** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum ** Kita baca tulisan Abdul Wahid, dan saya ingin tekankah sebuah bagian yang sangat substantial: >>>Tanpa memandang perbedaan agama, komunitas beragama selain Islam telah mencoba menunjukkan dimensi fundamental kesejatian komitmen persaudaraan kemanusiaan (ukhuwah insaniyah), yang memang seharusnya menjadi tanggung jawab mutlak setiap pemeluk agama.<<<< Dan: >>>Komunitas beragama lain yang peduli terhadap kehidupan masyarakat Muslim yang sedang miskin dan mustadh'afin tidak perlu dicurigai sedang menciptakan gangguan teologis karena dalam agamanya mereka juga diperintahkan untuk menyejarahkan pengabdian universalnya.<<<< Salam amal bukan hanya ritual.. Danardono Refleksi Tahun Baru Hijriah (1426 H) dan Imlek (2556) Merajut Persaudaraan Universal Oleh Abdul Wahid HAMPIR semua tempat ibadah Tridharma di Jawa Timur tidak merayakan Tahun Baru Imlek 2556 secara besar-besaran, termasuk meniadakan atraksi barongsai. Keputusan ini diambil sebagai bentuk keprihatinan dan solidaritas terhadap para korban bencana gempa bumi dan tsunami yang melanda Aceh dan Sumatera Utara pada tanggal 26 Desember 2004."Seluruh dana yang dianggarkan untuk perayaan Tahun Baru Imlek dialihkan bagi korban bencana alam," kata salah satu pengurus Tempat Ibadah Tridharma Kong Tik Thoen Ong (Kompas, 3/2). Perayaan Imlek tahun ini kebetulan hanya berselang satu hari dengan pergantian tahun baru umat Islam dari 1425 H ke 1426 H. Dari pernyataan tokoh agama Konghucu tersebut, tersirat bahwa dalam agama ini juga mengajarkan mengenai makna suatu pengabdian universal kepada sesama manusia.Tanpa memandang perbedaan agama, komunitas beragama selain Islam telah mencoba menunjukkan dimensi fundamental kesejatian komitmen persaudaraan kemanusiaan (ukhuwah insaniyah), yang memang seharusnya menjadi tanggung jawab mutlak setiap pemeluk agama. Baik ketika saudaranya sedang hidup bahagia maupun lebih-lebih dalam kesusahan seperti yang menimpa masyarakat Aceh dan Sumut, maka setiap pemeluk agama harus menunjukkan kepeduliannya. Kepedulian demikian tanpa sekat-sekat atau dinding perbedaan teologis. Memperbedakan dan mengkultuskan dimensi teologis hanya akan merobek bangunan kemesraan hubungan antarmanusia.Pengabdian yang demikian itulah yang disebut oleh Nadlifah Hafidz (2005) "pengabdian egalitarian". Apa yang diperbuat manusia dan komunitas organisasi keagamaannya tidak didasarkan pada kepentingan teologis, melainkan karena panggilan kesederajatan hidup sebagai makhluk Tuhan dan anggota masyarakat. Seseorang yang merasa terpanggil untuk mewujudkan jiwa karitas sosialnya tidaklah perlu mengalkulasi atau menyandingkannya dengan kepentingan-kepentingan lainnya. SETIAP bentuk pengabdian didasarkan atas cinta. Cinta dapat membuat seseorang dibangkitkan emosi dan obsesinya untuk mewujudkan misi perjuangan kemanusiaannya. Seseorang yang menjadi pencinta tidak akan tinggal diam dan bahkan menangis ketika menyaksikan sesamanya ditimpa dan berbalut duka akibat bencana. Seseorang ini akan secepatnya terjun ke medan laga saat mengetahui saudara-saudaranya mengisi kantong-kantong keprihatinan.Di dalam diri seseorang dan komunitas itu selalu membara semangat untuk jadi penegak dan pembebas harkat kemanusiaan tanpa perlu menunggu saudara-saudaranya ditimpa kehabisan cadangan pangan, mengidap aneka penyakit, dan ragam derita fisik maupun psikologis.Apa yang dilakukannya itu mengejawantahkan sekurang- kurangnya beberapa pesan moral kemanusiaan dalam tema-tema utama Al Quran yang digagas Fazlur Rahman, di antaranya membela,menyelamatkan, membebaskan, melindungi, dan memuliakan kelompok duafa atau mustadh'afin, yang diterjemahkan Jalaluddin Rahmat "yang lemah atau yang dilemahkan, yang menderita atau yang dibikin menderita". Dalam tataran itulah komunitas beragama (non-Islam) mencoba menyelam ke telaga "agama kemanusiaan" yang menempatkan saudara-saudaranya yang Muslim bukan dalam kelas vis a vis, tetapi sebagai subyek keberagamaan yang memerlukan pengabdian humanitasnya. Mereka telah mengisi sakralitas ajaran keberagamaan Islam dengan santun karena mereka berhasil memperlakukan perbedaan tetap dalam bingkai demokratisasi agama dan mengagamakan amanat kemanusiaannya..Apa yang diperbuatnya itu juga cermin universalitas prinsip "berbeda dalam persaudaraan dan bersaudara dalam perbedaan". Label agama sah berbeda, tapi komitmen nasionalisme, jihad terhadap dampak bencana alam, dan gerakan membangun atau merehabilitasi (memerdekakan) masyarakat dari keprihatinan berlapis haruslah ditegakkan karena inilah sejatinya makna agama berbasis kemanusiaan.Amanat itulah yang juga dilakukan oleh masyarakat Madinah sewaktu Nabi Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya dari Mekkah menjatuhkan opsi sebagai pengungsi (hijrah) ke Madinah. Masyarakat Madinah dengan lapang dada menerima saudara-saudaranya sebagai anggota keluarganya. Mereka bukan hanya diberi bantuan kemanusiaan, disediakan lahan kerja, dan dipenuhi hak-hak privasinya, tetapi juga ditempatkan sebagai subyek sosial yang egaliter.Kesulitan yang menimpa saudaranya itu ditempatkannya sebagai nyawa dan proyek perjuangannya. Dampak pengabdian ini adalah mereka bisa saling mengikatkan dirinya sebagai kekuatan dahsyat untuk melakukan perubahan-perubahan besar. Sikap masyarakat Madinah yang hebat dalam merajut persaudaraan itu juga berkat didikan Nabi sebagai pemimpin umat yang berhasil membangun fondasi kehidupan bermasyarakat dan bernegara secara inklusif. Segenap komponen bangsa dari berbagai etnis dan agama didorong dan digerakkan untuk mewujudkan persaudaraan kerakyatan, kemanusiaan, kemasyarakatan, dan kebangsaan yang benar-benar didasarkan pada prinsip saling membebaskan, solidaritas, persamaan derajat, keadilan, dan kejujuran.Kuatnya persaudaraan itu tercermin melalui ikatan moral-politik yang ditandatangani bersama dalam bentuk Deklarasi Madinah. Deklarasi ini dijadikan payung oleh setiap segmen masyarakat untuk mengatasi persoalan-persoalan etnis, penyimpangan moral, ketidakadilan ekonomi, dan berbagai bentuk praktik-praktik individual dan kelompok yang membahayakan kesatuan masyarakat.Deklarasi itu sebenarnya ditujukan supaya kehidupan masyarakat bisa berjalan normal dengan mesin kolektivitas yang didasarkan oleh kesediaan saling meringankan beban yang lainnya, tidak main hakim sendiri (eigenrichting), tidak gampang melempar praduga bersalah (presumption of guilt), dan tidak mudah terseret dalam perilaku yang mengakibatkan sesamanya hidup berbalut penderitaan. Kalau berpijak pada apa yang dilakukan masyarakat atau pemeluk agama selain Islam, maka apa yang dilakukan oleh Nabi dengan sahabat- sahabatnya (baik yang pribumi maupun non-pribumi) sama-sama ditujukan demi terkonstruksinya masyarakat yang saling menghormati, mengasihi, dan mencintai sesamanya sebagai saudara, bukan sebagai orang lain yang berbeda etnis, suku, geografis, agama, politik, budaya, dan strata sosialnya.Makna persaudaraan sejati itulah yang mahal karena selama ini kita masih hidup dalam rajutan persaudaraan yang semu. Persaudaraan yang kita bangun sering kali kental dengan kecurigaan, dibayang-bayangi dendam dan kecemburuan akibat polarisasi ekonomi dan politik, serta emosionalisme spiritualitas yang bercorak truth claim yang tentu saja mengakibatkan disharmonisasi antarumat beragama.Teladan yang sudah diajarkan oleh Nabi dan sahabat- sahabatnya serta pemeluk agama lain itu seharusnya dapat dijadikan kiblat bagi masyarakat Muslim untuk mengeratkan rajutan persaudaraannya secara inklusif-humanistik karena dalam bingkai persaudaraan ini akan menyala ruh saling menerima kelebihan dan mengakui kekurangan, mencintai dan menyayangi di saat bahagia dan duka. Rasa superior akan gampang mencair oleh panggilan kesulitan yang mendera sesama yang butuh secepatnya dientas. ADA suatu pesan moral kemanusiaan dalam kitab klasik Durratun Nashihin yang ditujukan untuk orang-orang yang sedang ringkih rajutan persaudarannya, "Apakah kau telah berlaku baik kepada mereka yang berlaku buruk padamu? Apakah kau marah kepada orang-orang yang menganiayamu? Apakah kau ajak bicara orang-orang yang telah meninggalkanmu? Apakah telah kau hubungi dan memulai silaturahim orang-orang yang telah memutuskan silaturahimnya padamu?"Pesan itu layak disejarahkan oleh setiap manusia Indonesia yang selama ini masih memelihara dendam, belum mensterilkan dirinya dari unsur kedengkian, dan komitmen kemanusiaannya masih belum maksimal, supaya mau berlomba merajut persaudaraan, meski kepada orang-orang yang sebelumnya menabur kezaliman, ketidakadilan, diskriminasi, dan lainnya, apalagi kepada orang-orang yang rela menunjukkan baktinya pada derita sesama manusia. Komunitas beragama lain yang peduli terhadap kehidupan masyarakat Muslim yang sedang miskin dan mustadh'afin tidak perlu dicurigai sedang menciptakan gangguan teologis karena dalam agamanya mereka juga diperintahkan untuk menyejarahkan pengabdian universalnya. Seharusnya umat Islam yang harus malu jika belum bisa bersaudara sejati dengan sesama pemeluk Islam, apalagi kepada sesama yang sedang terkena musibah. Karena Nabi mengingatkan, "Tidak disebut beriman di antara kalian sehingga mencintai saudaranya sebagaimana kalian mencintai dirinya sendiri". Abdul Wahid Praktisi Perbukuan, Ketua LPITI Unisma Malang, Divisi Media Hasyim Centre http://www.kompas.com/kompas-cetak/0502/08/opini/1545717.htm ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today! http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **