** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Surat Jembatan Sembilan: "Temu Sarjana Asal dan Yang Peduli Pembangunan Kalimantan Tengah" Atas prakarsa Gubernuur Kalimantan Tengah [Kalteng] yang baru terpilih secara langsung, Teras Narang, pada tanggal 21 Januari 2006 lalu, di Palangka Raya, 1300 sarjana asal Kalteng dan yang peduli pembangunan Kalimantan Tengah telah bertemu untuk membicarakan masalah pembangunan di daerah ini [Saya kira pemberdayaan dulu baru pembangunan.Pembangunan tanpa pemberdayaan akan tak berarti]. Pertemuan jenis begini adalah pertemuan pertama yang diselenggarakan oleh seorang gubernur Kalteng. Tidak pernah sebelumnya ada seorang gubernur pada masa tugasnya mengorganisasi para sarjana asal Kalteng untuk berkumpul bersama-sama guna menyampaikan pendapat dan usul mereka tentang bagaimana membangun Kalteng. Pada masa Tjilik Riwut sebagai gubernur pertama Kalteng yang terbentuk pada 1957 menyusul pemberontakan bersenjata yang menuntut agar Kalteng menjadi propinsi tersendiri terpisah dari Kalimantan Selatan, ia memusatkan perhatiannya dalam pembentukan barisan cendekiawan Kalteng dengan me mberikan beasiswa, membangun asrama mahasiswa di Jawa, mengirimkan pemuda-pemuda Dayak Kalteng ke luar negeri, kemudian membangun Universitas Palangka Raya. Barisan sarjana Kalteng belum terbentuk. Kalau pun ada yang berpendidikan setingkat sarjana, jumlahnya sangat minim dibandingkan dengan sekarang. Pada masa jabatannya, sampai ia dicopot oleh Orde Baru Soeharto, pada tahun 1966, masalah pembangunan barisan sumber daya manusia Kalteng mendapat perhatian utama dari Tjilik Riwut dan dilihatnya sebagai soal kunci dalam pemberdayaan dan pembangunan daerah secara mandiri. Banyak tenaga-tenaga kunci pada pos-pos vital propinsi kemudian dipegang oleh orang-orang yang mendapat pendidikan akademi dengan bantuan pemerintah daerah Kalteng pada masa Tjilik Riwut, terutama lulusan Yogyakarta alias asrama Palangka Raya Pakuningratan. Tapi benarkah masalah sumber daya manusia yang berpendidikan akademi merupakan kunci dari pemberdayaan dan pembangunan daerah dan nasional? Lebih menjurus lagi ada yang mengangangap bahwa masalah kunci adalah penguasaan atas tekhnologi mutakhir. Waktu saya masih bekerja di Palangka Raya masalah ini memang menjadi sebuah pertanyaan debat di kantor gubernur. Saya sendiri tidak menganggap masalah ini sebagai sangat kunci dibandingkan dengan masalah kualitas manusianya. Tekhnologi bagi saya tidak lebih dari ketrampilan tukang. Masalah tekhnis.Yang lebih menentukan adalah masalah orientasi manusia yang menguasai tekhnologi. Untuk menciptakan tenaga tekhnis, misalnya komputer atau arsitek atau dokter, ahli pertanian atau kehutanan, dll, saya hanya memerlukan beberapa tahun masa pendidikan. Tapi kemudian bagaimana keahlian tekhnis ini dimanfaatkan? Di sini muncul masalah kadar manusia, orientasi dan wacana manusianya. Kongkretnya apakah tenaga ahli [tekhnisi] ini mengabdikan kemampu an tekhnisnya untuk orang banyak, untuk daerah atau sekedar untuk hidup dan memperkaya diri. Tenaga tekhnis yang merakyat akan mampu mengembangkan prakarsa dan kemampuannya berdasarkan persoalan-persoalan kongkret daerah yang dia hadapi sehingga pengetahuan tekhnisnya tanggap dan aspiratif. Apa yang ia peroleh dari akademi hanyalah pengetahuan awal dalam mengembangkan diri dan ketrampilan tekhnisnya, bukan sesuatu yang akhir dan mandeg. Yang diperlukan oleh daerah, dengan demikian adalah tenaga-tenaga tekhnis yang ahli dan merakyat.Membumi! Dari apa yang saya lihat selama bekerja di Kalimantan Tengah dan kunjungan beberapa kali ke berbagai pulau tanahair, saya benar-benar melihat bahwa Kalteng dan tanahair adalah suatu barisan gunung tantangan yang patut didaki dan ditaklukkan.Saya hanya menyesal karena tidak punya cukup waktu untuk tinggal lama dan selamanya di kampunghalaman saya guna mewujudkan mimpi saya yang sudah saya rintis pelaksanaannya.Padahal saya melihat bahwa daerah tidak memungkinkan adanya pengangguran sarjana dan tenaga tekhnis yang merakyat.Penduduk pulau sangat memerlukan tenaga-tenaga ahli dan berketrampilan. Apa yang terjadi adalah numpleknya tenaga-tenaga itu di kota-kota dan tempat-tempat berkemudahan. LSM-LSM pun semuanya numpuk di kota sambil berkomat-kamit tentang kemiskinan dan keterpurukan masyarakat, berbeda dengan