[nasional_list] [ppiindia] surat gunung kembang purei :[1] sebaris riwayat dua orang penulis

  • From: "Kusni jean" <katingan@xxxxxxxxxxxxxxxx>
  • To: "kmnu2000" <kmnu2000@xxxxxxxxxxxxxxx>, <wanita-muslimah@xxxxxxxxxxxxxxx>, "ppiindia" <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Wed, 26 Jul 2006 08:48:41 +0200

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Surat Kembang Gunung Purei:


SEBARIS RIWAYAT DUA ORANG PENULIS

-- Kesejajaran Jalan Hidup Antara Imre  Kertész dan Jorge Semprun



1.


Ketika tentara Amerika Serikat memebebaskan kamp Buchenwald pada 11 April 1945, 
di dalamnya terdapat dua anak muda yang waktu itu belum saling mengenal walau 
pun sama-sama sebagai tahanan Nazi Hitler.Yang seorang pada waktu itu masih 
berusia 16 tahun. Seorang Yahudi Hongaria yang ditangkap kaum Nazi karena ia 
seorang Yahudi. Anak muda 16 tahun itu baru saja dipindahkan dari Hongaria ke 
Buchenwald,Jerman. Di kamp konsentrasi ini, anak muda Hongaria itu berada di 
satu kamp itu berada di satu kamp dengan mereka yang hidup dari kamp 
konsentrasi Auschwitz-Birkenau, Polandia. Sesudah masakre Auschwitz-Bierkenau 
ini, maka seorang pengarang Israel mengatakan bahwa "puisi telah mati". Dan 
kukatakan "puisi itu bangkit kembali di Viêt Nam".Pemuda Hongaria 16 tahun di 
Buchenwald itu tidak lain dari seorang sastrawan yang sekarang kita kenal 
dengan nama Imre Kertész. 


Di kamp konsentrasi yang sama, terdapat seorang pemuda lain yang waktu itu 
masih berusia 22 tahun. Ia ditangkap dan dikirimkan ke Buchenwald oleh Gestapo 
ketika ia tertangkap saat sedang melakukan kegiatan perlawanan menentang 
pendudukan Nazi di Perancis. Pemuda Republiken Spanyol ini bernama Jorge 
Semprun.


Aku tulis dengan huruf miring usia kedua pemuda ini, sebagai bandingan kepada 
mereka yang masih mengatakan diri muda ketika berusia 30an bahan 40 tahun.Dan 
dengan pongah mengatakan angkatan pendahulu sebagai tua bangka, seakan tak lagi 
punya kegunaan.Padahal apa gerangan yang sudah mereka lakukan untuk 
memanusiawikan manusia dibandingkan dengan Jorge Semprun, Julius Fucik, Liu Hu 
Lan [16-an tahun], Nguyen Trai, atau Chang Cie, bahkan gitaris Victor Jara,   
yang sanggup menantang ajal tanpa tiarap dan menyerah atau menjual diri?!


Imre dan Jorge sama-sama pernah terlibat dalam Partai Komunis negeri 
masing-masing. Karena Partai Komunis, ditambah dengan tradisi Komune Paris pada 
abad ke -18, pada waktu itu merupakan salah satu simbol perlawanan anti 
Nazi.Yang dilibas pertama oleh Hitler justru adalah orang-orang Komunis dan 
Partai Komunis Jerman[tanpa berbicara bagaimana perkembangan Partai Komunis 
selanjutnya setelah memegang kekuasaan].Karena itu sampai pada Revolusi Mei 
1968, pengaruh Partai Komunis di Perancis masih sangat kuat. Mayoritas 
sastrawan-seniman Perancis, termasuk Jean-Paul Sartre, Paul Valery, Picasso, 
Paul Eluard, Aragon[raksasa seniman Perancis],  dan lain-lain.... melihat 
Partai ini sebagai satu alternatif manusiawi.Apabila sekarang dalam pemilu, ia 
mendapatkan suara minimal, barangkali, hasil ini menunjukkan bahwa Partai 
Komunis Perancis [PKP], tidak bisa menjawab secara tanggap perkembangan 
masayrakat dan zaman. Hormat partai-partai kanan Perancis pada PKP nampak pada 
solidaritas kongkret partai-partai kanan ketika PKP dalam pemilu presiden 2002 
mendapatkan suara di bawah 5% sehingga beaya kampanye tidak diganti oleh 
pemerintah. Untuk menyelamatkan PKP, partai-partai kanan memberikan bantuan 
finansil kepada PKP. Partai-partai kanan Perancis yang sekarang banyak 
menggunakan program kiri, sehingga sulit membedakan mana kiri dan kanan, masih 
tidak melupakan jasa PKP pada masa Perancis melawan pendudukan Perancis oleh 
Nazi Hitler pada Perang Dunia II. Demi kepentingan nasional Perancis, PKP 
membubarkan barisan partisannya dan menyokong Jenderal de Gaulle.


Inti permasalahan bagi berkembang tumbuhnya suatu partai politik, kukira apakah 
dalam teori dan praktek serta programnya mereka memberi jawaban tanggap 
terhadap perkembangan zaman dan masyarakat.Mereka tidak bisa berbaring di atas 
"kasur lama", jika menggunakan istilah orang di Tiongkok. 


Dalam konteks ini, aku mempertanyakan: Apa gerangan yang bisa dibanggakan pada 
PKI di bawah pimpinan Politbiro D.N.Aidit, kalau pada Tragedi September 1965 
[tanpa mempersoalkan apa bagaimana tragedi itu terjadi], jutaan nyawa telah 
terbantai, sekian ribu orang disiksa, dibuang, dipenjara dan hilang tanpa tentu 
rimba dan lautnya, dan dampak tragedi itu masih terasa sampai sekarang? Apakah 
ini tanda kebesaran dan keberhasilan? Pasti seperti kata Shakespeare dalam 
Hamlet-nya:"there is something wrong in the state of Denmark" yang di sini, 
kata Denmark itu tidak lain dari PKI pimpinan Politbiro D.N. Aidit. Berkata 
begini, tidak berarti aku menegasi peranan faktor-faktor luar lainnya yang 
mengakibatkan sejarah Indonesia mundur sedemikian jauh. Tapi sungguh membuat 
"neg" di hati, jika membaca tulisan-tulisan yang masih berusaha mengangkat 
tokoh ini sebagai pahlawan atau memistikkannya, serta tidak proposional, 
sementara sekian juta korban jatuh dan dampaknya masih terasa hingga detik ini. 
 Apalagi jika dilakukan secara tanpa ketelitian berhitung. 


Kematian seseorang, entah tokoh atau bukan, tidak identik dengan kepahlawanan. 
Kematian mempunyai macam-macam makna. Tergantung bagaimana kematian itu datang 
dan hidup dilalui.Petinggi tidak otomatis memberi makna pada kematian.


Terlalu sulitkah menempatkan seseorang pada tempatnya yang layak? Hiler sebagai 
Hilter, de Gaulle sebagai de Gaulle, Napoleon sebagai Napoleon, Mao Zedong 
sebagai Mao Zedong, Ho Chi Minh sebagai Ho Chi Minh.Tak usah 
dilebih-lebihkan.Berkata seadanya, termasuk keadaan "orang yang terhalang 
pulang" seadanya, jauh punya manfaat daripada mengucapkan yang "aeng-aeng" yang 
berdampak pada orang lain sehingga membayangkan kehidupan orang "klayaban" 
sebagai keadaan "mewah", sementara petaka demi petaka di Indonesia terus 
berlangsung. Dan kita di luar negeri kita berbicara tentang pesta yang 
sesungguhnya bukan pesta.Tapi sekedar pertemuan biasa, sekedar 
"kongkow-kongkow" demi memelihara hubungan antar anggota komunitas. Mengapa 
segi ini tidak diindahkan? Tolong hentikan omong kosong begini. Kalau mau 
mendagel, mendagellah sendiri. Kalau mau membanyol, membanyollah sendiri tapi 
jangan berikan dampak dagelan dan banyolan pada orang lain. Tidakkah ini 
termasuk bagian dari tanggungjawab penulis, jika merasa diri memang seorang 
penulis apalagi secara otoproklamasi menyebut diri pujangga? Apakah gerangan 
hakekat penulis dan pujangga itu sehingga sementara orang tanpa rikuh melakukan 
otoproklamasi kurang menghitung tanggungjawab?! Di sini aku kembali mendapatkan 
adanya gejala, adanya orang yang bisa berbicara tapi tak bisa berbahasa. Untuk 
bisa berbahasa orang harus punya otak dan bisa membaca. Tidak semua yang 
berkepala bisa menggunakan maksimal otaknya. 


Adanya tulisan-tulisan jenis begini, kukira tidak lain dari petunjuk 
ketidakmampuan mengambil jarak dari kejadian, hal-ikhwal dan peristiwa 
sebagaimana yang selalu diiingatkan oleh Prof. Dr. Denys Lombard alm. kepada 
para mahasiswanya.


Kembali ke soal Imre dan Jorge. Dalam melawan Nazi, Jorge Semprun, setelah 
kekalahan kaum republiken Spanyol dalam Perang Saudara [civil war] melawan 
fasis Franco tahun 1936, sebagaimana halnya dengan banyak kaum republiken 
Spanyol, Jorge pun  menyeberang ke Perancis dan turut ambil bagian dalam  
menyusun kembali kekuatan mereka dari Perancis.Dalam perlawanan inilah Jorge 
Semprun tertangkap dan dikirim ke Buchenwald, satu kamp dengan Imre Kertész.


Setelah PD II usai, Imre kembali ke Hongaria dan bekerja di Budapest sebagai 
wartawan. Pada tahun 1951, harian di mana Imre bekerja dinyatakan sebagai 
"organ partai". Partai Komunis yang berkuasa. Dengan status baru ini, Imre jadi 
kehilangan pekerjaan karena agaknya ia tidak memenuhi patokan sebagai wartawan 
"organ partai".  


Untuk menyambung hidup, Imre bekerja sebagai penterjemah karya-karya Nietzsche, 
Canneti, Wittgenstein, ke dalam bahasa Hongaria. 


Bahwa Imre bisa hidup dari menterjemahkan karya-karya pemikir-pemikir ini, 
bagiku sudah mengatakan sesuatu.Ia menunjukkan bahwa Partai Komunis Hongaria, 
sesungguhnya tetap jauh lebih terbuka dibandingkan dengan Partai-partai Komunis 
Asia, lebih-lebih Asia Tenggara. 


Tak bisa kubayangkan bahwa Nietzsche, Canneti, Wittgenstein diterjemahkan di 
Asia Tenggara, seandainya Partai Komunis berkuasa. Waktu berada di Republik 
Rakyat Tiongkok [RRT] pada masa Revolusi Besar Kebudayaan Proletar, RBKP, 
[1965an ke atas], Beethoven, Shakespeare, dan lain-lain dianggap sebagai 
karya-karya borjuis. Yang dianggap bermutu hanya tinggal 7 karya [Sachiapang, 
Gerilya di Padang Datar, Merebut Gunung Harimau Dengan Akal, Lasykar Perempuan 
Merah, Lentera Merah, Danau Merah] yang direstui oleh Chiang Ching,tokoh utama 
dalam RBKP,  yang oleh sementara pers Barat disebut sebagai ingin menjadi "Ratu 
Merah" [Red Queen]. Apalagi Nietzsche, Canneti, Wittgenstein. Mendengarkan 
radio Voice of America [VOA], dan radio asing lainnya pun dipandang sebagai 
suatu sikap anti rakyat dan kelas proletar. Intelektual dimasukkan sebagai 
salah satu unsur dari sembilan unsur busuk dan jahat dalam masyarakat setara 
dengan tuantanah dan pengkhianat bangsa. Belum lagi adanya teori "ulat sutera" 
yang memandang pernikahan dan pacaran sebagai mematikan seseorang sebagai 
"manusia revolusioner". Aku lebih baik menjadi unsur jahat dan busuk daripada 
mengingkari kemanusiaan diriku.Dan pasti juga pandangan serta sikap begini 
bukan sikap benar seorang Marxis.Ternyata semenjak Deng Xiaoping, ekstrimitas 
dogmatis dan tutup pintuisme ini telah dikoreksi setapak demi setapak.Secara 
umum juga dikoreksi dengan menyebut Tiongkok sekarang baru pada tahap 
"pra-sosialisme", bukan negeri sosialis.

Tidak bisakah kita melihat Indonesia, sejarah dan persoalan-persoalannya secara 
berjarak sehingga bebas dari segala perasaan, suka dan tidak suka. Tapi 
melihatnya sebagai hal-ikhwal sebagaimana adanya hal-ikhwal? Barangkali, di 
sinilah terletak makna ucapan Deng Xiaoping bahwa tidak perduli kucing itu 
hitam atau putih, asal berguna bagi kemajuan memanusiawikan Tiongkok, jadi 
relevan bagi kita, dan kucing itu tetap diperlukan.


Paris, Juli 2006.
----------------
JJ. Kusni


[Bersambung....]

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
See what's inside the new Yahoo! Groups email.
http://us.click.yahoo.com/3EuRwD/bOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] surat gunung kembang purei :[1] sebaris riwayat dua orang penulis