[nasional_list] [ppiindia] Sektor Riil Terabaikan

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Mon, 6 Feb 2006 00:26:18 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.kompas.com/kompas-cetak/0602/06/utama/2416098.htm

 

ANALISIS EKONOMI 

Sektor Riil Terabaikan


Faisal Basri

Kita telah berulang kali menyuarakan keprihatinan tentang keterpurukan sektor 
riil. Namun, pemerintah sepertinya terus saja membiarkan sektor pertambangan 
dan penggalian kian menciut karena terus-menerus mengalami pertumbuhan negatif 
bertahun-tahun. Kejadian ini seolah dianggap biasa-biasa saja, sepertinya tak 
ada yang salah.

Para petinggi di bidang ini, yang seharusnya sangat bertanggung jawab, seolah 
masih tenang-tenang saja. Sudah tak terbilang besarnya potensi kerugian negara 
baik yang langsung maupun tak langsung sehingga lama-kelamaan kian membebani 
perekonomian.

Memang sektor pertambangan dan penggalian tak menyerap banyak tenaga kerja dan 
kegiatan produksinya bersifat enclave. Namun, jika dilihat dari sumbangannya 
terhadap produk domestik bruto, peranannya yang sekitar 10 persen masih lebih 
besar ketimbang sektor keuangan, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan 
komunikasi, serta sektor listrik, gas, dan air bersih. Posisi sektor 
pertambangan dan penggalian masih berada di urutan keempat setelah sektor 
industri manufaktur, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor 
pertanian.

Salah satu dampak dari penurunan produksi sektor pertambangan ialah 
berkurangnya bagian pemerintah dalam bagi hasil produksi minyak sehingga porsi 
minyak mentah yang harus diimpor untuk menghasilkan bahan bakar minyak (BBM) 
bertambah banyak. Stagnasi produksi hasil tambang menyebabkan peningkatan 
kebutuhan konsumsi di dalam negeri tak bisa dilayani. Betapa ironisnya kita 
menyaksikan tersendatnya pasokan gas ke pabrik-pabrik pupuk, keramik, dan 
manufaktur lainnya. PLN terpaksa terus mengoperasikan pembangkit listriknya 
dengan BBM yang harganya terus naik sehingga mendorong kenaikan tarif dasar 
listrik (TDL).

Pasokan pupuk yang berkurang membuat harganya merangkak naik sehingga 
menyebabkan gangguan pada produksi di sektor pertanian. Lalu harga beras naik 
dan penyelesaiannya adalah dengan mengimpor beras.

Dampak lainnya ialah ke inflasi sebagaimana terlihat pada inflasi bulan lalu 
yang tergolong masih tinggi, yakni 1,36 persen, dan ternyata 70 persennya 
disumbang kenaikan harga bahan makanan.

Bagaimana mungkin dalam keadaan yang serba terjepit seperti ini sektor 
pertanian bisa diberdayakan dan sekaligus memberikan sumbangan bagi penyerapan 
tenaga kerja dan pengurangan jumlah penduduk miskin. Sementara itu, pemerintah 
tak memiliki keleluasaan untuk mengalokasikan dana APBN untuk sekadar 
merehabilitasi saluran irigasi yang 70 persen dalam keadaan rusak. Pantas saja 
jika sektor pertanian hanya tumbuh sekitar 1,6 persen tahun lalu.

Bertolak dari kenyataan ini, kita bisa menyimpulkan, salah satu pusat 
permasalahan yang belum kunjung ditangani secara serius adalah sektor 
pertambangan dan penggalian.

Alih-alih melakukan pembenahan menyeluruh, pemerintah malah terkesan lepas 
tangan atas karut-marutnya pengusahaan migas dan kelistrikan. Pertamina dan PLN 
justru didorong melakukan pendekatan bisnis murni (business to business) dengan 
pelanggan industri. Padahal Pertamina maupun PLN menikmati posisi monopoli 
sehingga memiliki posisi tawar yang sangat kuat terhadap pelanggannya.

Pemerintah bukannya membenahi iklim investasi dan berusaha di bidang 
pertambangan, tetapi justru menambah beban baru demi tujuan jangka pendek yang 
sangat pragmatis. Cara pintas seperti pengenaan pajak ekspor untuk batu bara 
niscaya akan menambah kelabunya prospek usaha pertambangan.

Melebar

Karut-marut iklim investasi dan usaha telah melebar dan merasuk ke hampir semua 
sektor. Yang paling merasakan dan menanggung beban berat ialah sektor riil. 
Minggu lalu Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Barat di hadapan 
gubernurnya mengeluhkan belitan birokrasi yang sudah sangat mencekik pengusaha. 
Dibutuhkan lebih dari 70 jenis izin ataupun rekomendasi, mulai dari tingkat 
desa hingga pemerintah pusat, untuk membangun pabrik tekstil di Jawa Barat.

Agaknya, dewasa ini terlalu mewah bagi pemerintah untuk memberikan paket 
insentif bagi dunia usaha. Jangankan insentif baru, paket insentif yang 
diumumkan Oktober tahun lalu-bersamaan dengan pengumuman kenaikan harga 
BBM-saja masih ada yang belum direalisasikan.

Pengusaha rasanya juga tak memimpikan akan memperoleh subsidi khusus dari 
pemerintah. Yang mereka tuntut ialah diterobosnya berbagai macam rintangan 
usaha serta perlakuan patut dan adil dari pemerintah. Di antaranya, penghapusan 
tarif listrik khusus yang sangat tinggi pada waktu beban puncak, yang 
diterapkan secara sepihak oleh PLN. Penghapusan ini sepatutnya tidak dipandang 
sebagai pemberian insentif, melainkan pengembalian hak konsumen.

Apabila kita telusuri medan permasalahannya dengan lebih saksama, kita akan 
sampai pada kesimpulan bahwa persoalan yang dihadapi dunia usaha sudah sangat 
akut dan telah mengancam kelangsungan pertumbuhan sektor riil. Keadaan ini tak 
sepantasnya diperkeruh dengan menuduh mereka tidak nasionalis karena menutup 
atau memindahkan fasilitas produksinya ke luar negeri.

Para pengusaha mungkin sudah hampir kehilangan akal dan telah menggunakan 
"jurus pamungkas" untuk bisa tetap bertahan. Mereka mendambakan setetes air 
dalam wujud iklim usaha dan investasi yang lebih kondusif serta pelayanan yang 
lebih baik dari pemerintah.

Tampaknya Bank Indonesia (BI) menangkap gelagat tersebut. Upaya yang telah 
dilakukan BI tergolong progresif, terutama untuk meningkatkan fungsi 
intermediasi perbankan ke sektor riil. Langkah BI yang tertuang di dalam Paket 
Perbankan Januari 2006 bukannya tanpa risiko. Pelonggaran ketentuan dalam 
penyaluran kredit berpotensi menurunkan tingkat kesehatan industri perbankan 
apabila tidak diiringi perbaikan iklim investasi, atau paling tidak penyaluran 
kredit tak bertambah secara signifikan.

Yang patut pula dipuji ialah upaya maksimal yang telah dilakukan BI untuk 
mendorong dunia perbankan menyalurkan kredit usaha kecil, kredit pemilikan 
rumah, dan kredit pegawai/pensiunan. BI juga telah maju selangkah dalam 
meningkatkan akses usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) sektor kelautan dan 
perikanan kepada perbankan lewat pengembangan konsultan keuangan dan 
pendampingan.

Sekali lagi, inisiatif yang patut dihargai ini bisa kandas seandainya 
pemerintah-yang seharusnya lebih gencar berbuat bagi pemberdayaan sektor 
riil-tak mengimbanginya dengan perangkat-perangkat kebijakan fiskal, 
industrial, dan perdagangan. Quo vadis pemerintah.


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Sektor Riil Terabaikan