[list_indonesia] [ppiindia] Argumen Penguasa dan Argumen Rakyat

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sat, 12 Mar 2005 10:17:59 +0100

** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.da.ru **

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0503/12/opi01.html

Argumen Penguasa dan Argumen Rakyat
Oleh Benny Susetyo Pr

Setiap kali pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), muncul dua 
argumen: argumen penguasa dan argumen rakyat. Kedua argumen itu bertolak 
belakang dan selalu susah untuk sama-sama memahami. Jika kita berada di 
tempat yang netral, kedua argumen itu kita lihat sama-sama rasional, dalam 
artian bisa diterima akal sehat.
Argumen penguasa menaikkan harga BBM untuk mengurangi subsidi adalah tepat 
guna mengurangi angka kemiskinan. Dengan perhitungan yang njelimet, argumen 
ini coba disebarkan melalui bahasa-bahasa sederhana dalam iklan televisi 
pesanan pemerintah. Pemerintah menggunakan artis yang dikenal publik sebagai 
representasi wong cilik. Pemerintah berusaha mencari cela-cela ke mana isu 
publik bisa dimasuki agar kebijakan kenaikan harga BBM ini bisa dipahami 
publik. Mereka datang melalui isu subsidi pendidikan, akses kesehatan untuk 
orang miskin dst.

Argumen tandingan yang dimunculkan rakyat sebaliknya. Kenaikan harga BBM 
pasti akan menyengsarakan karena selalu diikuti dengan kenaikan harga bahan 
non-BBM, yang pasti tak bisa dikendalikan secara tegas oleh penguasa. 
Kenaikan harga BBM pasti bukan untuk mengurangi kaum miskin, malah 
menambahnya. Lebih fundamental, argumen ini diperkokoh dengan landasan 
teoritik bahwa upaya menaikkan harga BBM tak lebih dari usaha 
mengintegrasikan perekonomian Indonesia yang tidak kuat ini ke dalam arus 
liberalisasi ekonomi global. Bahkan tak sedikit demonstran yang menyatakan 
kenaikan harga BBM adalah intervensi kekuatan ekonomi asing agar mereka 
leluasa mengoperasikan kaki tangan modalnya di Indonesia.

Lalu siapapun tahu, the show must go on. Harga BBM selalu naik kendati 
ditentang. Demonstrasi untuk menentang sering hanya seumur jagung, dan harga 
BBM yang "mahal", tetap saja dikonsumsi rakyat berapapun harganya. Kendati 
hal itu pasti tidak akan sebanding dengan kenaikan pendapatan yang mereka 
hasilkan. Kenyataan yang ironis, kaum miskin tetaplah miskin, pendidikan 
untuk kaum miskin adalah isapan jempol. Akses kesehatan hanya dinikmati 
orang kaya. Dan orang miskin selalu "dilarang sekolah" dan "dilarang sakit", 
begitu kata seorang teman.

Standarisasi Kemiskinan
Melihat perbedaan argumen di atas, tak pelak membuat upaya Indonesia 
memperbaiki nasibnya selalu terhambat. Ketika argumen penguasa tidak bisa 
ditepati - karena dana subsidi BBM diselewengkan oleh oknum - mereka 
berdalih itu bukanlah aspek yang terkait dalam proses kebijakan kenaikan 
BBM. Itu adalah soal lain.

Begitu pula dengan argumen rakyat, dampak kenaikan harga BBM tidak kunjung 
bisa dirasakan sebagaimana pesan-pesan pemerintah (mengurangi kemiskinan). 
Nyatanya kemiskinan bertambah model dan modusnya, walaupun angkanya selalu 
dilaporkan berkurang. Secara kuantitas bisa jadi kaum miskin berkurang, 
tetapi secara kualitas orang yang dinyatakan tidak miskin dalam artian biro 
statistik selalu merupakan arti konotatif.

Bagaimana orang dengan pendapatan kurang dari Rp 500.000,- misalnya (katakan 
sebagai rata-rata UMR di tiap daerah) sebulan dikatakan tidak miskin, dengan 
berbagai kebutuhan harga yang menaik setiap tahun. Standarisasi kemiskinan 
(sebagaimana bakat Orde Baru) selalu berbau politis, dan sering tidak jelas.

Dalam menaikkan harga BBM, penguasa berdalih kebijakan itu diambil demi 
rakyat. Dan mereka bilang, "siap untuk tidak populer dengan soal ini." 
Dengan pandangan objektif, siapapun penguasanya tampaknya memang sulit untuk 
tidak melakukan pekerjaan mengerikan ini. Paling tidak itu bisa dilihat dari 
tiga atau empat penguasa terakhir Indonesia. Siapapun penguasanya, menaikkan 
harga BBM dan menempuh satu-satunya kebijakan ini sebagai jalan untuk 
mempertahankan kelangsungan ekonomi, mulai dianggap lumrah-lumrah saja.

Rakyat sendiri sering bersikap adil dalam konteks ini dengan bertanya, "demi 
rakyat kecil yang mana yang engkau bela pemerintah"? "Setahun atau dua tahun 
yang lalu, engkau juga menyatakan bahwa menaikkan harga BBM akan mengurangi 
kemiskinan, mana buktinya?" Lalu kini, harga BBM sudah naik. Orang kaya 
tidaklah terlalu bermasalah dengan kenaikan ini. Orang yang sangat kecil 
kaya (dan sangat kecil jumlahnya di negara kita) tidak perlu demonstrasi dan 
protes, karena dengan pendapatan yang ada sekarang, dipotong subsidi separuh 
pun, mungkin bagi tak masalah. "Anjing menggonggong, kafilah berlalu."


Kredibilitas Pemerintah
Itu yang tidak bisa dialami orang miskin. Ketika harga BBM naik, harga 
kebutuhan untuk pabrik-pabrik pasti meningkat. Tetapi gaji para buruh tidak 
serta merta dinaikkan, menunggu didemonstrasi terlebih dahulu 
berbulan-bulan, bahkan bila perlu ada korban. Nelayan tidak bisa melaut 
karena tidak bisa beli solar, petani tak bisa beli peralatan untuk sawah 
ladangnya karena ada ketidakseimbangan biaya produksi dan hasil produksi. Di 
sinilah penderitaan orang kecil itu. Mereka selalu menjadi korban dari 
proyek-proyek liberalisasi yang disebarluaskan dengan berbagai cara dan 
bahasa. Mereka yang miskin adalah mereka yang sudah pasang badan untuk 
digilas.
Kebijakan menaikkan harga BBM di negeri kita lalu menjadi komoditas politik 
yang "taktis" untuk melakukan beberapa intrik, dan strategi tarik-tambang 
politik.
"Dua gajah bertarung, pelanduk mati di tengah-tengah". Itulah cerminan sosok 
penguasa dan wong cilik di negeri subur makmur, tapi menderita ini.
Kini wong cilik hanya menyisakan pertanyaan pokok atas kebijakan ini: Apakah 
pilihan menaikkan harga BBM benar-benar mempunyai pengaruh mengurangi 
kemiskinan? Apakah dengan kenaikan harga BBM, rakyat miskin bisa menikmati 
biaya pendidikan dan kesehatan murah?

Pertanyaan inilah yang seharusnya menjadi kunci keberhasilan pemerintah agar 
mereka tidak dituduh sebagai pembohong besar. Pemerintah harus memiliki 
kredibilitas (dan memang bukan semata-mata popularitas) yang kuat untuk 
menyakinkan publik bahwa kenaikan harga BBM dibutuhkan untuk meningkatkan 
kesejahteran kaum miskin.
Pertanyaan di atas menjadi satu-satunya yang dimiliki rakyat saat ini, yang 
selalu saja menimbulkan kesan menjadi korban kebohongan penguasa. Ini perlu 
ditegaskan, dan bukan semata-mata pembuktian berdasarkan angka-angka yang 
bagi rakyat sulit dimengerti, apalagi dinalar.

Nalar publik sebenarnya sangat sederhana, yakni mereka berharap kenaikan 
harga BBM harus diimbangi dengan pelayanan publik yang lebih efisien dan 
murah. Realitas kenaikan BBM yang tidak diimbangi dengan kemudahan dan 
perbaikan fasilitas umum, adalah realitas kebohongan penguasa.

Penulis adalah pemerhati sosial


Copyright © Sinar Harapan 2003 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources 
often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today!
http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Mailing-List Indonesia Nasional Milis PPI-India www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [list_indonesia] [ppiindia] Argumen Penguasa dan Argumen Rakyat