** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.suarapembaruan.com/News/2006/02/14/index.html SUARA PEMBARUAN DAILY Teologi Relasi Manusia-Alam Muhammad Ja'far BENCANA alam melanda hampir seluruh pelosok negeri ini, terutama banjir. Di berbagai daerah di Indonesia, bencana banjir menimpa dan menelan banyak korban jiwa dan materiil. Fenomena ini merupakan isyarat tentang ketidakseimbang-an ekosistem kita. Ada sebuah problem dalam tatan-an alam kita. Muncul pandangan bahwa alam semakin tidak ramah. Namun, pertanyaannya adalah ramahkah kita memperlakukan alam? Sebab, keramahan kita dalam memperlakukan alam lebih lanjut akan berdampak pada keramahan alam itu sendiri kepada kita. Keduanya menciptakan hubungan timbal balik. Oleh karena itu, ketika terjadi berbagai bencana alam, maka pertanyaannya adalah apakah itu wujud dari ketidakramahan alam, atau akibat ketidakramahan kita memperlakukan alam? Di sini, bagaimana manusia memahami dan memosisikan alam merupakan persoalan mendasar. Sebab hal itulah yang menentukan cara manusia melakukan hubungan dengan seluruh elemen alam. Jika demikian, maka paradigma manusia tentang alam semesta dan eksistensi dirinya merupakan titik tolak terbentuknya cara merajut hubungan dengan alam itu sendiri. Kesadaran adalah aspek yang paling fundamental dalam hal ini. Bagaimana kesadaran manusia tentang alam semesta, akan menjadi titik tolak perlakuan manusia itu sendiri terhadap alam semesta. Pola relasi yang di- bangun manusia dengan alam semesta bertumpu pada ke- sadarannya tentang posisi alam semesta itu sendiri terhadap dirinya. Karena itu, jika kita mau merubah ca- ra manusia mem- bangun relasinya dengan alam semesta, yang penting adalah peru-bahan kesadarannya tentang alam semesta itu sendiri. Banyak hal yang mempengaruhi terbangunnya paradigma tentang alam ini. Salah satunya yang paling signifikan adalah aspek teologis. Teologi memberikan andil pada konstruksi pandangan manusia dalam memahami dan memposisikan alam semesta. Pola relasi yang dibangun manusia dengan alam, dalam batas tertentu, dipengaruhi oleh pandangan teologisnya. Sebab secara konsepsional, agama sangat mengapresiasi eksistensi alam semesta. Keberadaan alam semesta menjadi salah satu aspek penting dalam konsep keagamaan. Bahkan konsepsi dasar keagamaan, bertolak dari persoalan tentang alam semesta. Karenanya, sangat wajar jika agama menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya kesadaran manusia tentang alam semesta. Bagaimana manusia membangun relasinya dengan alam semesta, biasanya itu dipengaruhi juga oleh pandangan keagamaannya. Karena itu, menganalisa fenomena bencana alam dari perspektif teologis, akan sangat menarik, korelatif dan relevan. Pada titik mana pengaruh tersebut bisa kita lihat, tulisan ini mencoba untuk mengungkapnya. Konsepsi agama terkait dengan alam semesta dimulai dari pandangan tentang terciptanya alam semesta itu sendiri. Ini yang paling fundamental. Dalam hal ini, dengan mengacu pada hukum kausalitas, agama sampai pada kesimpulan bahwa keberadaan alam merupakan bukti (keharusan) adanya eksistensi Tuhan selaku penciptanya. Terciptanya alam semesta merupakan akibat dari sebuah sebab penciptaan yang dilakukan oleh 'tangan' Tuhan. Secara konsepsional, inilah titik awal terbentuknya relasi antara alam dan manusia. Di sini, alam dan manusia diasumsikan sebagai satu kesatuan. Manusia merupakan salah satu bagian dari alam semesta hasil ciptaan Tuhan. Dalam hal ini, konsepsi teo- logi menganut pandangan yang sama. Manusia merupakan bagian dari alam. Tak ada 'jarak' antara alam dan ma- nusia sebagai hasil kreasi Tuhan. Perbedaan pandangan teologis mulai muncul dalam memahami eksistensi alam semesta pasca penciptaan. Muncul beberapa aliran teologi dalam memahami fenomena ini. Dari perbedaan ini lahir tiga pandangan tentang ke- bebasan manusia dalam kaitannya dengan kekuasaan Tuhan. Pandangan-pandangan inilah yang kemudian memberikan pengaruh pada pola relasi manusia dengan Tuhan. Pandangan Teologis Pertama, pandangan teologis bahwa setelah menciptakan alam semesta, Tuhan tidak melakukan intervensi atas alam semesta tersebut. Apa yang terjadi dalam alam semesta adalah proses alamiah. Ini merupakan cikal lahirnya konsep tentang kebebasan manusia. Dalam pandangan ini apa pun yang terjadi serta dicapai oleh manusia merupakan akibat atau hasil dari apa yang telah dilakukan dan diusahakannya. Dilihat dalam perspektif teologi ini, fenomena bencana alam dilihat dalam konteks proses alamiah itu sendiri atau akibat dari pola relasi manusia dengan alam. Bencana alam bisa terjadi karena bagian dari proses alamiah. Atau juga sebagai akibat dari tindakan manusia itu sendiri. Bencana alam terjadi akibat dari kesalahan pola relasi manusia dengan alam. Kedua, pandangan teologis yang meyakini adanya kendali dan intervensi Tuhan secara total dalam proses berjalannya kehidupan di alam semesta. Dalam hal ini, kuasa Tuhan sepenuhnya berada di atas usaha manusia. Dalam hal ini, Tuhan dinisbatkan sebagai entitas yang sejak zaman azali telah menentukan takdir dari masing-masing manusia. Sehingga usaha apa pun yang dilakukan manusia, berada dalam lingkar garis batas takdir Tuhan. Dibaca dari perspektif teologi ini, fenomena bencana alam dipahami sebagai sebuah ketentuan yang telah ditetapkan Tuhan. Ada pun segala macam penyebab terjadinya bencana ini dipahami hanya sebagai perantara atau alat Tuhan untuk mengimplementasikan takdir yang telah ditentukanNya. Jadi, proses sebab akibat, dalam perspektif ini, harus dilihat dalam konteks takdir Tuhan. Dalam hal ini, terjadinya bencana 'dirasionalisasi' sebagai bentuk peringatan atau pelajaran dari Tuhan kepada manusia agar berintrospeksi. Ketiga, ada sebuah pandangan yang mencoba mencari jalan tengah di antara dua titik ekstrem tersebut. Dalam pandangan jalan tengah ini, disimpulkan bahwa dalam beberapa hal, Tuhan tetap melakukan intervensi terhadap alam semesta. Ada beberapa hal yang telah menjadi ketentuan Tuhan, dan karena itu tidak lagi dapat dirubah oleh kuasa manusia. Namun ada juga beberapa hal yang ditentukan sepenuhnya oleh usaha yang dijalankan manusia itu sendiri. Jika ditilik dari perspektif teologis ini, fenomena bencana alam disimpulkan dalam dua kategori berbeda: ada bencana alam yang merupakan takdir Tuhan dan ada pula yang merupakan ulah tangan manusia. Dari berbagai pandangan teologis tersebut ada beberapa hal yang menjadi fundamental keterkaitan antara konsep teologi dengan pola relasi manusia dan alam. Sebenarnya dalam konsep dasar teologis tentang pembuktian adanya eksistensi Tuhan, manusia dan alam diasumsikan sebagai satu kesatuan hasil kreasi Tuhan. Keduanya bukan merupakan bagian yang terpisahkan. Logikanya, keutuhan alam semesta pada dasarnya merupakan masa depan manusia itu sendiri. Maka dari itu, pola relasi manusia dengan alam, secara substansial merupakan relasi manusia dengan dirinya sendiri. Bagaimana manusia memosisikan serta memperlakukan alam merupakan pemosisian dan perlakuannya terhadap dirinya sendiri. Pemahaman manusia akan alam adalah pemahaman tentang dirinya sendiri. Maka kesalahan dalam memahami alam secara substansial sebenarnya merupakan