** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru ** http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=104621 Gebrakan SBY dalam Kependudukan Oleh Haryono Suyono Sabtu, (26-03-'05) Awal minggu ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan gebrakan strategis dengan mengundang dan membuka Rapat Kerja Nasional Gerakan Keluarga Berencana tahun 2005 di Istana Negara, Jakarta. Sepintas Rakernas yang dibuka oleh seorang Presiden di Istana Negara adalah suatu hal yang biasa. Rapat kerja bidang kependudukan dan KB di masa lalu, pada masa Presiden HM Soeharto, Presiden BJ Habibie, Presiden Gus Dur, atau Presiden Megawati Soekarnoputri, juga dibuka oleh Presiden di Istana Negara. Namun, dalam suasana perhatian dunia terhadap masalah kependudukan sedang berubah bentuk seperti sekarang ini, gebrakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengandung harapan yang besar bahwa Indonesia bisa kembali menjadi pioner dalam mengembangkan pemberdayaan penduduk yang besar sebagai kekuatan dan modal pembangunan bangsa atau human capital. Indonesia yang miskin tetapi mempunyai penduduk dengan jumlah besar, apabila ditangani dengan pemberdayaannya secara terpadu, dengan mengundang partisipasi semua kekuatan pembangunan yang tinggi, akan menghasilkan sumber daya manusia bermutu yang besar jumlahnya. Kalau setiap warga menghasilkan sesuatu untuk bangsa dan negaranya, hampir pasti negara yang besar dan kaya raya ini akan muncul sebagai negara besar yang sejahtera, adil dan makmur. Indonesia dengan penduduk lebih dari 215 juta jiwa mempunyai potensi yang makin siap untuk membangun bangsanya. Dalam tigapuluh tahun terakhir, tingkat kelahiran dan tingkat kematian sudah menurun lebih dari 50 persen. Sementara tingkat pertumbuhan penduduknya telah menurun dari angka diatas 2 persen menjadi hampir dekat dengan angka 1,2 - 1,3 persen. Bahkan beberapa provinsi, kabupaten dan kota telah menunjukkan angka sekitar 1 persen. Makin siapnya penduduk dikembangkan menjadi potensi pembangunan yang kuat itu ditandai pula dengan jumlah penduduk di bawah usia limabelas tahun yang relatif tidak bertambah lagi, yaitu sekitar 60-65 juta jiwa. Dengan jumlah tersebut, apabila kita bekerja dengan keras, tidak mustahil tingkat kesehatan dan tingkat pendidikan awal dari penduduk tersebut dapat diberikan dengan baik. Pemeliharaan kesehatan dan pendidikan dalam usia dini akan menghasilkan bibit-bibit unggul yang di kemudian hari dapat menghasilkan manusia unggul dan bermutu yang bisa diandalkan untuk melanjutkan pembangunan bangsa. Penurunan tingkat kelahiran dan kematian juga menyebabkan melejitnya usia harapan hidup dari angka di bawah 50 tahun menjadi 65 tahun atau lebih. Angka-angka itu relatif tinggi tetapi masih rawan untuk menurun kembali karena angka kematian ibu hamil dan melahirkan masih tinggi, sekitar 300 per 100.000 kelahiran, atau sekitar 30-40 kali lebih besar dibandingkan angka yang sama di negara tetangga kita, Singapura dan Malaysia. Gebrakan Presiden SBY dengan menggelar Rapat Kerja Nasional di Istana harus segera diikuti dengan kegiatan menggelar program kesehatan ibu dan anak secara besar-besaran di tingkat pedesaan. Program ini harus disiapkan dengan baik untuk menolong ibu muda yang karena kemiskinan dan pendidikan yang rendah terpaksa menikah pada usia muda. Karena kemiskinan dan tingkat pendidikan yang rendah, perkawinan usia muda biasanya tidak disertai dengan persiapan pengetahuan reproduksi yang matang, dan tidak pula disertai oleh kemampuan mengakses pelayanan ke sehatan yang masih dianggap mahal. Karena sifatnya menolong ibu-ibu muda yang subur, maka tugas menyediakan pelayanan kesehatan yang merata dan bermutu, dan selama ini menjadi tanggung jawab Departemen Kesehatan dan jajaran Pemda terkait, harus dirombak dengan sistem baru yang menjemput bola sampai ke tingkat pedesaan dan pedukuhan. Jajaran pemerintah harus mampu memperhitungkan kebutuhan sesuai dengan jumlah penduduk usia subur dan mereka yang siap mengandung dan melahirkan. Begitu juga pemerintah daerah harus mampu memperhitungkan jumlah anak-anak yang rawan penyakit yang bisa mengganggu tingkat kematian yang sudah rendah. Andaikan aparat pemerintah tidak mencukupi, jajaran pemerintah harus tanggap dan dengan cepat mengembangkan pemberdayaan dan suasana yang kondusif bagi munculnya pelayanan mandiri yang bermutu dan murah. Dalam waktu yang bersamaan, jajaran Departemen Dalam Negeri, jajaran BKKBN, dan Pemerintah Daerah, dengan mitra-mitra kerjanya, harus dengan gesit mengembangkan pemberdayaan masyarakat agar masyarakat, keluarga dan penduduk, makin gandrung terhadap pelayanan kesehatan dan KB secara mandiri. Masyarakat harus mendapat informasi dan edukasi yang mendalam, kalau perlu diberikan contoh dan pendampingan untuk hidup sehat dan ber-KB dengan teratur. Dengan advokasi yang jujur aparat pemerintah harus bisa mengembangkan suasana yang kondusif, mampu merangsang masyarakat untuk melakukan kegiatan yang mandiri dan bermutu. Kalau perlu aparat pemerintah mendampingi dan diperbantukan kepada masyarakat agar biaya pelayanan yang diberikan secara mandiri tidak membebani masyarakat diluar kemampuannya yang wajar. Di samping itu, secara jelas dapat dilihat bahwa penduduk yang berusia 15-45 tahun, atau penduduk dewasa yang potensial dan bisa dianggap siap, atau harus siap untuk bekerja, jumlahnya melipat dua sampai tiga kali lipat dibandingkan dengan jumlah penduduk usia yang sama pada tahun 1970-an. Gambaran ini memberi peringatan kepada kita, pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia, bahwa persiapan-persiapan yang cermat harus dilakukan untuk menolong penduduk usia potensial tersebut. Kurang dari sepertiga penduduk usia 15-25 tahun tersebut sedang sekolah atau kuliah, yaitu sekitar separo dari penduduk usia SMA sedang sekolah di SMA, dan hanya sekitar 10-12 persen saja dari penduduk usia perguruan tinggi sedang mengikuti kuliah. Lebih separo anak-anak dan remaja usia SMA tidak sekolah. Sangat jarang, anak-anak dan remaja yang tidak sekolah tersebut memperoleh kesempatan membekali dirinya melalui berbagai pelatihan keterampilan yang ada di masyarakat karena alasan kesulitan ekonomi atau karena alasan lainnya. Lebih dari itu, karena warisan masa lalu yang sangat memprihatinkan, banyak penduduk usia di atas 25 tahun mempunyai latar belakang pendidikan yang sangat minim. Masih banyak yang tidak pernah mengenal bangku sekolah selama hidupnya. Karenanya, pada penduduk di atas usia 25 tahun masih didapati banyak yang buta aksara. Kita belum sanggup mengentaskannya. Kalau diperhitungkan secara seksama, rata-rata lamanya penduduk Indonesia bersekolah tidak lebih dari 6 (enam) tahun. Angka yang sangat rendah tersebut menyeret nilai Human Development Index (HDI) manusia Indonesia pada posisi yang sangat rendah. Gebrakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan himbauan agar para gubernur, bupati dan walikota menggerakan kembali program KB dengan lebih gencar, perlu disambut gembira, karena kalau tidak, keadaan bisa bertambah gawat. Konsumsi BBM dan kebutuhan lainnya akan membengkak. Tidak ada lagi tersisa untuk pemeliharaan kesehatan, pendidikan anak-anak dan persiapan pengembangan lapangan kerja yang lebih luas. BKKBN harus segera menggelar kerjasama yang erat, minimal dengan Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Dalam Negeri serta seluruh jajaran Pemerintah Daerah di kabupaten dan kota. Bersama-sama dengan Pemerintah Kabupaten dan Kota, BKKBN harus segera melakukan inventarisasi di pedesaan terhadap keberadaan anak-anak usia SMP dan SMA yang tidak sekolah. Harus dicari sebab-sebabnya, kenapa mereka tidak sekolah. Kalau kekurangan sekolah, departeman-departemen tersebut bekerjasama dengan pemerintah kabupaten dan kota, harus segera mengadakan sekolah dan melengkapi kebutuhan sekolah yang diperlukan. Kalau karena himpitan kemiskinan, jajaran BKKBN harus segera mengadakan kerjasama dengan departemen dan lembaga yang ditugasi pemerintah, serta dengan lembaga-lembaga swasta lainnya, untuk mengembangkan pemberdayaan ekonomi keluarga agar keluarga tertinggal tersebut bisa mengirimkan anak-anaknya ke sekolah. Jajaran BKKBN harus segera bertindak cepat. Bukan menggantikan peranan Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Tenaga Kerja, tetapi membantu pemerintah kabupaten dan kota menggerakkan keluarga dan masyarakat untuk menggandrungi pendidikan karena hanya dengan pendidikan dan pelatihan yang memadai potensi sumber daya manusia yang melimpah dapat memberi menyumbang pada pembangunan bangsa dan tanah airnya. BKKBN dapat mengembangkan advokasi dan mengikis habis hambatan-hambatan kultural dengan bekerjasama dengan tokoh-tokoh masyarakat, alim ulama dan semua yang berpikir jernih, untuk mengajak masyarakat secara gotong royong mengirim anak-anaknya ke sekolah. Sejalan dengan itu Departemen Pendidikan Nasional dan jajaran Pemda di seluruh Indonesia harus menyediakan fasilitas pendidikan dengan mutu yang terbaik. Departemen ini sekaligus harus menyempurnakan sistem pendidikan nasional untuk mampu menghasilkan lulusan yang tidak saja unggul dalam bidang akademis, tetapi juga unggul dalam bidang keterampilan dan kemasyarakatan. Setiap lulusan sekolah harus bisa menjadi rebutan berbagai perguruan tinggi dan masyarakat luas yang segera ingin mengisi pembangunan bangsa dan tanah airnya. Sekolah-sekolah kejuruan diperbanyak. Bahkan sekolah-sekolah umum ditambah jam belajarnya sampai sore dan kalau perlu sampai malam hari. Setiap anak diberikan kesempatan mempelajari materi dan praktik keterampilan. Kalau pemerintah, karena kelangkaan anggaran belum mampu menyediakan guru, pembimbing atau peralatan, masyarakat luas, khususnya para pengusaha dihimbau untuk membantu menyediakan diri sebagai tempat magang dan pelatihan bagi siswa y ang berada di sekitar tempat usahanya. Sebagai imbalan dari sekolah di masyarakat tersebut, para pengusaha pejuang diberikan kesempatan mendapatkan tambahan modal melalui kredit dan permodalan dengan fasilitas yang disederhanakan. Produk mereka dibantu pemasarannya sebagai komoditi lokal dan produk dalam negeri yang harus dicintai rakyatnya. Pembelian-pembelian pemerintah diarahkan secara sengaja kepada produk-produk yang dihasilkan oleh produsen dalam negeri yang sekaligus ikut serta dalam pembangunan sumber daya manusia tersebut. Penduduk usia di atas 45 tahun, atau di atas 60 tahun, jumlahnya meledak tiga sampai lima kali lipat dibandingkan keadaan tahun 1970-an. Kesempatan harus dibuka agar mereka bisa ikut dalam pengembangan ekonomi mikro dan kecil. Para isteri petani di pedesaan diberdayakan dalam bidang industri dengan bahan baku dari hasil pertanian dan produk di desanya. BKKBN yang mengetahui dengan pasti keadaan keluarga di pedesaan melalui hasil pendataan tahun-tahun sebelumnya, harus ditugasi tetap mengembangkan data yang akurat agar pemberdayaan dapat diarahkan oleh berbagai instansi dan masyarakat secara akurat. Kemampuan pendataan harus menyertai upaya pemberdayaan yang dila kukan secara gotong royong oleh berbagai lembaga dan masyarakat. Kemajuan pemberdayaan keluarga diukur dari partisipasi yang penuh dari keluarga kurang mampu yang bertambah baik. Sesuai pidato Presiden, BKKBN harus bekerja keras untuk menjamin agar setiap penduduk, terutama penduduk dari keluarga kurang mampu, bisa berpartisipasi dan mengakses pelayanan kesehatan, pendidikan, pelatihan, dan kewirausahaan, terutama partisipasi dalam bidang ekonomi keluarga, yang harus diikuti dengan jumlah yang meluas. Partisipasi yang luas akan menjamin dukungan pembangunan untuk mencapai target-target Millenium Development Goals (MDGs), dan atau meningkatnya Human Development Index (HDI), atau makin membaiknya mutu penduduk dan masyarakat Indonesia. Gebrakan Presiden tidak boleh disimpan dalam file komputer, tetapi harus segera diikuti lewat gerakan pembangunan dengan menempatkan manusia sebagai titik sentralnya, yaitu gerakan pembangunan komprehensif terpadu yang sekaligus diarahkan untuk meningkatkan mutu manusia. *** (Prof Dr Haryono Suyono, pengamat sosial kemasyarakatan, dosen Unair Surabaya). [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for anyone who cares about public education! http://us.click.yahoo.com/O.5XsA/8WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **