[nasional_list] [ppiindia] Perekonomian Pulih di Paruh Kedua 2006?

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Wed, 1 Feb 2006 00:38:49 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=233073&kat_id=15

Senin, 30 Januari 2006



Perekonomian Pulih di Paruh Kedua 2006? 
Oleh : Umar Juoro 



Perkiraan pemerintah, BI, dan banyak analis adalah bahwa perekonomian akan 
pulih pada paruh kedua tahun 2006, setelah inflasi dan suku bunga tinggi pada 
paruh pertama 2006. Pada paruh pertama diperkirakan inflasi masih tinggi, 
sekitar 17 persen. Karena itu, kemungkinan BI masih akan mempertahankan suku 
bunga yang tinggi, sekarang ini SBI 12,75 persen. 

Pada paruh pertama ini keadaan ekonomi cukup berat, baik bagi perusahaan maupun 
rumah tangga. Bagi perusahaan, pengaruh berantai dari kenaikan harga BBM masih 
berlanjut yang menyebabkan meningkatnya biaya produksi, yang juga diikuti oleh 
kenaikan upah pekerja. Begitu pula beban rumah tangga meningkat dengan 
meningkatnya harga-harga kebutuhan pokok dan barang konsumsi lainnya yang 
menyebabkan menurunnya daya beli. 

Keadaan ini menyulitkan bagi perusahaan untuk mengalihkan kenaikan biaya 
produksi kepada konsumen dengan menaikkan harga produknya karena menurunnya 
daya beli. Karena itu perusahaan yang sehat sekalipun mengalami penurunan 
margin keuntungan yang cukup besar.

Sekalipun demikian, nilai rupiah dan indeks pasar modal masih menunjukkan 
perkembangan yang positif. Keadaan ini didukung oleh masuknya dana dari luar 
negeri untuk membeli SBI dan SUN (Surat Utang Negara) dalam jumlah besar. 
Begitu pula aliran dana luar negeri cukup besar untuk membeli saham di pasar 
modal. 

Pertanyaannya adalah seberapa lama ''uang panas'' ini akan bertahan di 
Indonesia? Dana jangka pendek ini memanfaatkan perkembangan melemahnya nilai 
dolar dan berkembangnya harapan terhadap perbaikan ekonomi setelah pergantian 
kabinet. Namun, dana jangka pendek ini tidak mendukung pertumbuhan ekonomi dan 
penciptaan kesempatan kerja secara langsung. Pada umumnya, begitu keuntungan 
yang cukup besar dapat direalisasikan, modal jangka pendek ini akan segera 
meninggalkan Indonesia dan mencari pasar lain yang menjanjikan keuntungan besar 
dan cepat.

Melihat perkembangan tersebut, para analis di bank investasi ternama di dunia 
memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2006 sebesar 4-5 persen. 
Bahkan Bank Dunia juga menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi menjadi 5 
persen pada tahun 2006. Pemerintah secara resmi masih mempergunakan asumsi 
dalam APBN dengan pertumbuhan 6,2 persen. Namun, secara informal 
menteri-menteri ekonomi memperkirakan bahwa jika pertumbuhan ekonomi dapat 
mencapai sekitar 5,5 persen saja sudah cukup baik. BI memperkirakan pertumbuhan 
ekonomi tahun 2006 sekitar 5-5,7 persen.

Perkiraan pertumbuhan ekonomi tersebut adalah dengan pertimbangan bahwa inflasi 
pada paruh kedua tahun 2006 dapat menurun menjadi sekitar 8 persen. Jika 
inflasi masih tinggi yang berarti suku bunga juga tinggi maka pertumbuhan 
ekonomi dapat lebih rendah lagi. Karena itu upaya untuk mengendalikan inflasi 
baik dari sisi kebijaksanaan moneter maupun fiskal menjadi sangat penting. 
Berkaitan dengan upaya ini, wajar jika BI khawatir rencana kenaikan TDL (Tarif 
Dasar Listrik) yang melebihi 30 persen akan berbahaya terhadap upaya 
mengendalikan inflasi.

Bagi perusahaan dalam negeri, peningkatan biaya produksi dan menurunnya daya 
beli konsumen merupakan tantangan berat yang tidak mudah diselesaikan. Hanya 
perusahaan sekelas multinasional yang dapat melakukan substitusi bahan mentah, 
melakukan efisiensi, dan dapat mengandalkan sumber dana dari dalam perusahaan 
sendiri. Sedangkan bagi perusahaan domestik jauh lebih berat tantangannya. 
Karena itu kemungkinan akan lebih banyak perusahaan yang gulung tikar dan 
pengangguran bertambah.

Bagi rumah tangga pada umumnya, kenaikan harga kebutuhan pokok sangat menekan 
daya beli mereka. Kenaikan upah, bagi mereka yang mempunyai pekerjaan tetap, 
masih belum memadai untuk mengimbangi kenaikan harga-harga berbagai kebutuhan 
rumah tangga. Apalagi bagi mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, 
pendapatan akan semakin kecil atau tidak mempunyai sumber pendapatan yang dapat 
diandalkan karena sulitnya mendapatkan pekerjaan.

Tantangan bagi penentu kebijaksanaan sangatlah berat. Pertama-tama stabilitas 
ekonomi harus dipulihkan, terutama berkaitan dengan pengendalian inflasi. 
Inflasi yang tinggi memukul semua kalangan baik perusahaan maupun rumah tangga. 
Pemerintah juga sedapat mungkin meringankan beban masyarakat bawah dengan 
tingginya biaya hidup dan besarnya pengangguran. Namun, dalam keadaan seperti 
ini, sumber daya pemerintah semakin terbatas, baik berkaitan dengan dana maupun 
kemampuan birokrasi pemerintahan dalam menjalankan kebijaksanaan dan program 
yang efektif. Karena itu fokus kebijaksanaan menjadi sangat penting, agar 
kebijaksanaan atau program dapat memberikan hasil konkret, sekalipun terbatas 
sifatnya.

Begitu pula tampak sekali kemampuan pemerintah lemah dalam mengatasi hambatan 
investasi dan kegiatan usaha pada umumnya yang banyak dikeluhkan selama ini. 
Kembali dalam hal ini, sebaiknya pemerintah fokus untuk mengatasi hambatan yang 
segera dapat diatasi, tidak memberikan janji banyak tetapi tidak dapat 
direalisasikan seperti selama ini. Jika pemerintah dapat fokus, katakan 
memperbaiki sistem perpajakan dan memberikan insentif tertentu saja, 
kemungkinan akan mendukung peningkatan investasi yang sangat dibutuhkan bagi 
pertumbuhan lebih tinggi dan kesempatan kerja lebih luas. Untuk itu tidak saja 
para menteri ekonomi tetapi juga Presiden sendiri harus tegas dalam menentukan 
prioritas dan menjalankannya dengan tuntas. Jika tidak maka stabilitas ekonomi 
kemungkinan saja dapat tercapai, namun pertumbuhan ekonomi akan rendah dan 
pengangguran meningkat tajam.


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Perekonomian Pulih di Paruh Kedua 2006?