiran yang melembaga dalam institusi publik seperti a= gama dan negara. Ibn Rushd dan pencerahan Ibn Rushd adalah model bagi independensi akal-pikiran sekaligus model= bagi keberanian berpikir, khususnya dalam melawan pemikiran yang terlembag= a dalam institusi agama. Keberaniannya mengkritik kemapanan otoritas agama = menginspirasi orang-orang Eropa abad ke-13 dan ke-14 melakukan hal yang sam= a kepada kuasa gereja yang saat itu mendominasi hampir seluruh aspek kehidu= pan mereka. Ibn Rushd adalah pemikir yang berusaha menghidupkan tradisi pemikiran= bebas dalam pengertian yang kemudian dikembangkan para filsuf pencerahan d= i Eropa. Ia dilahirkan dan dibesarkan di Cordova, sebuah dinasti Islam di S= panyol. Ia hidup di penghujung "era keemasan Islam", sekitar satu abad sebe= lum Baghdad jatuh (1258) atau empat abad sebelum Granada, benteng terakhir = umat Islam di Spanyol, runtuh (1492). Ibn Rushd hidup di tengah kecenderungan kaum Muslim yang semakin anti= pati terhadap pemikiran rasional. Pada masa ini, di belahan Timur dunia Isl= am (masyrik), filsafat Islam mengalami gempuran sangat keras dari ulama kon= servatif yang merasa terancam dengan dominasi "ilmu-ilmu klasik" ('ulum al-= awail) yang datang dari Yunani. Para teolog yang didominasi kaum Ash'ariyah= menyerang kecenderungan teologi rasional, khususnya yang dimotori kaum Mu'= tazilah. Hidup di belahan barat (magrib) yang cukup jauh terpisah dari kemurun= gan peradaban Islam, Ibn Rushd melihat ada ketidakberesan dari perilaku kau= m Muslim di Timur. Pada mulanya ia turut berempati kepada para ulama dan te= olog yang berusaha "menghidupkan ilmu-ilmu agama" (ihya 'ulum al-din) sebag= ai respons dari gelombang Helenisme yang dimotori para filsuf Muslim dan ka= um Mu'tazilah. Simpatinya kepada Abu Hamid al-Ghazali (wafat: 1111) disalurkannya de= ngan membuat sebuah talkhis (ringkasan) al-Mustashfa, salah satu karya pent= ing al-Ghazali dalam bidang ushul fiqh. Namun, belakangan ia menyadari ada = yang tidak beres dari al-Ghazali dan para teolog yang membabi-buta mengecam= para filsuf Yunani dan filsuf Muslim lainnya. Sebuah peristiwa penting mengubah hidupnya. Dalam sebuah kesempatan, = ia diperkenalkan Ibn Tufayl, filsuf Andalusia, kepada Khalifah Abu Yusuf Ya= 'qub, penguasa Marrakesh yang dikenal menggandrungi filsafat. Sang Khalifah= bertanya kepada Ibn Rushd tentang pandangan para filsuf Yunani mengenai pe= nciptaan alam. Ibn Rushd begitu malu dan gundah karena ia tak mampu menjawa= b pertanyaan itu. Karena peristiwa inilah kemudian ia bertekad mempelajari = filsafat Yunani secara lebih serius (Renan, Averro=E8s et L'averro=EFsme, 1= 986: 16). Ibn Rushd menulis banyak buku. Ia meninggalkan tak kurang dari 50 jud= ul buku dari berbagai disiplin ilmu: filsafat, kedokteran, politik, fikih, = dan masalah-masalah agama. Namun, sejauh menyangkut peran Ibn Rushd sebagai= model pencerahan, tiga bukunya-Fashl al-Maqal, al-Kashf 'an Manahij al-Adi= llah dan Tahafut al-Tahafut (ditulis berturut-turut pada 1178, 1179, 1180)-= merupakan karya terpenting. Ketiga buku ini memuat pandangan kontroversial = Ibn Rushd yang pernah menggemparkan dunia Eropa pertengahan abad ke-13. Peran Averoisme Dampak langsung dari gagasan pencerahan Ibn Rushd bisa ditelusuri pad= a