kesalahan manusia dalam memahami dirinya sendiri. Sehingga dampak dari kesalahan pemahaman tersebut akan dirasakan efeknya oleh manusia. Timbulnya bencana alam sebagai akibat dari tindakan eksploitatif dan destruktif manusia, pada dasarnya merupakan eksploitasi dan penghancuran manusia terhadap dirinya sendiri. Kedua, konsep teologis yang berpandangan bahwa bencana alam bisa terjadi sebagai akibat dari pola relasi yang dibangun manusia dengan alam, cenderung mengarahkan pada sikap bertanggung jawab terhadap eksistensi alam. Di sini, manusia memikul tanggung jawab untuk menjaga alam. Jika manusia lengah dalam memikul tanggung jawab tersebut maka akibatnya akan ditanggung oleh manusia sendiri. Sebaliknya, kelestarian alam semesta merupakan jaminan masa depan yang cerah bagi umat manusia sendiri. Dalam konteks ini, manusia diasumsikan menjadi sebab dari segala akibat yang dihadapinya terkait dengan fenomena alam semesta, termasuk bencana alam walaupun ada juga beberapa fenomena alam yang merupakan gejala alamiah. Bencana banjir, dalam hal ini, dilihat sebagai akibat dari apa yang dilakukan manusia, di antaranya adalah penebangan hutan secara liar, mengabaikan tindakan reboisasi, serta sebab-sebab yang lainnya. Kesemuanya itu bermuara pada kesalahan manusia dalam membangun relasi dengan alam semesta. Jadi, dalam konsep teologis ini, manusia benar- benar diserahi tanggung jawab atas masa depan eksistensi alam semesta. Ada pun konsep teologis yang menganut pandangan bahwa terjadinya bencana alam merupakan hasil dari proses intervensi Tuhan, cenderung mengarahkan manusia pada sikap tidak memikul tanggung jawab terhadap eksistensi alam. Ada kecenderungan fatalisme dalam memosisikan dan memperlakukan alam, yang konsekuensinya dilihat dalam kaca mata yang sama, itu dianggap bukan merupakan dari tanggung jawab manusia. Dalam konsep ini, terjadinya bencana alam tidak dili- hat dalam keterkaitannya dengan tindakan eksploitasi dan desktruktif 'tangan' manusia. Jalan Tengah Sedangkan pandangan teologis 'jalan tengah' secara konsepsional masih memiliki problem krusial. Pandangan tersebut tidak bisa memberikan batasan yang tegas tentang kebebasan manusia dan takdir (intervensi) Tuhan. Sejauh mana intervensi 'tangan' Tuhan mempengaruhi usaha yang dilakukan manusia? Dan sejauh mana pula, usaha yang dilakukan manusia bisa merubah takdir yang telah ditetapkan manusia? Akibatnya, dalam batas tertentu, konsep teologis jenis ini memang memberikan rasa tanggung jawab kepada manusia untuk menjaga eksistensi alam. Tapi pada sisi yang lain, konsep ini juga mengarahkan pada sikap fatalistik (tidak bertanggung jawab) terhadap eksistensi alam. Harus diakui bahwa persoalan teologi tidak sesederhana dan sesingkat sebagaimana dijelaskan di atas. Namun, kita tentu dapat menimbang pandangan tersebut secara bijaksana ter- kait dengan bagaimana manusia membangun relasinya dengan alam. Di negara kita, pandangan teologis fatalistik mungkin masih kuat menancapkan dalam kesadaran keberagamaan banyak orang. Sehingga itu berdampak pada munculnya sikap yang kurang bertanggung jawab terhadap eksistensi alam. Terjadinya bencana alam tidak dibaca sebagai akibat dari pola relasi yang salah yang kita bangun dengan alam semesta. Tapi dilihat sebagai peringatan, kemurkaan dan pelajaran yang Tuhan turunkan kepada manusia Indonesia. Kita memang suka melempar tanggung jawab kepada 'langit'.* Penulis adalah Peneliti Institut Studi Filsafat dan Agama (ISFA). Aktif di Pustaka LP3ES, Jakarta. Last modified: 14/2/06 [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **