[nasional_list] [ppiindia] Refleksi Tahun Baru Hijriah (1426 H) dan Imlek (2556)

  • From: "RM Danardono HADINOTO" <rm_danardono@xxxxxxxx>
  • To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx
  • Date: Tue, 15 Feb 2005 09:35:23 -0000

** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum **



Kita baca tulisan Abdul Wahid, dan saya ingin tekankah sebuah bagian 
yang sangat substantial:

>>>Tanpa memandang perbedaan agama, komunitas beragama
selain Islam telah mencoba menunjukkan dimensi fundamental kesejatian
komitmen persaudaraan kemanusiaan (ukhuwah insaniyah), yang memang
seharusnya menjadi tanggung jawab mutlak setiap pemeluk agama.<<<<

Dan:

>>>Komunitas beragama lain yang peduli terhadap kehidupan masyarakat
Muslim yang sedang miskin dan mustadh'afin tidak perlu dicurigai
sedang menciptakan gangguan teologis karena dalam agamanya mereka
juga diperintahkan untuk menyejarahkan pengabdian
universalnya.<<<<

Salam amal bukan hanya ritual..

Danardono




Refleksi Tahun Baru Hijriah (1426 H) dan Imlek (2556)
Merajut Persaudaraan Universal Oleh Abdul Wahid


HAMPIR semua tempat ibadah Tridharma di Jawa Timur tidak merayakan
Tahun Baru Imlek 2556 secara besar-besaran, termasuk meniadakan
atraksi barongsai. Keputusan ini diambil sebagai bentuk keprihatinan
dan solidaritas terhadap para korban bencana gempa bumi dan tsunami
yang melanda Aceh dan Sumatera Utara pada tanggal 26 Desember
2004."Seluruh dana yang dianggarkan untuk perayaan Tahun Baru Imlek
dialihkan bagi korban bencana alam," kata salah satu pengurus Tempat
Ibadah Tridharma Kong Tik Thoen Ong (Kompas, 3/2).

Perayaan Imlek tahun ini kebetulan hanya berselang satu hari dengan
pergantian tahun baru umat Islam dari 1425 H ke 1426 H. Dari
pernyataan tokoh agama Konghucu tersebut, tersirat bahwa dalam agama
ini juga mengajarkan mengenai makna suatu pengabdian universal kepada
sesama manusia.Tanpa memandang perbedaan agama, komunitas beragama
selain Islam telah mencoba menunjukkan dimensi fundamental kesejatian
komitmen persaudaraan kemanusiaan (ukhuwah insaniyah), yang memang
seharusnya menjadi tanggung jawab mutlak setiap pemeluk agama. Baik
ketika saudaranya sedang hidup bahagia maupun lebih-lebih dalam
kesusahan seperti yang menimpa masyarakat Aceh dan Sumut, maka setiap
pemeluk agama harus menunjukkan kepeduliannya. Kepedulian demikian
tanpa sekat-sekat atau dinding perbedaan teologis.

Memperbedakan dan mengkultuskan dimensi teologis hanya akan merobek
bangunan kemesraan hubungan antarmanusia.Pengabdian yang demikian
itulah yang disebut oleh Nadlifah Hafidz (2005) "pengabdian
egalitarian". Apa yang diperbuat manusia dan komunitas organisasi
keagamaannya tidak didasarkan pada kepentingan teologis, melainkan
karena panggilan kesederajatan hidup sebagai makhluk Tuhan dan
anggota masyarakat. Seseorang yang merasa terpanggil untuk mewujudkan
jiwa karitas sosialnya tidaklah perlu mengalkulasi atau
menyandingkannya dengan kepentingan-kepentingan lainnya.

SETIAP bentuk pengabdian didasarkan atas cinta. Cinta dapat membuat
seseorang dibangkitkan emosi dan obsesinya untuk mewujudkan misi
perjuangan kemanusiaannya. Seseorang yang menjadi pencinta tidak akan
tinggal diam dan bahkan menangis ketika menyaksikan sesamanya ditimpa
dan berbalut duka akibat bencana. Seseorang ini akan secepatnya
terjun ke medan laga saat mengetahui saudara-saudaranya mengisi
kantong-kantong keprihatinan.Di dalam diri seseorang dan komunitas
itu selalu membara semangat untuk jadi penegak dan pembebas harkat
kemanusiaan tanpa perlu menunggu saudara-saudaranya ditimpa kehabisan
cadangan pangan, mengidap aneka penyakit, dan ragam derita fisik
maupun psikologis.Apa yang dilakukannya itu mengejawantahkan sekurang-
kurangnya beberapa pesan moral kemanusiaan dalam tema-tema utama Al
Quran yang digagas Fazlur Rahman, di antaranya membela,menyelamatkan,
membebaskan, melindungi, dan memuliakan kelompok duafa atau
mustadh'afin, yang diterjemahkan Jalaluddin Rahmat "yang lemah atau
yang dilemahkan, yang menderita atau yang dibikin menderita".

Dalam tataran itulah komunitas beragama (non-Islam) mencoba menyelam
ke telaga "agama kemanusiaan" yang menempatkan saudara-saudaranya
yang Muslim bukan dalam kelas vis a vis, tetapi sebagai subyek
keberagamaan yang memerlukan pengabdian humanitasnya. Mereka telah
mengisi sakralitas ajaran keberagamaan Islam dengan santun karena
mereka berhasil memperlakukan perbedaan tetap dalam bingkai
demokratisasi agama dan mengagamakan amanat kemanusiaannya..Apa yang
diperbuatnya itu juga cermin universalitas prinsip "berbeda dalam
persaudaraan dan bersaudara dalam perbedaan".

Label agama sah berbeda, tapi komitmen nasionalisme, jihad terhadap
dampak bencana alam, dan gerakan membangun atau merehabilitasi
(memerdekakan) masyarakat dari keprihatinan berlapis haruslah
ditegakkan karena inilah sejatinya makna agama berbasis
kemanusiaan.Amanat itulah yang juga dilakukan oleh masyarakat Madinah
sewaktu Nabi Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya dari Mekkah
menjatuhkan opsi sebagai pengungsi (hijrah) ke Madinah.

Masyarakat Madinah dengan lapang dada menerima saudara-saudaranya
sebagai anggota keluarganya. Mereka bukan hanya diberi bantuan
kemanusiaan, disediakan lahan kerja, dan dipenuhi hak-hak privasinya,
tetapi juga ditempatkan sebagai subyek sosial yang egaliter.Kesulitan
yang menimpa saudaranya itu ditempatkannya sebagai nyawa dan proyek
perjuangannya. Dampak pengabdian ini adalah mereka bisa saling
mengikatkan dirinya sebagai kekuatan dahsyat untuk melakukan
perubahan-perubahan besar.

Sikap masyarakat Madinah yang hebat dalam merajut persaudaraan itu
juga berkat didikan Nabi sebagai pemimpin umat yang berhasil
membangun fondasi kehidupan bermasyarakat dan bernegara secara
inklusif. Segenap komponen bangsa dari berbagai etnis dan agama
didorong dan digerakkan untuk mewujudkan persaudaraan kerakyatan,
kemanusiaan, kemasyarakatan, dan kebangsaan yang benar-benar
didasarkan pada prinsip saling membebaskan, solidaritas, persamaan
derajat, keadilan, dan kejujuran.Kuatnya persaudaraan itu tercermin
melalui ikatan moral-politik yang ditandatangani bersama dalam bentuk
Deklarasi Madinah.

Deklarasi ini dijadikan payung oleh setiap segmen masyarakat untuk
mengatasi persoalan-persoalan etnis, penyimpangan moral,
ketidakadilan ekonomi, dan berbagai bentuk praktik-praktik individual
dan kelompok yang membahayakan kesatuan masyarakat.Deklarasi itu
sebenarnya ditujukan supaya kehidupan masyarakat bisa berjalan normal
dengan mesin kolektivitas yang didasarkan oleh kesediaan saling
meringankan beban yang lainnya, tidak main hakim sendiri
(eigenrichting), tidak gampang melempar praduga bersalah (presumption
of guilt), dan tidak mudah terseret dalam perilaku yang mengakibatkan
sesamanya hidup berbalut penderitaan.

Kalau berpijak pada apa yang dilakukan masyarakat atau pemeluk agama
selain Islam, maka apa yang dilakukan oleh Nabi dengan sahabat-
sahabatnya (baik yang pribumi maupun non-pribumi) sama-sama ditujukan
demi terkonstruksinya masyarakat yang saling menghormati, mengasihi,
dan mencintai sesamanya sebagai saudara, bukan sebagai orang lain
yang berbeda etnis, suku, geografis, agama, politik, budaya, dan
strata sosialnya.Makna persaudaraan sejati itulah yang mahal karena
selama ini kita masih hidup dalam rajutan persaudaraan yang semu.

Persaudaraan yang kita bangun sering kali kental dengan kecurigaan,
dibayang-bayangi dendam dan kecemburuan akibat polarisasi ekonomi dan
politik, serta emosionalisme spiritualitas yang bercorak truth claim
yang tentu saja mengakibatkan disharmonisasi antarumat
beragama.Teladan yang sudah diajarkan oleh Nabi dan sahabat-
sahabatnya serta pemeluk agama lain itu seharusnya dapat dijadikan
kiblat bagi masyarakat Muslim untuk mengeratkan rajutan
persaudaraannya secara inklusif-humanistik karena dalam bingkai
persaudaraan ini akan menyala ruh saling menerima kelebihan dan
mengakui kekurangan, mencintai dan menyayangi di saat bahagia dan
duka. Rasa superior akan gampang mencair oleh panggilan kesulitan
yang mendera sesama yang butuh secepatnya dientas.

ADA suatu pesan moral kemanusiaan dalam kitab klasik Durratun
Nashihin yang ditujukan untuk orang-orang yang sedang ringkih rajutan
persaudarannya, "Apakah kau telah berlaku baik kepada mereka yang
berlaku buruk padamu? Apakah kau marah kepada orang-orang yang
menganiayamu? Apakah kau ajak bicara orang-orang yang telah
meninggalkanmu? Apakah telah kau hubungi dan memulai silaturahim
orang-orang yang telah memutuskan silaturahimnya padamu?"Pesan itu
layak disejarahkan oleh setiap manusia Indonesia yang selama ini
masih memelihara dendam, belum mensterilkan dirinya dari unsur
kedengkian, dan komitmen kemanusiaannya masih belum maksimal, supaya
mau berlomba merajut persaudaraan, meski kepada orang-orang yang
sebelumnya menabur kezaliman, ketidakadilan, diskriminasi, dan
lainnya, apalagi kepada orang-orang yang rela menunjukkan baktinya
pada derita sesama manusia.

Komunitas beragama lain yang peduli terhadap kehidupan masyarakat
Muslim yang sedang miskin dan mustadh'afin tidak perlu dicurigai
sedang menciptakan gangguan teologis karena dalam agamanya mereka
juga diperintahkan untuk menyejarahkan pengabdian
universalnya.

Seharusnya umat Islam yang harus malu jika belum bisa bersaudara 
sejati dengan sesama pemeluk Islam, apalagi kepada sesama
yang sedang terkena musibah. Karena Nabi mengingatkan, "Tidak disebut
beriman di antara kalian sehingga mencintai saudaranya sebagaimana
kalian mencintai dirinya sendiri".

Abdul Wahid Praktisi Perbukuan, Ketua LPITI Unisma Malang, Divisi
Media Hasyim Centre

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0502/08/opini/1545717.htm









------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources 
often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today!
http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Refleksi Tahun Baru Hijriah (1426 H) dan Imlek (2556)