** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=210932 Jumat, 10 Feb 2006, Sex on TV, Mengapa Marak? Oleh Teguh Imawan Di tengah aura publik memerangi pornografi, tayangan berbau seks tetap tenang melenggang di layar televisi. Disebut berbau seks karena isi tayangan itu dominan mengupas renik-renik kehidupan seks belaka. Indikasi kekentalan tayangan seperti itu bisa dilongok saat malam di TransTV dan Lativi. Contohnya, secara stripping (hampir setiap hari), TransTV memutar acara Fenomena dan Komedi Nakal. Lativi menyiarkan Komedi Tengah Malam Seksi, Lorong-Lorong Ibu Kota, Atmosphere, Layar Tancap, Bioskop Malam, dan sejenisnya. Secara spesifik, Lativi mempromosikan deretan mata acara itu dengan gimmick tontonan lelaki. Pengelola televisi mencoba melabelinya dengan liputan ala jurnalisme investigatif maupun bermantel komedi-hiburan. Tuntutan Pasar Realitas maraknya tayangan vulgar dan mesum dunia seks itu merupakan resultant dari hebatnya tekanan "pasar" terhadap industri televisi. Dedy N. Hidayat (1999) menyebutkan, televisi selaku institusi kapitalis terdesak tuntutan pasar pemirsa dan pasar pengiklan. Pasar pemirsa menuntut televisi untuk memproduksi informasi serta hiburan sesuai permintaan pasar penonton. Biasanya, tuntutan tersebut tak berkisar jauh dari tuntutan pemberitaan kritis, berani, objektif, dan aktual. Di samping itu, penonton menginginkan tayangan yang mengedepankan sisi hiburan dan sensasi berbumbu air mata, darah, serta sperma. Tuntutan kedua berupa tekanan terhadap industri televisi untuk mampu menyerap sebanyak mungkin khalayak pemirsa/penonton. Jumlah penonton yang direbut stasiun televisi merupakan komoditas yang bisa diagunkan di pasar pengiklan yang butuh akses ke konsumen untuk mempromosikan produknya. Sayangnya, televisi kadang cenderung memilih "jalan sperma" sebagai mata dagang. Televisi kian agresif meniti pematang seks sebagai rute cepat merenggut pemirsa. Karena itu, penonton televisi gampang menyaksikan acara yang tak bisa beringsut dari komodifikasi hasrat. Acara memang didedikasikan untuk mengangkat soal hubungan seks, perkosaan/pemaksaan seksual, eksploitasi seks, talk show mengenai seks, perilaku seks menyimpang, pekerja seks komersial, homoseksual/lesbian, serta adegan telanjang. Libidonomics Piliang (2005) menegaskan, televisi terjebak dalam pusaran perkembangan sistem kapitalisme yang tersungkup cara pandang libidonomics (komodifikasi hasrat). Di dalamnya terperagakan secara kasat mata, eksploitasi secara ekstrem mengenai potensi libido, demi meneguk keuntungan maksimal. Dengan demikian, ada megaambisi televisi melakukan parade presentasi added values melalui tubuh perempuan sebagai titik sentral. Cara kerja komodifikasi hasrat tak tanggung-tanggung. Ia langsung menggebrak pasar melalui proliferasi dan multiplikasi soal tubuh perempuan. Sehingga, dioptimalkanlah tubuh pada nilai guna (use value), nilai tukar (exchange value), serta nilai tanda (sign value). Ketiga nilai tubuh tersebut telah menjadi rantai bisnis laris tiada tara. Misalnya, pelacuran, gadis model, dan aktris porno. Pada tayangan seks, keseluruhan nilai tubuh dioperasionalkan oleh "intelektual tayangan" dengan menonjolkan tiga sisi utama. Yakni, body appearance atau tampilan badan. Caranya, menonjolkan usia sebagai sarana memancing sensualitas. Karena itu, sorotan menajam ke prostitusi usia anak (ciblek), ABG/SMP-SMA (kupu-kupu abu-abu), atau mahasiswi (ayam kampus). Terpancar gambaran bahwa usia muda identik dengan rasa kesegaran. Kedua, produser acara mengungkap-umbar perilaku badan ketika meng-close up habis perangkat tubuh yang memancarkan daya sensualitas tinggi. Lazimnya, itu divisualisasikan dengan zoom kerlingan mata (tanda menggoda lelaki), lirikan (nakal), belai-usap (lembut manja memancing), pose (menantang), busana (mengundang), dan seterusnya. Cara terakhir, mengandalkan gerakan tubuh. Melalui itu, ditonjolkan cara menyentuh yang sensasional, pijatan dan jilatan nikmat, atau rabaan menggelorakan hasrat. Zona Cabul Dalam bahasa kamera televisi, seluruh perangkat tayangan berbahan dasar tubuh perempuan itu diracik, disusun, dikonstruksi, dan disistematisasikan secara utuh agar mampu memikat mata pemirsa. Teknisnya, frame-frame layar kaca tak beringsut jauh dari zona cabul (paha, pinggul, pantat, pinggang, pusar, maupun payudara). Semua itu masih dibalut pose sandar badan, liukan berjalan, variasi tatapan mata, model gerakan bibir, serta tone erangan, rintihan, dan derai tawa. Bila fakta tubuh sedemikian itu dinilai kurang "catcher", produser tayangan masih bisa memermak dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi penyuntingan, baik pada visual, audio, maupun grafis-animasinya. Aneka rekadaya produksi itu diklaim demi memenuhi selera pemirsa. Kalau melihat kuatnya kepentingan finansial dan gampangnya teknis pembuatan acara seks, tak ayal layar televisi menjadi etalase meriah yang menjajakan produk komodifikasi hasrat. Dalam kenyataannya, produk perkawinan kapitalisme hasrat tubuh dengan gagasan posmodernisme dekonstruktif nilai tubuh perempuan tersebut bertabrakan dengan kalangan masyarakat (silent majority) yang memegang teguh nilai kesusilaan dan kesopanan. Semua itu memang layak dikembalikan pada industri televisi dalam membenahi program dan kualitas personelnya, khususnya pada acara seks vulgar yang cabul, demi kepentingan keberadaban kultural. Hakikatnya, tayangan seks adalah kekerasan visual layar kepada pemirsa. Ada pelecehan martabat perempuan karena ia semata sebagai pemuas hasrat. Di sisi lain, penonton televisi perlu kian melek media. Mampu menyeleksi dan memilih tayangan televisi yang sehat dan mencerdaskan. Itulah cara paling manjur untuk memerangi tayangan seks di layar kaca. Teguh Imawan, ketua Komunitas Media Literacy for TV (KameliaTV) [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **