[nasional_list] [ppiindia] intermezzo: Kehidupan dan efek rumah kaca

  • From: Sandy Dwyono <sandydwiyono2005@xxxxxxxxx>
  • To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, nasional-list@xxxxxxxxxxxxxxx, apakabar@xxxxxxxxxxxxxxx, daarut-tauhid@xxxxxxxxxxxxxxx, tionghoa-net@xxxxxxxxxxxxxxx, humancapital@xxxxxxxxxxxxxxx, fithria@xxxxxxxxx, februan@xxxxxxxxx, masboy04@xxxxxxxxx, budhi_math@xxxxxxxxx, jordi762001@xxxxxxxxx, say_s@xxxxxxxxx, amot382002@xxxxxxxxxxxxxx, echo_parikesit@xxxxxxxxx, premiere_rouge@xxxxxxxxxxx, ik_sugiartha@xxxxxxxxx, wyke.wicaksono@xxxxxxxxxxxx, yogix_icarus@xxxxxxxxx, dsuzabar@xxxxxxxxx, fajar_tyo@xxxxxxxxx, rain_far@xxxxxxxxx, hamonangan97@xxxxxxxxx, fishingsunday@xxxxxxxxx, bayu.mahendro@xxxxxxxxxxxxxxxx
  • Date: Thu, 17 Feb 2005 02:22:17 -0800 (PST)

** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum **

 
17.02.2005
 
Kehidupan dan efek rumah kaca
 
(Lapisan gletser akan mencair akibat pemanasan global)
 
Dewasa ini efek rumah kaca yang memicu pemanasan global menjadi sorotan tajam 
semua negara. Padahal di zaman purba, efek rumah kaca justru memicu munculnya 
kehidupan yang beragam.
 
Para pakar iklim mengkhawatirkan, jika terjadi pemanasan global akan terjadi 
bencana hebat yang amat merugikan umat manusia. Para pakar iklim merisaukan, 
meningkatnya suhu Bumi beberapa derajat Celsius dari suhu rata-rata sekarang 
ini, akan mencairkan lapisan es di kedua kutub. Dampaknya muka air laut akan 
naik beberapa meter. Hal ini akan mengakibatkan musnahnya negara-negara 
kepulauan kecil atau negara yang ketinggiannya sejajar dengan permukaan laut. 
Tetapi betulkah pemanasan global selalu berdampak negatif?
Ternyata sejarah iklim Bumi menunjukkan, efek rumah kaca dan pemanasan global 
justru memicu munculnya kehidupan. Kajian paleo-klima, yakni iklim di zaman 
purba menunjukkan, sejak 4,3 milyar tahun lalu di Bumi sudah diproduksi gas 
rumah kaca alami, terutama methan dan karbon-dioksida. Hal ini menyebabkan efek 
rumah kaca yang menghangatkan suhu Bumi, menjadi rata-rata 15 derajat Celsius. 
Jika tidak ada pemanasan global, suhu Bumi ketika itu diperkirakan rata-rata 
minus 18 derajat Celsius, karena intensitas energi matahari pada awal 
pembentukan Bumi, hanya 70 persen dari intensitasnya sekarang.
 
Para pakar paleo-klima bertanya, gas rumah kaca alami apa yang menyebabkan efek 
rumah kaca itu? Mula-mula diduga gas rumah kaca karbondioksida dari aktivitas 
gunung api, yang menyebabkan efekr rumah kaca purba tsb. Akan tetapi, selama 
dua dekade para ahli terus memperdebatkan intensitasnya. Karena efek gas rumah 
kaca karbondioksida dari aktivitas gunung api, menurut perhitungan jauh lebih 
lemah dari fakta yang ada. Barulah pada tahun 1995 lalu, kelompok peneliti dari 
Universitas Harvard di Cambridge-Massachussets, di bawah pimpinan Prof. Dr. Rob 
Rye mematahkan teori karbondioksida tsb. 
 
Diketahui, jika Karbondikosida bereaksi dengan oksida besi, tanpa kehadiran 
oksigen, maka akan terbentuk mineral besi-karbonat yang disebut Siderite. 
Reaksi untuk memicu terbentuknya mineral Siderite, membutuhkan konsentrasi gas 
karbondioksida sekitar delapan kali lipat dari konsentrasi gas karbondioksida 
sekarang ini. Akan tetapi, penelitian geologi dari zaman pra-Kambrium sekitar 
2,3 milyar tahun lalu, samasekali tidak menemukan mineral Siderite, artinya 
konsentrasi gas karbondioksida purba jauh lebih sedikit dari saat ini.
 
Methanogen
 
Ternyata yang memanaskan Bumi di zaman itu adalah gas Methan. Mikro organisme 
yang disebut methanogen yang hidup dalam habitat bebas oksigen, memproduksi gas 
methan yang cukup untuk memanaskan Bumi agar tidak membeku. Untuk menciptakan 
efek rumah kaca sekuat itu, para peneliti dari NASA memperhitungkan konsentrasi 
karbondikosida di atmosfir sekitar dua persen. Artinya, diperlukan volume gas 
karbondioksida 50 kali lipat dari volume saat ini. Tetapi hanya dibutuhkan 0,1 
persen konsentrasi gas Methan, untuk menjaga agar Bumi tidak membeku. 
 
Selama sekitar dua milyar tahun, mikro organisme methanogen berkembang biak di 
Bumi yang dipenuhi aktivitas vulkanisme. Methanogen mengkonsumsi karbondioksida 
dan hidrogen, yang dimuntahkan gunung api, dan memproduksi gas methan sebagai 
produk buangan. Selama milyaran tahun konsentrasinya menjadi cukup besar, untuk 
menyebabkan efek rumah kaca dan pemanasan global di Bumi. Diperkirakan, suhu 
Bumi ketika itu, rata-rata 33 derajat Celsius atau jauh lebih panas ketimbang 
suhu rata-rata selama 100.000 tahun terakhir ini. Ketika produksi gas methan 
melebihi konsentrasi satu promile, sistem thermostat global di atmosfir bekerja 
dengan mengubah methan menjadi rantai polymer panjang yang menghalangi cahaya 
matahari. Maka terjadi semacam penyejukan suhu global.
 
Akibatnya, pada zaman Kambrium yakni sekitar 542 juta tahun lalu, terjadi apa 
yang disebut eksplosi biologi di permukaan Bumi. Dalam artian, tiba-tiba 
keanekaragaman hayati meningkat secara drastis. Dalam waktu hanya 40 juta 
tahun, jumlah biomassa yang menjadi cikal bakal organisme modern semakin banyak 
jenisnya. Pemicunya diduga emisi oksigen ke atmosfer, yang membunuh 
mikro-organisme methanogen, tetapi memunculkan semakin banyak organisme lain 
yang berderajat lebih tinggi. 
 
Thermostat alami
 
Juga yang amat menarik, Bumi ternyata memiliki thermostat alami lainnya, yang 
mencegah fluktuasi temperatur secara dramatis. Yakni sistem sirkulasi 
Karbonat-Silikat global. Seperti diketahui, sekitar 60 persen dari seluruh 
mineral di Bumi adalah keluarga silikat. Karbondioksida yang terurai dalam air 
hujan, membentuk ikatan dengan Kalsium dari lapisan batuan silikat, menjadi 
senyawa kalsium-hidrogen-karbonat yang kemudian biasanya terbawa aliran air ke 
laut. Sedimennya kemudian mengendap di dasar lautan. Sedimen di dasar laut itu, 
juga tidak statis tetapi terbawa oleh gerakan kerak Bumi.
 
Di jalur-jalur penujaman, gas rumah kaca karbon dioksida kembali dilepaskan ke 
atmosfir. Sirkulasi gas karbon dioksida ini, membentuk semacam thermostat yang 
juga mengatur suhu Bumi. Akan tetapi, situasi di alam tidak sepenuhnya dalam 
kondisi setimbang. Berkali-kali Bumi mengalami apa yang disebut runtuhnya 
sistem iklim secara tiba-tiba. Jika sistem thermostat kollaps, Bumi mengalami 
zaman es global. Apa yang terjadi di zaman Kambrium diduga juga merupakan 
dampak dari zaman es global itu. Ketika Bumi mendingin, organisme penghasil 
oksigen berkembang biak mendesak organisme methanogen.
 
Mesin iklim Bumi, yang dipengaruhi intensitas energi matahari, serta komposisi 
keanekaragaman hayati dan aktivitas Bumi sendiri, terus bekerja hingga kini. 
Bedanya, di zaman modern ini, aktivitas manusia sangat mempengaruhi komposisi 
gas rumah kaca di atmosfir. Gejala pemanasan global kini mulai muncul dengan 
jelas dimana-mana. Kacaunya pola iklim, bencana alam, kebakaran hutan, 
mencairnya lapisan es di kutub atau naiknya muka air laut, merupakan 
tanda-tanda perubahan iklim secara dramatis. Pemicunya, yakni manusia, juga 
ketakutan akan dampak aktivitasnya. 
 
Efek pemanasan global
 
Dipertanyakan, bagaimana nasib Bumi jika pemansan global terus terjadi. Para 
pakar geologi mengatakan, model komputer yang dibuat, menunjukkan Bumi masih 
akan eksis selama beberapa milyar tahun lagi. Kondisi Bumi pelan-pelan akan 
kembali ke kondisi pada awal terbentuknya. Dalam waktu satu setengah milyar 
tahun lagi, suhu Bumi diperkirakan akan mencapai rata-rata 70 derajat Celsius. 
 
Akibatnya jumlah keanekaragaman hayati, akan kembali ke kondisi di zaman 
pra-Kambrium, yakni menyusut tajam dan melulu terdiri dari binatang bersel 
tunggal yang tahan panas ekstrim. Tahun 1967 lalu, pakar astrofisika Jerman, 
Albrecht Unsöld meramalkan, dalam 3,5 milyar tahun mendatang, intensitas 
Matahari akan meningkat empat puluh persen. Bumi yang bersuhu super panas akan 
kering kerontang dan semua kehidupan musnah. Ketika matahari berubah menjadi 
bintang raksasa merah, yang menelan hampir semua planet di tata surya, 
kehidupan sudah musnah tiga milyar tahun sebelumnya. Jadi manusia tidak perlu 
khawatir, karena dipastikan tidak akan ada lagi yang dapat menyaksikan kiamat 
tsb. 





                
---------------------------------
Do you Yahoo!?
 Yahoo! Search presents - Jib Jab's 'Second Term'

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] intermezzo: Kehidupan dan efek rumah kaca