mazhab pemikiran yang dikenal dengan sebutan Averoisme. Istilah itu mulai= digunakan di Eropa sekitar tahun 1270, atau 72 tahun setelah Ibn Rushd men= inggal dunia. Kata yang digunakan adalah averroistae yang sesungguhnya lebi= h merupakan bentuk sinisme untuk merujuk para pengikut dan pengagum Ibn Rus= hd. Pada tahun-tahun ini, Universitas Paris adalah pusat ilmu pengetahuan y= ang memiliki gravitasi luar biasa bagi sarjana Eropa. Roger Bacon, filsuf I= nggris, berada di universitas ini sekitar tahun 1240-1248; Albert Agung men= gajar antara tahun 1242-1248; Bonaventura dari tahun 1248-1255; dan Thomas = Aquinas antara 1252 dan 1259. Sebagian besar para pengajar di universitas i= ni adalah pengikut paham atau simpatisan Averoisme (Heer, The Medieval Worl= d, 1962: 213). Pada Desember 1270, Uskup Stephen Tempier mengeluarkan pengumuman ten= tang ajaran-ajaran heretik. Siapa saja yang mengikuti ajaran ini harus diki= rim ke pengadilan inkuisisi dan dihukum keras. Beberapa ajaran yang dituduh= heretik adalah doktrin tentang jiwa dan intelek yang diajarkan Ibn Rushd s= erta doktrin Aristoteles tentang Tuhan. Dalam deklarasi itu, Tempier tidak merinci ajaran-ajaran yang diangga= p terlarang. Namun, pada Maret 1277, ia mengeluarkan lagi pengumuman lanjut= an dengan memberikan 219 daftar ajaran yang dianggap heretik dan pengikutny= a harus dihukum seberat-beratnya. Surat pengumuman kali ini juga mengarah k= epada beberapa nama, seperti Siger de Brabant (wafat: 1282), pengikut fanat= ik Ibn Rushd dan pendiri semacam "Jaringan Averoisme Paris" dan Bo=EBthius = de Dacia (wafat: 1290), mahasiswa filsafat yang aktif dalam jaringan itu. Siger, Bo=EBthius, dan kebanyakan orang yang setuju dengan ke-219 aja= ran yang didaftar Tempier adalah pengikut Averoisme. Sedianya daftar itu un= tuk menjaring para pemikir liberal yang dianggap "telah meresahkan masyarak= at Paris". Namun, Tempier agaknya terlalu banyak mendaftar "barang-barang h= aram" sehingga beberapa petinggi gereja yang diam-diam mengagumi Ibn Rushd = juga terkena imbasnya, termasuk Thomas Aquinas, pemimpin Ordo Dominikan dan= filsuf terbesar Abad Pertengahan. Averoisme memang tidak melulu terkait dengan "intelektual liberal". D= alam sejarah filsafat Barat, Averoisme juga dikaitkan dengan pemikiran fils= afat keagamaan yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan "Averoisme Yahudi= " dan "Averoisme Kristen". Averoisme Yahudi berkembang pesat di Andalusia. = Para pengikut Averoisme Yahudi umumnya memandang Ibn Rushd sejajar dengan f= ilsuf besar mereka: Musa ben Maymun atau Maimonides (wafat: 1204) dan Abrah= am ben Ezra (wafat: 1167) yang kebetulan keduanya hidup di Andalusia sezama= n dengan Ibn Rushd. Tokoh-tokoh penting Averoisme Yahudi adalah Isaac Albal= ag (akhir abad ke-13) yang menerjemahkkan Maqasid al-Falasifah, karya Imam = al-Ghazali, ke dalam bahasa Ibrani; Joseph ibn Caspi (lahir: 1279), Moses N= arboni (wafat: 1362), dan Elijah Delmedi (wafat: 1493), pengikut Averoisme = Yahudi terakhir. Sementara itu, Averoisme Kristen sebetulnya merupakan istilah yang ag= ak paradoks karena dunia gereja, khususnya pada abad ke-13 dan ke-14, didom= inasi oleh kecenderungan memusuhi ajaran-ajaran Ibn Rushd dan Aristoteles. = Namun, beberapa tokoh Kristen pada masa-masa akhir Abad Pertengahan, sepert= i Thomas Aquinas, menggandrungi ajaran Aristoteles. Dan, tak ada pengantar = paling baik ke filsafat Aristotles kecuali karya-karya Ibn Rushd. Baik Averoisme Yahudi maupun Averoisme Kristen menganggap Ibn Rushd t= elah berjasa menyelesaikan persoalan pelik yang selama berabad-abad menjadi= momok bagi kaum agamawan, yakni bagaimana mendamaikan wahyu dengan akal, f= ilsafat dengan agama, para nabi dengan Aristoteles. Dalam karyanya, Fasl al= -Maqal, yang sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa penting Eropa, Ibn Rush= d menjawab semua persoalan ini dengan lugas. Pertama-tama, kunci dari persoalan itu terletak pada persoalan gentin= g lainnya yang lebih mendasar: apakah benar bahwa mempelajari filsafat itu = haram? Untuk menjawab ini, Ibn Rushd memberikan hipotesis. Menurutnya, seca= ra legal-fikih (syari'i) belajar filsafat itu punya beberapa kemungkinan: b= isa dibolehkan (mubah), dilarang (mahdzur), dianjurkan (nadb), atau diharus= kan (wajib)? Menurut Ibn Rushd, belajar filsafat hukumnya: wajib atau sunah= (Fasl al-Maqal, 1968: 27). Bagi yang mengikuti perkembangan filsafat Islam, jawaban Ibn Rushd it= u jelas-jelas merupakan tonjokan keras bagi para fuqaha dan ahli hadis yang= memberikan fatwa haram atau minimal makruh mempelajari filsafat. Bagi Ibn = Rushd, belajar filsafat adalah wajib, atau paling kurang sunah. Argumen fil= suf Cordova itu adalah ayat-ayat Al Quran. Pertama, surah al-Hasyr (59) aya= t 2 yang menegaskan wajibnya manusia menggunakan qiyas 'aqli (silogisme) da= lam melihat berbagai persoalan; kedua dan seterusnya adalah surah al-A'raf = (7) ayat 184, surah al-An'am (6) ayat 75, dan surah Ali 'Imran (3) ayat 191= yang semuanya menganjurkan manusia agar mempelajari alam raya (mawjudat). Berdasarkan ayat-ayat Al Quran itu dan berdasarkan karakter filsafat = sebagai ilmu yang dapat mengantarkan manusia kepada "pengetahuan yang lebih= sempurna" (atamm al-ma'rifah), Ibn Rushd memberikan kesimpulan bahwa "fils= afat adalah saudara sekandung dan sesusuan agama" (Fasl al-Maqal, 1968: 58)= . Dengan kata lain, tak ada pertentangan antara wahyu dan akal; filsafat da= n agama; para nabi dan Aristoteles, karena mereka semua datang dari asal ya= ng sama. Runtuhnya Averoisme Jika pandangan keagamaan Ibn Rushd banyak memberi inspirasi bagi para= pemeluk Yahudi dan Kristen, pandangan filsafatnya banyak mendorong kalanga= n akademisi di Eropa melawan kemapanan pemahaman-pemahaman filsafat yang da= tang dari gereja. Pada Abad Pertengahan sumber kebenaran hanya datang dari = satu penjuru: kuasa gereja. Dunia akademi hanyalah sebuah perluasan dari im= perium pengetahuan yang dibangun para teolog dan tokoh agama. Sebagian peng= huni akademi itu bahkan adalah para tokoh gereja. Dengan aroma gereja yang = begitu kuat, sangat sukar bagi para akademisi berpikir independen karena, s= ekali saja ketahuan, "mata-mata Tuhan" akan mengirimkan mereka sebuah undan= gan ke kamar inkuisisi. Kuasa Gereja adalah "orang lain" dalam definisi Kant tentang pencerah= an. Ia adalah otoritas bagi "orang-orang yang tak matang" atau bagi "orang-= orang yang tak punya keberanian." Namun, bagi orang-orang yang tercerahkan,= seperti Siger de Brabant dan Bo=EBthius de Dacia, otoritas itu bukanlah se= gala-galanya. Ada otoritas lain di luar Gereja, yakni akal manusia yang ber= pikir secara independen. Peran Ibn Rushd adalah menyadarkan para pemilik "a= kal-akal independen" bahwa kedudukan akal mereka sama tinggi dan sama mulia= nya dengan wahyu (gereja). Jika kebenaran bisa diperoleh lewat agen wahyu (gereja), ia juga bisa= diperoleh lewat agen-agen pemikiran yang independen (akademi). Inilah gaga= san Ibn Rushd yang memberi inspirasi orang Eropa agar dunia akademi harus i= ndependen dari kuasa gereja. Gagasan yang sama juga telah menginspirasi ora= ng-orang modern di Eropa akan pentingnya pemisahan wilayah agama dan wilaya= h ilmu atau dalam dunia politik antara agama dan negara. Dengan kata lain, = gagasan pemisahan agama-negara atau yang dikenal dengan sekularisasi sebetu= lnya datang dari Ibn Rushd. Gagasan Ibn Rushd tentang dua jalur kebenaran ini menjadi tren di Par= is dan kota-kota besar Eropa abad ke-13. Para pengikut Averoisme Latin adal= ah orang yang paling aktif menyebarkan gagasan ini. Mereka menyebutnya deng= an "kebenaran ganda". Istilah ini, seperti dijelaskan oleh Sten Ebbesen (Av= erroism, 1998), menyumbangkan salah paham yang berlarut-larut terhadap Ibn = Rushd karena sebenarnya Ibn Rushd bukan mempromosikan tentang kebenaran gan= da, tetapi tentang jalur-jalur kebenaran yang berbilang; adapun kebenaran i= tu sendiri tetaplah satu. Gagasan "kebenaran ganda" memang persoalan rumit. Ia bisa membuat ora= ng curiga dan menganggap pemeluknya sewenang-wenang dan tak bertanggung jaw= ab. Setidaknya inilah kesan para penguasa agama pada Abad Pertengahan. Mere= ka mengecam sikap "mendua" seperti itu karena bagi mereka kebenaran itu han= ya satu: kebenaran yang datang dari gereja. Implikasi sikap ini cukup besar= bagi perkembangan Averoisme di Eropa. Siapa saja yang mengadopsi gagasan "= kebenaran ganda" dicap sebagai pengikut Averoisme. Nama Averoisme kemudian = menjadi cemar. Dan, orang mulai berhati-hati jika namanya dikaitkan dengan = Averoisme. Inilah gejala awal surutnya pengaruh Ibn Rushd di Eropa. Namun, miskonsepsi gagasan kebenaran ganda itu bukan satu-satunya seb= ab menurunnya pamor Ibn Rushd di Eropa. Dalam artikelnya yang sangat menari= k, Why Europeans Stopped Reading Averroes?, Harold Stone menjelaskan bebera= pa faktor lain. Pertama, ditemukannya akses langsung ke buku-buku Yunani. S= elama ini, orang Eropa yang ingin mempelajari Aristoteles atau filsuf Yunan= i lainnya harus melewati karya para penulis Muslim yang sebagian besar tela= h diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Namun, seiring dengan semakin terbuk= anya akses pengetahuan akibat tak ada lagi kontrol ketat dari gereja, para = sarjana dan ilmuwan Eropa mulai bersentuhan langsung dengan karya-karya Yun= ani. Fakta bahwa Ibn Rushd tidak menggunakan sumber asli dalam mengkaji kar= ya para filsuf Yunani menghancurkan kegunaan buku-bukunya (Stone 1996: 78).