[nasional_list] [ppiindia] Kelaparan, Nasi Basi pun Dimakan - Pemerintah yang Peduli

  • From: A Nizami <nizaminz@xxxxxxxxx>
  • To: ekonomi-nasional@xxxxxxxxxxxxxxx, ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, lisi <lisi@xxxxxxxxxxxxxxx>, Indonesia Raya <indonesiaraya@xxxxxxxxxxxxxxx>, sabili <sabili@xxxxxxxxxxxxxxx>, Saksi <saksi@xxxxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Thu, 9 Feb 2006 19:19:05 -0800 (PST)

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Dulu ketika Khalifah Umar ra 
berkeliling
menginvestigasi kehidupan rakyatnya, begitu ada ibu
yang menanak batu, dia sendiri mengangkut karung
berisi makanan untuk rakyatnya.

Nabi Muhammad juga meminta para sahabat untuk membeli
sumur yang dimiliki oleh orang Yahudi agar ummat Islam
bisa memakai air secara gratis.

Bukanlah orang yang beriman orang yang tidur dengan
perut kenyang sementara tetangganya kelaparan. Begitu
sabda Nabi.

Nah mudah-mudahan pemerintah/pejabat kita bisa lebih
peduli lagi kepada rakyatnya. Sebab jabatan itu
amanah, bukan untuk memperkaya pribadi/kelompok.

Kemiskinan
Beras Mahal, Aking Pun Jadi...

Siwi Nurbiajanti

Seorang perempuan duduk di depan rumahnya sambil
membolak-balikkan nasi kering yang baru saja diangkat
dari tempat penjemuran, Selasa (7/2). Di sampingnya
duduk suami dan empat anaknya yang masih kecil.

Perempuan itu adalah Sarmini (33), warga Desa Prapag
Lor, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Sejak dua bulan lalu ia dan keluarganya harus makan
nasi sisa yang dikeringkan atau nasi aking. Masyarakat
biasa menyebutnya dengan loyang. Di Brebes selama ini
loyang digunakan untuk makanan itik.

Makan nasi aking dilakukan keluarga Sarmini karena
harga beras mereka rasakan sangat mahal. Sementara
itu, suaminya, Saroni (35), tidak lagi bekerja.

Menurut Sarmini, selama ini suaminya bekerja sebagai
buruh nelayan. Kadang-kadang ia ikut melaut, tetapi
tidak jarang hanya menjadi kuli angkut ikan. Apabila
dirata-rata, penghasilan sehari-harinya hanya Rp 5.000
hingga Rp 6.000.

Untuk itu, Saroni harus bekerja sejak pukul 05.00
hingga 13.00.

Belakangan ini, akibat angin barat dan ombak besar,
Saroni tidak berani melaut. Padahal, ia memiliki lima
anak yang masih kecil. Mereka adalah Karmaja (16),
Aminul Mukmin (7), Insanul Mutakin (6), Silmi Dinul
(3), dan Nazil Muksinin (1).

Karmaja mengikuti jejak ayahnya sebagai buruh nelayan.
Ia berhenti sekolah saat kelas III SD karena tidak
punya biaya. Aminul Mukmin masih duduk di bangku kelas
II SD Prapag Lor 01. Untuk anak keduanya itu, setiap
bulan Saroni mengeluarkan biaya pendidikan sebesar Rp
5.000.

Tiga anak lainnya belum bersekolah, tetapi mereka
tentunya membutuhkan kecukupan pangan.

Dengan kondisinya saat ini, Saroni dan keluarganya
terpaksa hidup dalam keterbatasan. Jangankan untuk
hidup berkecukupan, untuk hidup pas-pasan saja sulit.

Untuk makan sehari-hari, selama ini keluarga tersebut
membutuhkan sekitar 2,5 kilogram beras. Harga beras
saat ini mencapai Rp 4.500 per kilogram. Dengan
kondisi saat ini, Saroni tidak mampu memenuhi
kebutuhan keluarganya itu. Beras tidak terbeli, bahkan
untuk menyambung hidup pun ia terpaksa berutang ke
tempat lain. ?Utang kami terus menumpuk, tetapi mau
bagaimana lagi,? ujarnya.

Karena itu, agar tetap bisa bertahan hidup, ia dan
keluarganya lebih memilih makan nasi aking. Meskipun
sadar bahwa nasi itu tidak sehat, ia tidak bisa
menghindarkannya. Baginya, kesehatan sudah bukan hal
utama lagi. Yang terpenting, anak-anaknya bisa makan
cukup.

Sisa makanan

Aking merupakan nasi sisa yang masih dalam kondisi
baik maupun sudah basi yang kemudian dijemur atau
dikeringkan. Tidak jarang nasi aking berasal dari sisa
makanan orang, yang sudah bercampur sayuran dan
kemudian dipilah kembali. Aking bisa diperoleh
masyarakat dengan cara membelinya maupun membuat
sendiri.

Sebelum dimasak, aking dicuci terlebih dulu, seperti
halnya beras. Setelah itu dicampur dengan air dan
ditanak. Menurut Sarmini, agar enak dan rasanya gurih,
sebaiknya aking ditanak dengan campuran parutan
kelapa.

Jika tidak ada kelapa, aking ditanak apa adanya tanpa
bumbu hingga matang. Aking yang sudah matang bentuknya
seperti nasi biasa, tetapi berwarna kuning kecoklatan
dan lebih lembek. Rasa nasi aking lebih hambar
daripada rasa nasi biasa dan kadang-kadang terasa
getir.

Selain Saroni dan keluarganya, di desa itu terdapat
warga lain yang juga makan nasi aking. Sedikitnya 32
keluarga atau sekitar 64 jiwa setiap hari makan nasi
aking.

Ratusan keluarga lainnya juga memakan nasi aking,
tetapi sebagai campuran beras maupun selingan. Semua
dilakukan karena ketidakmampuan ekonomi. Berdasarkan
data Desa Prapag Lor, dari sekitar 1.600 keluarga yang
ada di sana, 35 persen di antaranya merupakan nelayan
dan saat ini semuanya dalam kesulitan ekonomi.

Baik Saroni maupun warga lainnya sangat berharap ada
bantuan dari pemerintah untuk kelangsungan hidup
jangka panjang bagi anak-anak dan keluarga mereka.
Selama ini Saroni mengaku jarang mendapatkan bantuan
dari pihak mana pun. Bahkan, saat Pemerintah Kabupaten
Brebes membagikan paket bahan pangan untuk masyarakat
miskin di sana, Selasa, ia tidak mendapatkannya.

Saroni mengaku hanya mendapatkan bantuan beras untuk
keluarga miskin atau raskin sebanyak tiga kilogram per
bulan. Untuk itu, ia harus membayar Rp 3.500.
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0602/09/utama/2423259.htm

Tertarik masalah Ekonomi? Mari bergabung ke milis Ekonomi Nasional
Kirim email ke: ekonomi-nasional-subscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Kelaparan, Nasi Basi pun Dimakan - Pemerintah yang Peduli