[list_indonesia] [ppiindia] BBM, TKI dan Blok Ambalat

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Wed, 9 Mar 2005 21:45:16 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

http://www.harianbatampos.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=7647

      BBM, TKI dan Blok Ambalat 
      Oleh redaksi 
            Rabu, 09-Maret-2005, 07:22:33   
     
     
            OleH: Prijanto Ar-Rabbani 
     
     
      Hari-hari terakhir, pemerintahan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) - Jusuf 
Kalla (JK) di hadapkan pada tiga persoalan penting yang menyedot sebagian besar 
perhatiannya. Pertama, tentu saja masalah kenaikan harga BBM. Kedua, TKI ilegal 
kita yang mulai diburu di Malaysia. Dan yang ketiga, klaim Malaysia atas 
wilayah kaya minyak di Blok Ambalat. 

      Kenaikan Harga BBM 
      Menaikan harga BBM memang merupakan upaya pemecahan permasalahan yang 
dilematis. Siapa pun yang kebetulan duduk di pucuk pemerintahan negeri ini, 
akan tidak mudah untuk mengambil keputusan yang satu ini. Denny JA, Direktur 
Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI), berpendapat, ibarat menemukan buah 
simalakama, isu BBM ini dapat membuat pemerintah mati angin. Jika ingin 
mengikuti kehendak populer dengan cara tidak mengurangi subsidi BBM, resiko 
ekonomi dan politik yang dihadapi pemerintah juga besar. Jika pengurangan 
subsidi BBM ditunda lagi atau dibatalkan, pemerintah segera mengalami kesulitan 
karena: 

      Pertama, harga BBM di dunia sudah melambung jauh. Dihitung dari 
opportunity cost, dalam waktu setahun pemerintah harus menyubsidi BBM sekitar 
Rp50-70 triliun, bergantung pada harga BBM di pasar. Jelas angka subsidi itu 
sangat besar bagi kemampuan pemerintah saat ini. 

      Indonesia bukanlah negara kaya dengan berbagai cadangan sumber dana yang 
longgar. Sebaliknya, negara ini sudah delapan tahun berada dalam kubangan 
krisis ekonomi sejak 1998. Ditambah dengan kewajiban membayar utang, keuangan 
pemerintah semakin berat jika tetap harus menanggung subsidi BBM. Menunda 
kembali pengurangan subsidi BBM, oleh sebagian ekonom dan politisi rasional 
dianggap kebijakan populis yang kosong dan justru berbahaya dalam jangka 
panjang. Apalagi, publik luas menuntut perubahan segera. Mereka ingin merasakan 
secara konkret dan secepatnya realisasi masa kampanye, mulai dari perubahan 
sarana pendidikan, pelayanan kesehatan dan kesempatan kerja. Untuk treatment 
jangka pendek, mengurangi subsidi BBM dapat dikompensasi bagi rakyat miskin di 
aneka sektor itu. 

      Kedua, pemerintah melalui beberapa pejabatnya sudah telanjur menggulirkan 
wacana kenaikan BBM. Bahkan sejak November 2004, wacana itu sudah 
dipublikasikan. 

      Presiden sendiri sudah pula mengumumkan akan menaikkan harga BBM itu. 
Dengan gamblang sekali, SBY mengatakan siap tidak populer. Bagi SBY, ia harus 
mengutamakan kesehatan ekonomi negara dan keadilan bagi rakyat kecil. Jika 
pengurangan subsidi BBM kembali diambangkan, publik akan melihat sikap 
plin-plan pemerintah. Dunia usaha semakin mengalami ketidakpastian. Sementara 
itu, harga barang di pasar sudah merambat naik akibat dampak psikologis wacana 
kenaikan BBM itu. Publik justru semakin tak yakin dengan ketegasan pemerintah 
untuk berani mengambil kebijakan tak populer demi rasionalitas ekonomi jangka 
panjang. 

      Tepat 1 Maret 2005, melalui Peraturan Presiden (Perpres) nomor 22 tahun 
2005 yang ditandatangani Presiden SBY, Senin malam (28/2) pukul 19.30 WIB, 
harga BBM resmi naik. Masyarakatlah pihak pertama yang menjadi korban. Kita 
semua sudah sering mengalami hal ini. Bila harga BBM naik, tarif angkutan pasti 
naik. 

      Dampak kenaikan tarif angkutan pasti segera memicu kenaikan harga 
lainnya. Hampir semua harga barang kebutuhan masyarakat dipastikan ikut naik. 
Aksi unjuk rasa pun marak dan seperti biasa motornya adalah mahasiswa. Lalu 
diikuti pelaku transportasi. Kemudian pihak-pihak lain yang merasa dirugikan 
akibat kenaikan harga BBM. 

      TKI Ilegal 
      Sesudah beberapa kali diperpanjang, akhirnya batas amnesti pun 
benar-benar berakhir. Ribuan TKI ilegal mulai dipulangkan dari empat pelabuhan 
di Malaysia, yakni Port Klang, Port Dickson, Malaka dan Johor Bahru. Di Batam 
sekitar 1.000 TKI kembali melalui Tanjungpinang dan Tanjungbalai Karimun. Di 
Entikong, Kalimantan Barat, jumlah TKI yang kembali ada 217 orang. 

      Permasalahannya, saat ini masih ada 200 - 400.000 TKI ilegal yang 
bertahan di negeri jiran tersebut. Mereka akan diburu, ditahan dan diadili 
serta tidak diperbolehkan lagi masuk Malaysia. Sangat masuk akal bila saat 
Malaysia memburu TKI ilegal Indonesia ini, mereka rentan terjadi tindak 
kekerasan dan pelanggaran HAM, meskipun berkali-kali ditegaskan pemerintah 
Malaysia, pihaknya akan tetap berpegang pada hukum. 

      Ekses dari pemburuhan TKI ini, dikhawatirkan rentan merembet ke 
bidang-bidang lain. Apapun juga akhir drama pekerja migran ini, namun beban 
masalah pengangguran di Indonesia akan bertambah. Masalah ini hanya akan 
selesai jika bangsa Indonesia sudah mampu menyediakan lapangan kerja yang layak 
untuk seluruh warganya. 

      Blok Ambalat 
      Dahulu nama Ambalat hampir tidak dikenal publik. Hanya sedikit kalangan 
yang tahu bahwa Ambalat adalah nama sebuah kawasan yang berbentuk gugus 
kepulauan, yang terletak di antara Pulau Kalimantan dan Sulawesi. Kawasan ini 
berada di Laut Sulawesi, di sebelah timur Pulau Sipadan dan Ligitan, dan 
berbatasan dengan perairan Malaysia. 

      Sekarang, nama Ambalat menjadi perhatian publik setelah Malaysia 
mengklaim kawasan ini sebagai bagian dari teritorinya dan rencana eksplorasi 
negara ini di kawasan Ambalat, melalui pemberian perjanjian konsesi dari 
Petronas (perusahaan minyak negara Malaysia) kepada perusahaan minyak Shell. 
Ada kekhawatiran Ambalat akan bernasib sama dengan Pulau Sipadan dan Ligitan, 
yang terlepas dari genggaman kedaulatan Indonesia, menjadi bagian wilayah 
Malaysia. 

      Sengketa Ambalat ini menjadi hangat karena selain berkaitan dengan 
kepentingan pengklaiman kedaulatan wilayah negara, masing-masing negara 
sama-sama mempunyai kepentingan ekonomi di kawasan Ambalat ini. Diperkirakan 
kawasan perairan Ambalat ini mengandung minyak dan sumber daya alam (SDA) 
lainnya, yang belum sempat tereksplorasi. Malaysia mendasarkan pengklaiman 
kawasan Ambalat dengan peta yang dibuat negara jiran ini pada tahun 1979. 
Indonesia tidak mengakui hasil pemetaan Malaysia ini dan telah mengajukan nota 
protesnya sejak 1980-an. Tetapi, tidak pernah mendapatkan respon dari Malaysia. 

      Pudak Nayati SH LLM, dosen Hukum Internasional pada Fakultas Hukum 
Universitas Islam Indonesia (FH UII), menyatakan, berdasarkan hukum laut 
internasional, penentuan garis/ delimitasi batas wilayah maritim harus melalui 
perundingan dengan negara lain yang berbatasan dengannya. Sedangkan Malaysia 
melakukan pemetaan ini secara unilateral/ sepihak. Ketentuan garis batas 
wilayah dengan melalui kesepakatan antar negara ini pun dipertegas dengan 
beberapa keputusan Mahkamah Internasional PBB, antara lain dalam kasus 
perikanan antara Inggris dan Norwegia (Anglo-Norwegian Fisheries Case 1951) dan 
kasus Gulf of Maine 1984 antara AS dan Canada. 

      Keputusan-keputusan ini menyatakan bahwa delimitasi batas laut memiliki 
aspek internasional, sehingga penetapannya tidak hanya tergantung pada kehendak 
satu negara pantai saja. Apabila perjanjian antar negara mengenai delimitasi 
batas wilayah ini tidak mungkin dilakukan, maka perlu diupayakan penyelesaian 
melalui pihak ketiga, misalnya diselesaikan melalui badan peradilan. Tetapi, 
baik melalui perjanjian antar negara maupun dengan pihak ketiga, penentuan 
delimitasi batas maritim ini tetap harus berdasarkan kriteria keadilan dan 
metode lainnya yang menjamin hasil yang adil. 

      Malaysia berpendapat, ini berhak atas kawasan Ambalat karena merupakan 
konsekuensi dari ditetapkannya Pulau Sipadan dan Ligitan sebagai bagian wilayah 
negara jiran ini oleh Mahkamah Internasional PBB akhir tahun 2002 yang lalu. 
Tetapi, yang kurang dicermati oleh Malaysia adalah bahwa keputusan Mahkamah 
Internasional PBB tersebut hanya memutus mengenai hak kepemilikan kedua pulau 
saja, dan tidak menyelesaikan mengenai garis batas wilayah perairan antara 
Indonesia dan Malaysia di sekitar Pulau Sipadan dan Ligitan, yang nota bene 
sampai saat ini belum diselesaikan secara rinci. 

      Kalaupun sekarang Indonesia meningkatkan keamanannya di kawasan perairan 
Ambalat dengan mengirim tiga kapal perang, dua pesawat intai maritim dan empat 
pesawat F-16-nya, bukan berarti akan menjamin kawasan Ambalat tidak terlepas 
dari pangkuan ibu pertiwi. 

      Solusi atau Implikasi 
      Tiga persoalan di atas merupakan persoalan penting yang harus segera 
dicarikan jalan keluarnya. Kemampuan pemerintahan SBY - JK menangani dan 
menyelesaikan dengan baik persoalan tersebut akan dapat menambah "deposito" ke 
masyarakat, dan menjadi ajang pembuktian terhadap janji-janjinya sewaktu 
kampanye yang akan membawa perubahan ke arah perbaikan atas negeri dan bangsa 
ini. Namun sebaliknya, kalau pemerintahan SBY - JK tidak mampu mencarikan 
solusi tepat maka hal ini tentu dapat membawa implikasi terhadap kelangsungan 
kekuasaannya. 

      Politik massa lebih besar digerakkan oleh persepsi dan bukan fakta. 
Survei membuktikan, mayoritas publik tak percaya subsidi BBM hanya 
menguntungkan orang kaya. Umumnya mereka merasakan kehidupan ekonomi sedang 
susah dan akan bertambah susah lagi dengan naiknya harga BBM. 
      Persepsi publik seperti itu sangat tidak menguntungkan pemerintah. Siapa 
pun yang melawan kebijakan pemerintah untuk masalah BBM segera menjadi pahlawan 
di mata rakyat. Para demagog akan mudah memainkan emosi massa dengan aneka 
slogan. Misalnya, menyatakan, "Perubahan yang dibawa pemerintah baru adalah 
perubahan yang membawa kita semakin sengsara". Atau mereka mengatakan, "Pak 
Harto saja dapat kita jatuhkan, apalagi SBY." 
      Emosi publik akan mudah sekali termakan oleh politisasi itu. Itu lahan 
yang subur untuk menghidupkan aneka isu keras. Berbagai tuntutan baru akan 
dikumandangkan, mulai dari "Revisi kembali harga BBM," atau "Turunkan harga," 
atau "Reshuffle kabinet", atau bahkan "Turunkan SBY-JK." Sekali lagi, kemampuan 
pemerintahan SBY-JK menangani ketiga persoalan di atas akan menjadi pertaruhan 
masa depan dan kelangsungan kekuasaannya. *** 

      *) Prijanto Ar-Rabbani. Direktur Eksekutif CMS. 
        


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] BBM, TKI dan Blok Ambalat