= Para sarjana Eropa yang semakin kritis tentu akan memilih akses langsung k= e bahasa asli ketimbang bertumpu pada sumber-sumber sekunder. Faktor kedua yang turut memberi sumbangan bagi menurunnya popularitas= Ibn Rushd adalah citra Ibn Rushd yang "ateis". Ini terkait dengan kenyataa= n bahwa kaum Humanis liberal yang antigereja menganggap Ibn Rushd sebagai t= okoh besar. Antonio Rocco (wafat: 1653), seorang humanis liberal, adalah pe= ngagum berat Ibn Rushd. Dia menulis buku tentang konsep jiwa menurut Ibn Ru= shd. Rocco dituduh "ateis" karena, salah satunya, menulis Alcibiades' Schoo= l Days, sebuah novel pornografis. Spinoza, filsuf yang kerap dianggap ateis= , adalah tokoh lain pengagum Ibn Rushd. Dia mengaku telah membaca semua kar= ya Ibn Rushd, pengakuan yang oleh para petinggi gereja dikaitkan langsung d= engan sikap ateisnya (Stone 1996: 80). Faktor lain yang mempercepat turunnya pamor Ibn Rushd di Eropa adalah= gelombang revolusi sains yang terus-menerus menggugat paradigma Aristoteli= an, terutama menyangkut pandangan-pandangan kosmologinya. Sebagai komentato= r setianya, Ibn Rushd terkena imbas. Di dunia sains, nasib Ibn Rushd sangat= bergantung pada Aristoteles. Faktor terakhir yang membuat nama Ibn Rushd t= enggelam di Eropa adalah munculnya banyak tokoh filsuf baru yang memiliki g= agasan-gagasan yang lebih fresh dan sesuai dengan perkembangan zaman. Membawa pulang Averoisme Ibn Rushd adalah orang Islam yang lahir di Barat (magrib). Ia hidup d= i Barat. Menuliskan pemikiran-pemikirannya di Barat dan meninggal dunia di = Barat. Setelah dia wafat, pemikirannya dihidupkan oleh orang-orang Barat. I= a tidak dipedulikan oleh orang-orang Islam di Timur (masyrik). Sejak Ibn Ru= shd meninggal, tradisi rasionalisme dalam filsafat Islam mati. Ia kerap dis= ebut sebagai filsuf besar terakhir yang dimiliki umat Islam. Benar, ada beberapa tokoh filsuf yang muncul setelah Ibn Rushd, seper= ti Mir Damad (wafat: 1631), Mulla Sadra (wafat: 1640), dan Mulla Hadi Sabza= wari (wafat: 1910) yang kebetulan semuanya orang Iran. Namun, kerangka besa= r filsafat mereka adalah 'irfani yang lebih dekat dengan tradisi gnostik ke= timbang agnostik (gnostik harus dibaca sebagai tradisi nonrasional-bukan ir= asional-yang lebih mengandalkan refleksi intuitif ketimbang nalar burhani s= ebagaimana yang digunakan Ibn Rushd, sementara agnostik harus dipahami seba= gai tradisi rasional dan bukan ateis sebagaimana selama ini disalahpahami. = Secara harfiah agnostik berarti "ragu-ragu" atau "tidak yakin". Filsafat di= bangun berdasarkan keragu-raguan dan ketidakyakinan. Di luar Iran dan secara umum di dunia Suni, tak ada lagi filsuf terce= rahkan yang lahir setelah Ibn Rushd. Sebagian orang mengandaikan Ibn Taymiy= yah (wafat: 1328) sebagai calon, sedangkan yang lainnya menunjuk Fakhruddin= al-Razi (wafat: 1209), Nasiruddin al-Tusi (wafat: 1274), bahkan Ibn Arabi = (wafat: 1240). Saya cenderung berpendapat, sampai awal abad ke-20, tak pern= ah ada kaum Muslim yang serius mencontoh dan meneruskan ajaran dan semangat= Averoisme. Ibn Rushd dan semangat Averoisme baru mendapat perhatian umat Islam a= wal abad ke-20. Berterimakasihlah kepada gerakan nahdah yang bibit-bibitnya= disemai oleh tokoh-tokoh semacam Rif'at al-Tahtawi (wafat: 1873), Muhammad= Abduh (wafat: 1905), dan Qassim Amin (wafat: 1908) di Mesir; kepada Sayyid= Ahmad Khan (wafat: 1898) dan Chiragh `Ali (wafat: 1895) di India; juga kep= ada penulis Kristen Arab yang begitu fasih berbicara tentang kemajuan dan p= encerahan, seperti Shibli Shumayyil (wafat: 1917), Farah Antun (wafat: 1922= ), Georgie Zaidan (wafat: 1914), Nicola Haddad (wafat: 1954), dan Salama Mu= sa (wafat: 1958). Setelah lebih dari 700 tahun, Ibn Rushd diabaikan, geraka= n "Averoisme Arab" abad ke-20 membuktikan bahwa ada akhir untuk sebuah pena= ntian yang panjang. Ibn Rushd bisa diterima oleh bangsanya sendiri. Averois= me bisa dibawa pulang. Averoisme abad ke-20 bisa disebut sebagai "Averoisme Arab" atau "Aver= oisme Islam". Sepintas istilah ini tampak redundant karena Ibn Rushd adalah= orang Arab dan seorang Muslim. Namun, penyebutan ini penting untuk membeda= kannya dari ketiga jenis Averoisme yang pernah ada: Latin, Yahudi, dan Kris= ten. Selain itu, sepanjang sejarah tak pernah kita menemukan seorang Muslim= atau Arab menjadi pengikut setia Ibn Rushd. Jadi, kata Islam atau Arab itu= penting untuk menunjukkan bahwa Ibn Rushd akhirnya memiliki pengikut dari = bangsanya sendiri. Sebenarnya, yang terpenting bukanlah penggunaan istilah itu secara fo= rmal (baik "Averoisme Arab" maupun "Averoisme Islam"), tetapi bagaimana sem= angat rasionalisme Ibn Rushd diadopsi dan dikembangkan. Bagi saya, siapa sa= ja yang mendukung gagasan "Islam rasional" dan meyakini nilai-nilai liberal= dalam Islam layak dianggap sebagai seorang Averois. Dari sini saya ingin m= engatakan bahwa para pembaru Muslim liberal, sejak nahdah hingga sekarang, = yang mendukung kebebasan berpikir dan menjunjung tinggi independensi akal m= anusia adalah para pengikut Averoisme sejati. Tentu saja, tanpa harus dikatakan, Averoisme modern tidaklah persis s= ama dengan Averoisme Latin atau Averoisme Yahudi. Zaman sudah berubah dan i= su-isu filsafat-keagamaan yang menjadi concern manusia tak lagi sama. Jika = dulu para pengikut Averoisme berurusan dengan "kebenaran ganda" karena memi= liki persoalan dengan kuasa gereja, para pengikut Averoisme modern berurusa= n dengan isu semacam "kebebasan berpikir", "pluralisme", dan "demokrasi" ka= rena mereka memiliki persolan serius dengan lembaga-lembaga keagamaan (MUI,= Dewan Dakwah, al-Azhar, Dar al-Ifta) yang memiliki semangat sama dengan pa= ra penguasa gereja abad ke-13 dan ke-14. Averoisme modern adalah replikasi dari semangat Averoisme Latin yang = menjadi cikal-bakal gerakan Renaisans dan Pencerahan di Eropa. Para Averois= modern, baik Islam maupun Arab, adalah orang-orang yang menginginkan pence= rahan dalam masyarakat mereka, sebuah "pencerahan yang mencerahkan" persis = seperti Immanuel Kant, tokoh terbesar Era Pencerahan, mendefinisikan kata i= tu. Luthfi Assyaukanie Pengajar pada Departemen Agama dan Filsafat, Unive= rsitas Paramadina, Jakarta Tulisan Ini Bagian Makalah yang Disampaikan pada= Perayaan Hari Jadi Ke-4 Jaringan Islam Liberal (JIL) di Jakarta, 3 Maret 2= 005 =20=20=20=20=20 [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~-->=20 Give underprivileged students the materials they need to learn.=20 Bring education to life by funding a specific classroom project. http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~->=20 *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg= Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru;=20 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx =20 Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ =20 ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **