[list_indonesia] [ppiindia] Gebrakan SBY dalam Kependudukan

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sat, 26 Mar 2005 10:43:49 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=104621

            Gebrakan SBY dalam Kependudukan
            Oleh Haryono Suyono 


            Sabtu, (26-03-'05)
            Awal minggu ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan 
gebrakan strategis dengan mengundang dan membuka Rapat Kerja Nasional Gerakan 
Keluarga Berencana tahun 2005 di Istana Negara, Jakarta. Sepintas Rakernas yang 
dibuka oleh seorang Presiden di Istana Negara adalah suatu hal yang biasa. 
Rapat kerja bidang kependudukan dan KB di masa lalu, pada masa Presiden HM 
Soeharto, Presiden BJ Habibie, Presiden Gus Dur, atau Presiden Megawati 
Soekarnoputri, juga dibuka oleh Presiden di Istana Negara. 

            Namun, dalam suasana perhatian dunia terhadap masalah kependudukan 
sedang berubah bentuk seperti sekarang ini, gebrakan Presiden Susilo Bambang 
Yudhoyono mengandung harapan yang besar bahwa Indonesia bisa kembali menjadi 
pioner dalam mengembangkan pemberdayaan penduduk yang besar sebagai kekuatan 
dan modal pembangunan bangsa atau human capital. Indonesia yang miskin tetapi 
mempunyai penduduk dengan jumlah besar, apabila ditangani dengan 
pemberdayaannya secara terpadu, dengan mengundang partisipasi semua kekuatan 
pembangunan yang tinggi, akan menghasilkan sumber daya manusia bermutu yang 
besar jumlahnya. Kalau setiap warga menghasilkan sesuatu untuk bangsa dan 
negaranya, hampir pasti negara yang besar dan kaya raya ini akan muncul sebagai 
negara besar yang sejahtera, adil dan makmur. 

            Indonesia dengan penduduk lebih dari 215 juta jiwa mempunyai 
potensi yang makin siap untuk membangun bangsanya. Dalam tigapuluh tahun 
terakhir, tingkat kelahiran dan tingkat kematian sudah menurun lebih dari 50 
persen. Sementara tingkat pertumbuhan penduduknya telah menurun dari angka 
diatas 2 persen menjadi hampir dekat dengan angka 1,2 - 1,3 persen. Bahkan 
beberapa provinsi, kabupaten dan kota telah menunjukkan angka sekitar 1 persen. 

            Makin siapnya penduduk dikembangkan menjadi potensi pembangunan 
yang kuat itu ditandai pula dengan jumlah penduduk di bawah usia limabelas 
tahun yang relatif tidak bertambah lagi, yaitu sekitar 60-65 juta jiwa. Dengan 
jumlah tersebut, apabila kita bekerja dengan keras, tidak mustahil tingkat 
kesehatan dan tingkat pendidikan awal dari penduduk tersebut dapat diberikan 
dengan baik. Pemeliharaan kesehatan dan pendidikan dalam usia dini akan 
menghasilkan bibit-bibit unggul yang di kemudian hari dapat menghasilkan 
manusia unggul dan bermutu yang bisa diandalkan untuk melanjutkan pembangunan 
bangsa. 

            Penurunan tingkat kelahiran dan kematian juga menyebabkan 
melejitnya usia harapan hidup dari angka di bawah 50 tahun menjadi 65 tahun 
atau lebih. Angka-angka itu relatif tinggi tetapi masih rawan untuk menurun 
kembali karena angka kematian ibu hamil dan melahirkan masih tinggi, sekitar 
300 per 100.000 kelahiran, atau sekitar 30-40 kali lebih besar dibandingkan 
angka yang sama di negara tetangga kita, Singapura dan Malaysia. Gebrakan 
Presiden SBY dengan menggelar Rapat Kerja Nasional di Istana harus segera 
diikuti dengan kegiatan menggelar program kesehatan ibu dan anak secara 
besar-besaran di tingkat pedesaan. Program ini harus disiapkan dengan baik 
untuk menolong ibu muda yang karena kemiskinan dan pendidikan yang rendah 
terpaksa menikah pada usia muda. Karena kemiskinan dan tingkat pendidikan yang 
rendah, perkawinan usia muda biasanya tidak disertai dengan persiapan 
pengetahuan reproduksi yang matang, dan tidak pula disertai oleh kemampuan 
mengakses pelayanan ke
 sehatan yang masih dianggap mahal. 

            Karena sifatnya menolong ibu-ibu muda yang subur, maka tugas 
menyediakan pelayanan kesehatan yang merata dan bermutu, dan selama ini menjadi 
tanggung jawab Departemen Kesehatan dan jajaran Pemda terkait, harus dirombak 
dengan sistem baru yang menjemput bola sampai ke tingkat pedesaan dan 
pedukuhan. Jajaran pemerintah harus mampu memperhitungkan kebutuhan sesuai 
dengan jumlah penduduk usia subur dan mereka yang siap mengandung dan 
melahirkan. Begitu juga pemerintah daerah harus mampu memperhitungkan jumlah 
anak-anak yang rawan penyakit yang bisa mengganggu tingkat kematian yang sudah 
rendah. Andaikan aparat pemerintah tidak mencukupi, jajaran pemerintah harus 
tanggap dan dengan cepat mengembangkan pemberdayaan dan suasana yang kondusif 
bagi munculnya pelayanan mandiri yang bermutu dan murah. 

            Dalam waktu yang bersamaan, jajaran Departemen Dalam Negeri, 
jajaran BKKBN, dan Pemerintah Daerah, dengan mitra-mitra kerjanya, harus dengan 
gesit mengembangkan pemberdayaan masyarakat agar masyarakat, keluarga dan 
penduduk, makin gandrung terhadap pelayanan kesehatan dan KB secara mandiri. 
Masyarakat harus mendapat informasi dan edukasi yang mendalam, kalau perlu 
diberikan contoh dan pendampingan untuk hidup sehat dan ber-KB dengan teratur. 
Dengan advokasi yang jujur aparat pemerintah harus bisa mengembangkan suasana 
yang kondusif, mampu merangsang masyarakat untuk melakukan kegiatan yang 
mandiri dan bermutu. Kalau perlu aparat pemerintah mendampingi dan 
diperbantukan kepada masyarakat agar biaya pelayanan yang diberikan secara 
mandiri tidak membebani masyarakat diluar kemampuannya yang wajar. 

            Di samping itu, secara jelas dapat dilihat bahwa penduduk yang 
berusia 15-45 tahun, atau penduduk dewasa yang potensial dan bisa dianggap 
siap, atau harus siap untuk bekerja, jumlahnya melipat dua sampai tiga kali 
lipat dibandingkan dengan jumlah penduduk usia yang sama pada tahun 1970-an. 
Gambaran ini memberi peringatan kepada kita, pemerintah dan seluruh rakyat 
Indonesia, bahwa persiapan-persiapan yang cermat harus dilakukan untuk menolong 
penduduk usia potensial tersebut. Kurang dari sepertiga penduduk usia 15-25 
tahun tersebut sedang sekolah atau kuliah, yaitu sekitar separo dari penduduk 
usia SMA sedang sekolah di SMA, dan hanya sekitar 10-12 persen saja dari 
penduduk usia perguruan tinggi sedang mengikuti kuliah. Lebih separo anak-anak 
dan remaja usia SMA tidak sekolah. Sangat jarang, anak-anak dan remaja yang 
tidak sekolah tersebut memperoleh kesempatan membekali dirinya melalui berbagai 
pelatihan keterampilan yang ada di masyarakat karena alasan kesulitan 
 ekonomi atau karena alasan lainnya. 

            Lebih dari itu, karena warisan masa lalu yang sangat 
memprihatinkan, banyak penduduk usia di atas 25 tahun mempunyai latar belakang 
pendidikan yang sangat minim. Masih banyak yang tidak pernah mengenal bangku 
sekolah selama hidupnya. Karenanya, pada penduduk di atas usia 25 tahun masih 
didapati banyak yang buta aksara. Kita belum sanggup mengentaskannya. Kalau 
diperhitungkan secara seksama, rata-rata lamanya penduduk Indonesia bersekolah 
tidak lebih dari 6 (enam) tahun. Angka yang sangat rendah tersebut menyeret 
nilai Human Development Index (HDI) manusia Indonesia pada posisi yang sangat 
rendah. 

            Gebrakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan himbauan agar 
para gubernur, bupati dan walikota menggerakan kembali program KB dengan lebih 
gencar, perlu disambut gembira, karena kalau tidak, keadaan bisa bertambah 
gawat. Konsumsi BBM dan kebutuhan lainnya akan membengkak. Tidak ada lagi 
tersisa untuk pemeliharaan kesehatan, pendidikan anak-anak dan persiapan 
pengembangan lapangan kerja yang lebih luas. 

            BKKBN harus segera menggelar kerjasama yang erat, minimal dengan 
Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Dalam 
Negeri serta seluruh jajaran Pemerintah Daerah di kabupaten dan kota. 
Bersama-sama dengan Pemerintah Kabupaten dan Kota, BKKBN harus segera melakukan 
inventarisasi di pedesaan terhadap keberadaan anak-anak usia SMP dan SMA yang 
tidak sekolah. Harus dicari sebab-sebabnya, kenapa mereka tidak sekolah. Kalau 
kekurangan sekolah, departeman-departemen tersebut bekerjasama dengan 
pemerintah kabupaten dan kota, harus segera mengadakan sekolah dan melengkapi 
kebutuhan sekolah yang diperlukan. Kalau karena himpitan kemiskinan, jajaran 
BKKBN harus segera mengadakan kerjasama dengan departemen dan lembaga yang 
ditugasi pemerintah, serta dengan lembaga-lembaga swasta lainnya, untuk 
mengembangkan pemberdayaan ekonomi keluarga agar keluarga tertinggal tersebut 
bisa mengirimkan anak-anaknya ke sekolah. 

            Jajaran BKKBN harus segera bertindak cepat. Bukan menggantikan 
peranan Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Tenaga Kerja, tetapi 
membantu pemerintah kabupaten dan kota menggerakkan keluarga dan masyarakat 
untuk menggandrungi pendidikan karena hanya dengan pendidikan dan pelatihan 
yang memadai potensi sumber daya manusia yang melimpah dapat memberi menyumbang 
pada pembangunan bangsa dan tanah airnya. BKKBN dapat mengembangkan advokasi 
dan mengikis habis hambatan-hambatan kultural dengan bekerjasama dengan 
tokoh-tokoh masyarakat, alim ulama dan semua yang berpikir jernih, untuk 
mengajak masyarakat secara gotong royong mengirim anak-anaknya ke sekolah. 

            Sejalan dengan itu Departemen Pendidikan Nasional dan jajaran Pemda 
di seluruh Indonesia harus menyediakan fasilitas pendidikan dengan mutu yang 
terbaik. Departemen ini sekaligus harus menyempurnakan sistem pendidikan 
nasional untuk mampu menghasilkan lulusan yang tidak saja unggul dalam bidang 
akademis, tetapi juga unggul dalam bidang keterampilan dan kemasyarakatan. 
Setiap lulusan sekolah harus bisa menjadi rebutan berbagai perguruan tinggi dan 
masyarakat luas yang segera ingin mengisi pembangunan bangsa dan tanah airnya. 
Sekolah-sekolah kejuruan diperbanyak. Bahkan sekolah-sekolah umum ditambah jam 
belajarnya sampai sore dan kalau perlu sampai malam hari. Setiap anak diberikan 
kesempatan mempelajari materi dan praktik keterampilan. Kalau pemerintah, 
karena kelangkaan anggaran belum mampu menyediakan guru, pembimbing atau 
peralatan, masyarakat luas, khususnya para pengusaha dihimbau untuk membantu 
menyediakan diri sebagai tempat magang dan pelatihan bagi siswa y
 ang berada di sekitar tempat usahanya. 

            Sebagai imbalan dari sekolah di masyarakat tersebut, para pengusaha 
pejuang diberikan kesempatan mendapatkan tambahan modal melalui kredit dan 
permodalan dengan fasilitas yang disederhanakan. Produk mereka dibantu 
pemasarannya sebagai komoditi lokal dan produk dalam negeri yang harus dicintai 
rakyatnya. Pembelian-pembelian pemerintah diarahkan secara sengaja kepada 
produk-produk yang dihasilkan oleh produsen dalam negeri yang sekaligus ikut 
serta dalam pembangunan sumber daya manusia tersebut. 

            Penduduk usia di atas 45 tahun, atau di atas 60 tahun, jumlahnya 
meledak tiga sampai lima kali lipat dibandingkan keadaan tahun 1970-an. 
Kesempatan harus dibuka agar mereka bisa ikut dalam pengembangan ekonomi mikro 
dan kecil. Para isteri petani di pedesaan diberdayakan dalam bidang industri 
dengan bahan baku dari hasil pertanian dan produk di desanya. BKKBN yang 
mengetahui dengan pasti keadaan keluarga di pedesaan melalui hasil pendataan 
tahun-tahun sebelumnya, harus ditugasi tetap mengembangkan data yang akurat 
agar pemberdayaan dapat diarahkan oleh berbagai instansi dan masyarakat secara 
akurat. Kemampuan pendataan harus menyertai upaya pemberdayaan yang dila kukan 
secara gotong royong oleh berbagai lembaga dan masyarakat. Kemajuan 
pemberdayaan keluarga diukur dari partisipasi yang penuh dari keluarga kurang 
mampu yang bertambah baik. 

            Sesuai pidato Presiden, BKKBN harus bekerja keras untuk menjamin 
agar setiap penduduk, terutama penduduk dari keluarga kurang mampu, bisa 
berpartisipasi dan mengakses pelayanan kesehatan, pendidikan, pelatihan, dan 
kewirausahaan, terutama partisipasi dalam bidang ekonomi keluarga, yang harus 
diikuti dengan jumlah yang meluas. Partisipasi yang luas akan menjamin dukungan 
pembangunan untuk mencapai target-target Millenium Development Goals (MDGs), 
dan atau meningkatnya Human Development Index (HDI), atau makin membaiknya mutu 
penduduk dan masyarakat Indonesia. 

            Gebrakan Presiden tidak boleh disimpan dalam file komputer, tetapi 
harus segera diikuti lewat gerakan pembangunan dengan menempatkan manusia 
sebagai titik sentralnya, yaitu gerakan pembangunan komprehensif terpadu yang 
sekaligus diarahkan untuk meningkatkan mutu manusia. *** 

            (Prof Dr Haryono Suyono, pengamat sosial kemasyarakatan, dosen 
Unair Surabaya).  
     
     


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for
anyone who cares about public education!
http://us.click.yahoo.com/O.5XsA/8WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Gebrakan SBY dalam Kependudukan