** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=233073&kat_id=15 Senin, 30 Januari 2006 Perekonomian Pulih di Paruh Kedua 2006? Oleh : Umar Juoro Perkiraan pemerintah, BI, dan banyak analis adalah bahwa perekonomian akan pulih pada paruh kedua tahun 2006, setelah inflasi dan suku bunga tinggi pada paruh pertama 2006. Pada paruh pertama diperkirakan inflasi masih tinggi, sekitar 17 persen. Karena itu, kemungkinan BI masih akan mempertahankan suku bunga yang tinggi, sekarang ini SBI 12,75 persen. Pada paruh pertama ini keadaan ekonomi cukup berat, baik bagi perusahaan maupun rumah tangga. Bagi perusahaan, pengaruh berantai dari kenaikan harga BBM masih berlanjut yang menyebabkan meningkatnya biaya produksi, yang juga diikuti oleh kenaikan upah pekerja. Begitu pula beban rumah tangga meningkat dengan meningkatnya harga-harga kebutuhan pokok dan barang konsumsi lainnya yang menyebabkan menurunnya daya beli. Keadaan ini menyulitkan bagi perusahaan untuk mengalihkan kenaikan biaya produksi kepada konsumen dengan menaikkan harga produknya karena menurunnya daya beli. Karena itu perusahaan yang sehat sekalipun mengalami penurunan margin keuntungan yang cukup besar. Sekalipun demikian, nilai rupiah dan indeks pasar modal masih menunjukkan perkembangan yang positif. Keadaan ini didukung oleh masuknya dana dari luar negeri untuk membeli SBI dan SUN (Surat Utang Negara) dalam jumlah besar. Begitu pula aliran dana luar negeri cukup besar untuk membeli saham di pasar modal. Pertanyaannya adalah seberapa lama ''uang panas'' ini akan bertahan di Indonesia? Dana jangka pendek ini memanfaatkan perkembangan melemahnya nilai dolar dan berkembangnya harapan terhadap perbaikan ekonomi setelah pergantian kabinet. Namun, dana jangka pendek ini tidak mendukung pertumbuhan ekonomi dan penciptaan kesempatan kerja secara langsung. Pada umumnya, begitu keuntungan yang cukup besar dapat direalisasikan, modal jangka pendek ini akan segera meninggalkan Indonesia dan mencari pasar lain yang menjanjikan keuntungan besar dan cepat. Melihat perkembangan tersebut, para analis di bank investasi ternama di dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2006 sebesar 4-5 persen. Bahkan Bank Dunia juga menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi menjadi 5 persen pada tahun 2006. Pemerintah secara resmi masih mempergunakan asumsi dalam APBN dengan pertumbuhan 6,2 persen. Namun, secara informal menteri-menteri ekonomi memperkirakan bahwa jika pertumbuhan ekonomi dapat mencapai sekitar 5,5 persen saja sudah cukup baik. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2006 sekitar 5-5,7 persen. Perkiraan pertumbuhan ekonomi tersebut adalah dengan pertimbangan bahwa inflasi pada paruh kedua tahun 2006 dapat menurun menjadi sekitar 8 persen. Jika inflasi masih tinggi yang berarti suku bunga juga tinggi maka pertumbuhan ekonomi dapat lebih rendah lagi. Karena itu upaya untuk mengendalikan inflasi baik dari sisi kebijaksanaan moneter maupun fiskal menjadi sangat penting. Berkaitan dengan upaya ini, wajar jika BI khawatir rencana kenaikan TDL (Tarif Dasar Listrik) yang melebihi 30 persen akan berbahaya terhadap upaya mengendalikan inflasi. Bagi perusahaan dalam negeri, peningkatan biaya produksi dan menurunnya daya beli konsumen merupakan tantangan berat yang tidak mudah diselesaikan. Hanya perusahaan sekelas multinasional yang dapat melakukan substitusi bahan mentah, melakukan efisiensi, dan dapat mengandalkan sumber dana dari dalam perusahaan sendiri. Sedangkan bagi perusahaan domestik jauh lebih berat tantangannya. Karena itu kemungkinan akan lebih banyak perusahaan yang gulung tikar dan pengangguran bertambah. Bagi rumah tangga pada umumnya, kenaikan harga kebutuhan pokok sangat menekan daya beli mereka. Kenaikan upah, bagi mereka yang mempunyai pekerjaan tetap, masih belum memadai untuk mengimbangi kenaikan harga-harga berbagai kebutuhan rumah tangga. Apalagi bagi mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, pendapatan akan semakin kecil atau tidak mempunyai sumber pendapatan yang dapat diandalkan karena sulitnya mendapatkan pekerjaan. Tantangan bagi penentu kebijaksanaan sangatlah berat. Pertama-tama stabilitas ekonomi harus dipulihkan, terutama berkaitan dengan pengendalian inflasi. Inflasi yang tinggi memukul semua kalangan baik perusahaan maupun rumah tangga. Pemerintah juga sedapat mungkin meringankan beban masyarakat bawah dengan tingginya biaya hidup dan besarnya pengangguran. Namun, dalam keadaan seperti ini, sumber daya pemerintah semakin terbatas, baik berkaitan dengan dana maupun kemampuan birokrasi pemerintahan dalam menjalankan kebijaksanaan dan program yang efektif. Karena itu fokus kebijaksanaan menjadi sangat penting, agar kebijaksanaan atau program dapat memberikan hasil konkret, sekalipun terbatas sifatnya. Begitu pula tampak sekali kemampuan pemerintah lemah dalam mengatasi hambatan investasi dan kegiatan usaha pada umumnya yang banyak dikeluhkan selama ini. Kembali dalam hal ini, sebaiknya pemerintah fokus untuk mengatasi hambatan yang segera dapat diatasi, tidak memberikan janji banyak tetapi tidak dapat direalisasikan seperti selama ini. Jika pemerintah dapat fokus, katakan memperbaiki sistem perpajakan dan memberikan insentif tertentu saja, kemungkinan akan mendukung peningkatan investasi yang sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan lebih tinggi dan kesempatan kerja lebih luas. Untuk itu tidak saja para menteri ekonomi tetapi juga Presiden sendiri harus tegas dalam menentukan prioritas dan menjalankannya dengan tuntas. Jika tidak maka stabilitas ekonomi kemungkinan saja dapat tercapai, namun pertumbuhan ekonomi akan rendah dan pengangguran meningkat tajam. [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **