[nasional_list] [ppiindia] SURAT KEPADA ORANG SEKAMPUNG:MEREAKSI JAWABAN JOHN HABA TENTANG BUKU LIPI

  • From: "Budhisatwati KUSNI" <katingan@xxxxxxxxxxxxxxxx>
  • To: "kmnu2000" <kmnu2000@xxxxxxxxxxxxxxx>, <wanita-muslimah@xxxxxxxxxxxxxxx>, "ppiindia" <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Mon, 7 Feb 2005 12:42:22 +0100

** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum **

SURAT KEPADA ORANG SEKAMPUNG:

MEREAKSI JAWABAN JOHN HABA TENTANG BUKU LIPI

"Studi Tentang Local  Religion di Beberapa  Wilayah Indonesia. Studi Tentang 
Kaharingan di  masyarakat Dayak  Kalimantan dan Sunda Wiwitan di Masyarakat 
Badui  Banten" setebal 191 halaman adalah sebuah buku yang diterbitkan oleh 
LIPI yang Kata Pengantarnya ditulis sendiri oleh oleh Kepala Pusat  Penelitian 
dan  Kemasyarakatan LIPI, Muhammad Hisyam.  [lihat: Harian Suara Pembaruan, 
Jakarta, 02 Februari 2005]. Di dalam buku ini terdapat tulisan Muh.Saleh 
Buchary [selanjutnya saya sebut  Buchary] tentang Dayak khususnya budaya 
Kaharingan.


Tulisan "hasil kerja  peneliti dari Pusat   Penelitian Kemasyarakatan dan 
Kebudayaan LIPI pada 2003" ini telah mendapat reaksi keras dari sejumlah 
cendekiawan Dayak berbagai propinsi Kalimantan.


Marko Mahin, dosen antropologi agama pada Sekolah Tinggi Teologia GKE 
Banjarmasin, Kalimantan Selatan mengatakan bahwa "hasil kerja  peneliti dari 
Pusat   Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI pada  2003" itu "Isinya 
salah  total. Ini keterlaluan. Peneliti LIPI itu tidak  teliti dan isinya   
merusak nama baik orang Dayak yang sejak lama selalu  dijelek-jelekan  dengan 
sebutan orang primitif, tidak mengenal Tuhan  dan sejumlah   sebutan negatif 
dan ngawur" [Suara Pembaruan, Jakarta, 02 Februari 2005]. Melanjutkan 
komentarnya setelah membaca tulisan tersebut Marko Mahin berkata: "Ya, ampun, 
kok bisa ada  penelitian yang ngawur  seperti itu. Tega sekali para peneliti 
itu menghina  kami. Saat ini  kami hanya bisa marah dan berdoa semoga kesalahan 
 serupa tidak  terjadi lagi di kemudian hari dan penulis meralat  tulisan itu". 

Terhadap reaksi-reaksi keras tersebut [lihat :milis dayak@xxxxxxxxxxxxxxx], 
John Haba dari LIPI menulis sebagai berikut:


"Rekan2 yang terpelajar,
Kesadaran dan peranan "obyektifitas" hanya bisa disentuh, manakala 
"keikursertaan subyektifitas" dianalisis dan dikenal. Artinya, ketika sebuah 
analisis yang bertaut dengan suku, agama dan ras disentuh - isu yang peka dalam 
tahun2 terakhir di NKRI - maka akan terjadi riak di sana sini [mungkin tidak 
tsunami], dari mereka yang merasa dirugikan. Karena itu untuk mereduksi derajat 
"subyektifitas" dari berbagai kajian - terutama kajian sosial budaya [dalam 
perspektif besar nya], piranti analisis, kerangka konseptual, metode [logi], 
sumber data HARUS jelas. Konsekwensinya: hasil analisis bisa mendekati 
'kebenaran', dan tekanan subyektifitas dapat diminimalkan. Bung Sinaga sudah 
mulai membuka sedikit 'jendela' menuju klarifikasi isu yang sementara 
diperdebatkan, karena isu yang ditulis rekan kita dari LIPI sudah dikaji oleh 
berbagai pakar, dan dibeberkan disparitas diskursus soal yang lagi dibicarakan 
ini. Nah, kini, fokus perlu diarahkan pada:  isu pokok, sumber data, derajat 
pema
 haman (etic dan emic], pisau analisis. Untuk menyenangkan semua pihak tentu 
adalah naif, tetapi "conseptual encountering" dalam bingkai analisis yang sama 
untuk semua pihak, akan memperkaya pengetahuan kita, dan menghalau kita dari 
nuansa pejoratif, seperti dilansir oleh bung Marko. Barangkali adagium Karl 
Popper, filosof tersama itu  masih sahih, saat ia bilang "All sciences stand 
upon shifting sands".
salam,
john haba". 

[Sumber: milis dayak@xxxxxxxxxxxxxxx, 07 Februari 2005].


Sayangnya Marko Mahin yang mengirimkan komentar John Haba dari LIPI ini tidak 
memberitahukan dari mana komentar tersebut diambil. Apakah bebentuk komentar 
melalui jalur pribadi atau dimuat di surat kabar/majalah. Kalau suratkabar atau 
majalah, majalah/suratkabar apa, terbit di mana dan tanggal bulan tahun berapa? 
Tanggapan saya di bawah ini lebih bedasarkan kepercayaan bahwa komentar John 
Haba memang ditulis oleh John Haba dan bukan bikinan Marko Mahin.


Untuk menanggapi komentar John Haba, saya mengusut kalimat demi kalimat utama 
komentar pendeknya yang berbahasa Indonesia penuh kembang istilah-istilah asing 
seakan-akan bahasa Indonesia kurang kosakata untuk istilah-istilah yang sama 
dan kurang  mampu jadi alat pengungkap pikiran dan perasaan John Haba. Kecuali 
itu kata-kata asing, terutama dari bahasa Inggris yang digunakan oleh John Haba 
tidak lagi ia koreksi,  apakah pengindonesiaannya memang demikian atau 
menulisnya memang sudah tepat. Misalnya  "etic", "emic", "conseptual 
encountering". Sebagai seorang peneliti pada LIPI, apakah ini suatu teladan 
berbahasa? Apakah ini yang disebut bahasa ilmiah, paling tidak bahasa ilmiah 
model LIPI? Persoalan ini memang persoalan sampingan tapi ia saya angkat karena 
menyangkut masalah yang sebut sebagai "sikap berbahasa" dan "tanggungjawab 
berbahasa".Bahasa menunjukkan bangsa, ujar tetua kita. 


John Haba membuka komentarnya dengan kata-kata "Rekan2 yang terpelajar". 
Kalimat pembukaan dalam menanggapi komentar terhadap buku LIPI di atas terasa 
tendensius. Mengapa komentar orang lain terhadap suatu karya ditanggapi dengan 
kalimat pertama, "rekan-rekan yang terpelajar". Kata-kata begini bisa diartikan 
secara terbalik oleh pembaca dan diucapkan oleh pihak yang tidak suka akan 
komentar orang lain, apalagi yang bersifat kritik atau pembantahan. Kata-kata 
pembukaan John Haba bisa berarti bahwa kritik keras terhadap apa yang sudah 
ditulis oleh Muh. Saleh Buchary sebagai kritik tidak "terpelajar" karena yang 
merasa terpelajar adalah terutama  John Haba sendiri dan rekan-rekannya. 
Barangkali John Haba dengan kalimat pertama ini ingin mengatakan secara 
tersirat bahwa hasil penelitian  LIPI adalah mutlak benar sehingga pantang 
disentuh. Kesan begini diperkuat setelah membaca kalimat berikut yang ditulis 
oleh John Haba:


"Kesadaran dan peranan "obyektifitas" hanya bisa disentuh, manakala 
"keikursertaan subyektifitas" dianalisis dan dikenal. Artinya, ketika sebuah 
analisis yang bertaut dengan suku, agama dan ras disentuh - isu yang peka dalam 
tahun2 terakhir di NKRI - maka akan terjadi riak di sana sini [mungkin tidak 
tsunami], dari mereka yang merasa dirugikan".  

Lebih jauh John Haba menggaris bawahi tudingannya:

"Untuk menyenangkan semua pihak tentu adalah naif, tetapi "conseptual 
encountering" dalam bingkai analisis yang sama untuk semua pihak..."


Dengan kalimat kedua ini John Haba, menuding para pengkritik tulisan Muh.Saleh 
Buchary, disebabkan karena pertama-tama "merasa dirugikan", karena soal-senang 
dan tidak senang. Masalahnya pertama-tama, saya kira, bukan merugikan apa 
tidak, bukan senang atau tidak senang, tapi apakah benar atau tidak.  Tapi soal 
ini justru yang sama sekali tidak dimasuki oleh John Haba. Daripada memasuki 
masalahnya, John Haba lebih suka menuding orang, yaitu para pengkritik. Kalau 
apa yang dikatakan oleh John Haba itu benar, maka tentu saja kata-kata dan 
pikiran itu tidak merugikan tapi justru berguna. Kalau tidak benar maka tulisan 
atau kata-kata tersebut sama dengan hinaan di depan publik. Siapa yang 
diuntungkan dengan hinaan di depan publik begini? Republik ,Indonesia dan ilmu 
pengetahuan? Apakah hasil penelitian yang salah bisa digolongkan sebagai ilmu 
pengetahuan? Barangkali inilah ilmu pengetahuan jenis John Haba. Terhadap 
masalah yang dipersoalkan olh para pengkritik, John Haba menjawab:


"Bung Sinaga sudah mulai membuka sedikit 'jendela' menuju klarifikasi isu yang 
sementara diperdebatkan, karena isu yang ditulis rekan kita dari LIPI sudah 
dikaji oleh berbagai pakar, dan dibeberkan disparitas diskursus soal yang lagi 
dibicarakan ini".


Jawaban Bung John Haba tidak menyentuh persoalan inti.Sebaliknya terkesan 
merupakan jawaban orang yang tidak bisa menjawab dan ingin agar persoalannya 
jangan diteruskan karena "Bung Sinaga sudah mulai membuka sedikit 'jendela" 
menuju klarifikasi", "karena  isu yang ditulis rekan kita dari LIPI sudah 
dikaji oleh berbagai pakar". Jawaban dari orang yang menyelamatkan muka tapi 
tidak berani secara terbuka mengakui kesalahan. Apakah John Haba tidak melihat 
pada kerusakan Indonesia sekarang terdapat tanggungjawab para pakar yang 
dibangga-banggakannya? Begitu berat ya Bung John Haba, mengakui kesalahan, dan 
apakah ini sikap seorang ilmuwan sosial? Orang Dayak mengatakan sikap Bung 
sebagai "dahe-dahei", tak obah ulah "seekor tikus terbakar punggungnya lari di 
depan umum mencari selokan untuk berlindung". Sedangkan kutipan Karl Popper, 
"All sciences stand upon shifting sands", hanya relevan jika hasil penelitian 
itu benar, jika penelitian itu mengungkapkan kebenaran sekali pun relati
 f. Membela sesuatu yang salah dengan mengutip kata-kata Karl Popper di atas 
sama dengan memperlihatkan taraf diri sekalipun sebagai peneliti, tapi peneliti 
yang tidak sanggup mengakui kesalahan dan terus berdalih ketika kesalahannya 
ditunjukkan. Kata-kata Karl Popper barangkali cocok untuk Galileo dan Sokrates 
atau Cak Durasim, tapi tidak untuk membela Muh.Saleh Buchary atau sikap John 
Haba. Daripada mengutip Popper saya lebih suka mengutip pepatah tetua kita: 
"tangan mencencang bahu memikul", "menepuk air di dulang memercik ke muka 
sendiri". "Yang menabur angin akan menuai badai", ujar pepatah Tiongkok Kuno. 
Apakah dengan mengutip kata-kata Karl Popper di atas, John Haba mau bersikeras 
menghina suatu komunitas? 


Tulisan ini saya kirimkan ke berbagai milis dan sementara majalah/suratkabar 
yang saya bantu di Indonesia, dengan harapan bisa terbaca oleh John Haba yang 
"terpelajar" dan peneliti LIPI serta orang-orang lain di LIPI. Seperti orang 
Amerindian di Chiapas,  Meksiko, berkata "Basta!" [Cukup!], saya kira orang 
Dayak pun mengucapkan hal sama terhadap sikap orang model John Haba dan 
Buchary! Seperti ujar Marko Mahin:


"Kami  menghormati adat,  budaya dan keyakinan yang mungkin berbeda dengan  
Dayak. Kami berharap  pula penghargaan serupa bisa kami dapatkan. Tentu  saja 
kami senang jika setiap suku bangsa di Indonesia ini mencintai  leluhurnya 
masing- masing" -- Marko Mahin, Dosen Antropologi Agama di STT GKE Banjarmasin.



Paris,Februari 2005.
-------------------
JJ.KUSNI


LAMPIRAN:

----- Original Message ----- 
From: marko_mahin 
To: dayak@xxxxxxxxxxxxxxx 
Sent: Monday, February 07, 2005 9:33 AM
Subject: [dayak] Tanggapan Dari Orang LIPI

Pengantar:
Kawan-kawan di bawah ini ada satu dari John Haba, salah satu peneliti yang ada 
di LIPI.  Mari kita baca dengan hati yang bening dan di bawahnya adalah sedikit 
komentar dari saya. 

Salam hormat,
Marko Mahin


Rekan2 yang terpelajar,
Kesadaran dan peranan "obyektifitas" hanya bisa disentuh, manakala 
"keikursertaan subyektifitas" dianalisis dan dikenal. Artinya, ketika sebuah 
analisis yang bertaut dengan suku, agama dan ras disentuh - isu yang peka dalam 
tahun2 terakhir di NKRI - maka akan terjadi riak di sana sini [mungkin tidak 
tsunami], dari mereka yang merasa dirugikan. Karena itu untuk mereduksi derajat 
"subyektifitas" dari berbagai kajian - terutama kajian sosial budaya [dalam 
perspektif besar nya], piranti analisis, kerangka konseptual, metode [logi], 
sumber data HARUS jelas. Konsekwensinya: hasil analisis bisa mendekati 
'kebenaran', dan tekanan subyektifitas dapat diminimalkan. Bung Sinaga sudah 
mulai membuka sedikit 'jendela' menuju klarifikasi isu yang sementara 
diperdebatkan, karena isu yang ditulis rekan kita dari LIPI sudah dikaji oleh 
berbagai pakar, dan dibeberkan disparitas diskursus soal yang lagi dibicarakan 
ini. Nah, kini, fokus perlu diarahkan pada:  isu pokok, sumber data, derajat 
pema
 haman (etic dan emic], pisau analisis. Untuk menyenangkan semua pihak tentu 
adalah naif, tetapi "conseptual encountering" dalam bingkai analisis yang sama 
untuk semua pihak, akan memperkaya pengetahuan kita, dan menghalau kita dari 
nuansa pejoratif, seperti dilansir oleh bung Marko. Barangkali adagium Karl 
Popper, filosof tersama itu  masih sahih, saat ia bilang "All sciences stand 
upon shifting sands".
salam,
john haba.



Tanggapan Marko:

Wow mata dan telinga Bang Martin tajam juga dalam hal Sampit.  Kami di Palangka 
Raya dan Banjarmasin sudah capek sekali dengan pendapat orang-orang Jakarta 
tentang kami. Tidak enak Bang dibicarakan hanya sebagai subyek melulu.  Apa 
yang Abang katakan dua-duanya bisa benar.  Namun yang paling salah adalah 
pendapat yang mengatakan orang Dayak  mengadakan TIWAH sebelum pergi perang. 

Kami tidak pernah  minta disenangkan.  Tapi jujurlah dalam menulis.  Orang yang 
bukan peneliti dan tidak berpendidikan di Tanah Dayak tahu bahwa TIWAH adalah 
upacara kematian, dan itu bukan acara untuk melakukan pembantaian.   Untuk 
mengetahui hal ini tidak diperlukan teori macam-macam.  Hanya kejujuran. 

TIWAH adalah ritual untuk menghantar arwah yang mereka yang meninggal dunia 
untuk masuk ke sorga-loka.  TIWAH bukan upacara memanggil leluhur untuk ikut 
berperang. 

Salam,
Marko Mahin



[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] SURAT KEPADA ORANG SEKAMPUNG:MEREAKSI JAWABAN JOHN HABA TENTANG BUKU LIPI