[list_indonesia] [ppiindia] Elite dan Politik Harga BBM

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Thu, 17 Mar 2005 23:14:54 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

Media Indonesia
      Jum'at, 18 Maret 2005

      OPINI

      Elite dan Politik Harga BBM

      Tata Mustasya, Peneliti The Indonesian Institute, Jakarta
     
      PRO-KONTRA seputar kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) seharusnya 
tidak hanya dilihat sebagai wacana mengenai pilihan kebijakan ekonomi yang 
tepat. Tidak kalah penting, hal tersebut menunjukkan dinamika konstelasi 
politik nasional yang mengiringi kebijakan pemerintah tersebut. Khas dinamika 
politik di negara transisi demokrasi, elite memainkan isu ini untuk kepentingan 
kekuasaan dan ekonomi.

      Sedikit atau banyak, daya tawar pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono 
(SBY) di hadapan elite telah menurun dengan adanya kenaikan harga BBM. 
Pemerintah sangat potensial dituduh tidak peduli terhadap kaum miskin. Lebih 
jauh lagi, kebijakan tersebut --sedikit atau banyak-- akan meningkatkan inflasi 
dan menghambat pertumbuhan ekonomi.

      Inti permasalahan terletak pada kesenjangan (gap) antara dampak ekonomi 
secara statistika dengan dampak ekonomi yang langsung dirasakan masyarakat 
banyak. Jika elite memainkan wacana kontra peningkatan harga BBM, dampak 
ekonomi yang dirasakan masyarakat akan jauh lebih hebat dibandingkan dengan 
dampak menurut data statistika, dan sebaliknya. Pada poin inilah, tiga kelompok 
elite memainkan peran untuk mendelegitimasi pemerintahan SBY atau mendukungnya 
untuk kepentingan politik pribadi atau kelompok.

      Kelompok elite pertama adalah parpol sebagai kekuatan politik formal. 
Selama ini, parpol tidak pernah memiliki ideologi yang jelas dalam menyikapi 
harga BBM. Tergantung siapa yang sedang berkuasa atau seberapa banyak konsesi 
yang diberikan pemerintah kepada parpol tersebut, misalnya, jumlah kursi di 
kabinet.

      Saat ini, Partai Golkar bersama dengan Partai Demokrat merupakan partai 
dengan jumlah kursi signifikan yang mendukung pemerintahan SBY secara relatif 
permanen. Kedua parpol tersebut tidak akan bereaksi negatif terhadap kebijakan 
BBM dan hanya mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang bersifat normatif.

      Sementara itu, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan 
Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Amanat Nasional (PAN) 
merupakan koalisi pemerintah yang sangat sarat kepentingan. Ketiga parpol 
tersebut akan mengambil momentum kenaikan harga BBM untuk dua tujuan: meminta 
konsesi lebih kepada pemerintahan SBY dan meningkatkan popularitas untuk 
amunisi Pemilu 2009. Sikap dari parpol-parpol tersebut cenderung ambigu, 
menerima kenaikan harga dengan catatan atau syarat tertentu.

      PKS tampaknya paling siap dalam isu ini. Mereka bahkan --bersamaan dengan 
sikap terhadap kenaikan harga BBM-- meminta SBY mencopot Jaksa Agung dan 
menyatakan memiliki calon yang tepat dalam kerangka pemberantasan korupsi, 
kolusi, dan nepotisme (KKN).

      Ini dapat dilihat sebagai isyarat politik PKS terhadap SBY berkaitan 
kenaikan harga BBM. Terlebih lagi --meskipun tidak secara formal-- PKS memiliki 
pengaruh kuat terhadap gerakan mahasiswa, terutama di perguruan tinggi besar.

      Yang jelas-jelas kontra adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 
(PDIP). Walaupun belum terlihat efektif, parpol ini akan habis-habisan 
menentang kenaikan harga BBM. Tujuannya delegitimasi SBY dan memperoleh kembali 
simpati pada Pemilu 2009.

      Kelompok elite kedua adalah pengusaha. Menyikapi kenaikan harga BBM, 
reaksi pengusaha akan tergantung kepada tawaran yang diberikan SBY kepada 
mereka dalam kaitannya dengan pencarian rente ekonomi (rent-seeking 
activities). Wacana dari pengusaha --terutama dari kelompok-kelompok kuat-- 
akan menentukan ekspektasi dan dampak riil kenaikan harga BBM bagi masyarakat. 
Jika pengusaha mengatakan bahwa kebijakan tersebut menghantam gerak bisnis 
mereka, keresahan akan timbul di mana-mana dan ekonomi terganggu.

      Pemerintahan SBY tampaknya telah siap dengan apa yang dinamakan oleh 
Champlin dan Knoedler (2004) sebagai "corporate takeover democracy". Pengusaha 
--suka atau tidak suka-- memiliki kartu yang menentukan. Untuk itulah ada 
Aburizal Bakrie yang dekat dengan Kadin Indonesia dalam kabinet dan 
dilakukannya komunikasi dengan kelompok-kelompok kuat pebisnis lainnya.

      Pengusaha dari kelompok-kelompok kuat akan bersikap yang kira-kira 
isinya, menerima kenaikan harga BBM asal pemerintah menciptakan iklim usaha 
yang kondusif. Substansinya, tetap akan berujung pada konsesi bisnis bagi 
bisnis pribadi atau kelompok.

      Kelompok elite ketiga adalah organisasi civil society. Yang terlihat 
aktif sejauh ini adalah lembaga-lembaga penelitian, lembaga think-tank, dan LSM 
advokasi. Interaksi pro dan kontra pada kelompok ini juga terlihat penuh dengan 
kepentingan.

      Pihak yang pro mengeluarkan argumen, di antaranya, kenaikan harga BBM 
akan menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 3 persen melalui program kompensasi. 
Ini merupakan argumen yang tidak masuk akal karena mengasumsikan minimnya 
korupsi dalam penyaluran kompensasi. Setiap ekonom biasanya paham bahwa asumsi 
dalam sebuah analisis tidak boleh terlalu jauh dengan realitas.

      Mau tidak mau, faktor kepentingan menjadi menentukan. Lembaga penelitian 
dan lembaga think-tank juga tidak terlepas dari fenomena "corporate takeover 
democracy". Hal tersebut, misalnya, menimbulkan kecurigaan banyak pihak 
terhadap iklan Freedom Institute mengenai dukungan terhadap kenaikan harga BBM 
di Harian Kompas, 19 Februari 2005.

      Ini belum menghitung kedekatan beberapa intelektual dengan pemerintahan 
SBY dan ketergantungan terhadap donor pro pencabutan subsidi. Intinya, elite 
tidak bersih kepentingan ketika menyikapi kenaikan harga BBM tersebut.

      Kalau menggunakan argumen ekonomi murni tanpa tendensi politis, subsidi 
BBM memang harus dikurangi. Bukan untuk meningkatkan kesejahteraan kaum miskin, 
tetapi lebih karena keterbatasan kemampuan negara dalam melindungi warga 
negaranya.

      ***

      Kaum miskin berada pada posisi yang tidak menguntungkan dalam dinamika 
elite dan kenaikan harga BBM. Mereka menjadi 'dagangan' dan hanya mampu 
menunggu hasil akhir dari dinamika elite. Walaupun demikian, tidak mustahil 
dinamika tersebut akan menghasilkan keluaran positif bagi kaum miskin, 
misalnya, pengawasan yang ketat dalam penyaluran kompensasi.

      Ada yang dapat dilakukan elite --di tengah hiruk-pikuk kepentingan 
masing-masing-- untuk kaum miskin. Salah satunya, elite harus memberikan 
argumen-argumen yang mendidik dan tidak membodohi publik. Termasuk menghindari 
mengatasnamakan kesejahteraan orang miskin dalam kenaikan harga BBM ketika 
persoalan sebenarnya adalah ketidakmampuan negara.**
     


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for
anyone who cares about public education!
http://us.click.yahoo.com/O.5XsA/8WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Elite dan Politik Harga BBM