tenaga-tenaga Zending dari Swiss yang tak segan hidup di hulu-hulu sungai dan tempat-tempat terpencil seperti yang pernah dilakukan oleh Tuan Flaag, Dr. Elisabeth, atau se karang yang dikenal dengan nama 'Pemuda'. Dari kritik-kritik terhadap pertemuan yang diprakarsai oleh Gubernur Teras Narang ini, saya melihat masalah orientasi dan wacana ini masih merupakan satu masalah besar. Misalnya tidak sedikit dari hadirin yang lebih banyak menunggu adanya sertifikat kehadiran untuk kepentingan tingkat kepagawaian negeri yang juga saya pahami artinya bagi yang bersangkutan. Hanya saja lepas dari segala kekurangan pertemuan para sarjana Kalteng ini, saya melihat niat baik dari Teras Narang untuk memobilisasi kekuatan cerdik pandai Kalteng demi pemberdayaan dan pembangunan Kalteng dengan menggunakan tenaga Kalteng sendiri. Saya kira, disinilah titik penting dalam membaca terselenggaranya pertemuan ini. Bandingkan saja dengan daerah Kalimantan yang lain. Pernahkah, adakah pertemuan begini diselenggarakan? Perihal pertemuan organisasi dan wakil-wakil rakyat diluar lembaga resmi, mengapa tidak diselenggarakan oleh organisasi-organisasi lain atau oleh pemerintah dan dengan dengan bantuan pemerintah daerah. Teras Narang sendiri, sejauh yang saya dengar menyediakan waktu dan forum untuk mendengarkan pendapat-pendapat dari bawah. Jika Teras Narang mempertahankan adanya forum ini, mengapa tidak digunakan?. Dorongan entah berupa kritik atau saran bisa diajukan melalui forum ini. Sangat baik jika saran dan kritik itu disampaikan secara tersusun. Sinisme dan apriorisme barangkali kurang menguntungkan serta kurang berarti bagi usaha pemberdayaan dan pembangunan daerah. Dalam konteks ini, empat paduan yang pernah diajukan oleh Prof.Dr. Sajogyo dalam sebuah seminar di kantor gubernur tentang otonomi daerah, barangkali bisa dijadikan acuan. Empat paduan pemberdayaan itu dan secara singkat dirumuskan oleh Sajogyo dengan istilah 'Jalan Kalimantan' adalah paduan kerjasama antara pemerintah, pe rusahaan, LSM dan Masyarakat Adat. Sinisme dan apriorisme tidak menawarkan apa-apa yang bersifat alternatif. Yang positif dari Teras Narang, berdasarkan percakapan kami bulan Agustus 2005 lalu, adalah adanya sikap keterbukaannya serta kemampuannya mendengar pendapat serta saran bahkan kritik. Apakah sikap keterbukaan ini sudah lenyap dari Teras setelah menjadi gubernur? Adanya temu sarjana dan yang menaruh perhatian pada pemberdayaan dan pembangunan Kalteng, agaknya masih ada. Sinisme dan apriorisme, saya kira, adalah termasuk masalah taktik dan pendekatan.Cara.Untuk mencapai tujuan, cara sering menentukan hasil. Strategi tidak bisa terujud tanpa taktik yang serasi, tanggap dan apresiatif. Heroisme individual atau kelompok kecil yang merupakan ujud dari jiwa manusia supra Nietzsche, memang sering dan gampang menjangkiti semangat muda yang tidak sabaran dan tidak jauh memandang cakrawala. Heroisme model ini pun pada galibnya tidak beda dengan pernyataan otorianisme dan pate rnalisme tanpa sadar sehingga ia diucapkan serta dilakukan di bawah selubung sutra anti otoritarinisme, anti militerisme, anti feodal dan paternalisme. Saya tuliskan halt-hal ini dengan tujuan mempersatukan kekuatan yang mungkin dipersatukan, memanfaatkan peluang yang sebenarnya ada tapi barangkali tidak terbaca, tidak mengulangi sikap 'hakayau kulae'[saling memotong kepala orang sesaudara] yang dalam dunia politik Kalteng sering terjadi. Kukira masalah yang kita hadapi adalah kesanggupan bersatu dalam perbedaan untuk mewujudkan pemberdayaan dan pembangunan daerah. Lain soalnya kalau Teras Narang menjadikan visi dan misinya hanya suatu alat penipuan guna merebut dan mempertahankan kekuasaan baik pribadi atau keluarganya.Terhadap soal ini kita tidak boleh gegabah menjatuhkan vonis.Dalam hal ini saya kira, patokan kita, tetap bersiteguh pada menjadikan Kalteng sebagai tempat hidup manusiawi anak manusia sesuai dengan konsep Dayak "rengan tingang nyanak jata" [anak enggang putra-putri naga] inti dari budaya rumah betang [rumah panjang].Sedangkan kekurangan temu sarjana dan yang peduli pemberdayaan dan pembangunan Kalteng, bisa diatasi dengan temu informal model Salundik Gohong ketika menjadi walikota Palangka Raya. Barangkali!** Paris, Januari 2006. JJ. Kusni [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **