Jika Pengetahuan Adalah Sabit, maka Semangat Belajar Adalah Pengasahan Sudah sekitar dua minggu aku liburan di rumah. Tak banyak aktivitas yang membuatku sibuk. Pekerjaan sawah yang biasanya menunggu kini telah rampung. Bulan kedua musim padi artinya tak begitu banyak menyita waktu. Hanya perlu memberi pupuk dan menyeprot obat jika ada hama. Dan itu masih bisa ditangani oleh bapakku. Sebenarnya bantuanku tidak memberikan dampak yang berarti. Bisa saja bapakku menyewa pekerja atau buruh untuk membantu di sawah, tapi beliau berfikiran lain. Selain mengajarkanku arti pentingnya bekerja, beliau juga meneladani tentang arti kerja keras untuk membiayai kuliahku, agar jika aku berada di tanah rantau, tidak berfoya-foya, menggunakan uang kiriman dengan bijak, dan belajar sungguh-sungguh. <http://tonyfebryanto.co.cc/wp-content/uploads/2012/02/pengetahuan1.jpg> Description: Description: http://tonyfebryanto.co.cc/wp-content/uploads/2012/02/pengetahuan1-300x184.j pg Hingga suatu ketika di hari kemarin, Mas Sigit, teman ngopi sekaligus kakak jauhku menawariku untuk ikut membantunya mengajari para pemuda di desaku belajar komputer. Program pelatihan itu merupakan salah satu satu dari rangkaian program pemerintah (PNPM) untuk membangun desa. Program pelatihan komputer ini diadakan selama 20 hari dan diikuti oleh 20 peserta. Setiap hari dimulai pukul 8 pagi sampai pukul 5 sore. Karena keterbatasan saran komputer, maka dalam sehari kelas dibagi dalam 4 gelombang, masing-masing gelombang terdiri dari 5 peserta yang berdurasi 2 jam. Sebelum program pelatihan komputer ini, program serupa sudah dijalankan, seperti program pelatihan kewirausahaan budidaya jangkrik dan masih banyak lagi. Ada juga program bedah rumah dan pengaspalan jalan. Begitulah Mas Sigit menjelaskannya padaku. Aku sangat terkesima melihat Mas Sigit begitu antusias ikut terjun membangun desaku. Lalu besoknya aku berangkat ke balai desa, tempat kegiatan itu diadakan. Tampak terlihat peserta yang ikut pelatihan sedang mengerjakan tugas Microsoft Excel di layar monitor mereka masing-masing. Mereka tampak serius. Sambil sesekali bertanya kepada Mas Sigit bagaimana menggunakan rumusnya. Menurut Mas Sigit, selain peserta merupakan siswa SMP, kebanyakan peserta dari santriwan-santriwati pondok pesantren dekat sana. Kegiatan ini memang sepertinya sangat membantu mereka untuk memperkaya softskill. Bahkan ada juga ibu-ibu dari kesekretariatan desa yang berminat belajar komputer. Mereka nampak polos dan kurang mahir mengoperasikan komputer. Namun aku melihat sisi lebih dari mereka, mereka mau belajar dan semangat untuk berusaha agar bisa. Itulah mengapa aku turut tertular semangat mereka untuk membimbing. Hari pertamaku di sana hanya berbincang-bincang dengan Mas Sigit, tak banyak interaksi langsung dengan para peserta. Sepertinya mereka juga belum mengenal aku dan untuk apa aku datang ke sana. Semuanya terlihat tak ada bedanya dengan hari-hari kemarin. ### Hari kedua di pelatihan itu aku mencoba berkomunikasi lebih dekat dengan mereka. Aku juga mulai menggantikan posisi Mas Sigit untuk sekadar mengarahkan para peserta mengerjakan tugas praktik mereka. Rupanya mereka merespon dengan sangat baik. Dan langkah-langkah berikutnya pun berjalan dengan lancar. Suatu waktu Mas Sigit menawariku menyampaikan materi PowerPoint. Mungkin agar aku bisa berinteraksi lebih jauh dengan para peserta. Lalu aku terima tawarannya. Di hari berikutnya, setelah materi Ms. Excel selesai, aku mencoba menyampaikan materi itu. Tak kusangka ternyata mereka sangat antusias. Aku harus hilir mudik dari peserta satu ke peserta lain untuk membimbing. Perasaanku senang sekaligus bangga. Senang karena bisa menularkan ilmuku pada mereka, bangga karena rupanya mereka paham apa yang aku sampaikan. Hari-hari berikutnya kedekatanku dengan para peserta mulai terjalin erat. Kami saling mengenal lebih jauh. Tidak ada istilah guru dan murid di sana. Bagiku aku hanyalah pendamping belajar mereka. Mereka yang berpraktik dan mengembangkan pengetahuan mereka sendiri. Kuncinya adalah mereka bersungguh-sungguh dan mau mencari tahu. Bersungguh-sungguh artinya mempunyai tekad yang bulat untuk belajar dan memperbaiki diri. Dan upaya selanjutnya yakni mau mencari tahu dengan cara bertanya kepada mereka yang sudah tahu dan bisa juga dengan belajar sendiri dari buku maupun sumber pengetahuan yang lain. ### Tak terasa hari ini adalah pertemuan terakhir pelatihan ini. Pertemuan ini sekaligus acara penutupan dan ramah tamah. Mas Sigit tampil sebagai perwakilan pembimbing untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan permohonan maaf bila ada salah kata maupun tindakan sewaktu pelatihan. Terlihat wajah-wajah para peserta yang berat hati mengakhiri pelatihan ini. Sepertinya mereka ingin terus belajar dan belajar. Dari sorot matanya, mereka terlihat sangat haus ilmu. Tapi rupanya kegiatan ini memang berjangka pendek. Mas Sigit pun berpesan kepada para peserta untuk tetap belajar meskipun kegiatan ini telah usai. Beliau juga berkata kalau akhir pelatihan ini hanyalah awal bagi mereka untuk kemudian dipraktikkan dalam dunia nyata. Sukses dari pelatihan ini bisa dilihat ketika nanti para peserta mampu mengembangkan keterampilan mereka, terlebih lagi bermanfaat bagi masyarakat dan diri mereka kelak. Ibarat sebuah sabit, kalau tidak pernah diasah maka akan tumpul. Begitu kata Mas Sigit. Banyak hal yang aku pelajari dari kegiatan pelatihan itu. Di sanalah aku belajar dari Mas Sigit bagaimana cara mengajar kepada mereka yang seumuran kita. Mas Sigit memang sangat akrab sekali dengan para peserta, bahkan tampak seperti kawan sepermainan. Semuanya terlihat saling menghormati, tapi tidak menggurui. Santun tapi penuh canda. Metode seperti itu rupanya memang sangat disukai para peserta. Sebenarnya aku kurang begitu puas dengan singkatnya kegiatan ini dan berharap suatu hari nanti aku bisa kembali menularkan ilmuku kepada mereka yang semangat belajar. Keep moving! Description: Description: :)