[nasional_list] [ppiindia] Re: [nasional-list] [KCM] M Jusuf, Supersemar, dan Naiknya Soeharto

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <nasional-list@xxxxxxxxxxxxxxx>, "Posting X-PPI '77-'87" <X-PPI_Se-Eropa77-87@xxxxxxxxxxxxxxx>, "Posting Wahana-news" <wahana-news@xxxxxxxxxxxxxxx>, "Posting Tionghoa-net" <tionghoa-net@xxxxxxxxxxxxxxx>, "Posting Marinir TNI/AL" <marinir@xxxxxxxxxxxxx>, "Posting KIAD" <KIAD@xxxxxxxxxxxxxxx>, "Posting IndoUsaMil" <IndoUsaMil@xxxxxxxxxxxxxxx>, "Posting FSAB" <FSAB@xxxxxxxxxxxxxxx>, "Post PPIIndia" <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>, "Post MediaCare" <mediacare@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Sat, 11 Mar 2006 10:34:35 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Ada atau tidak adanya supersemar atau 
supermie tidak penting, yang penting ialah militer mengambil alih kekuasaan 
negara di Indonesia dengan menyemblih lawan-lawan politik atau yang dianggap 
lawan. Perbuatan ini adalah strategi  sesuai dengan rekomendasi  dan tuntutan 
geopolitik perang dingin. Silahkan baca Planing Study 23 ditulis oleh George 
Kenan  untuk  State Department planning staff 1948. Jadi by hooks or crooks 
kekuasaan Sukarno harus dijatuhkan. Apakah untuk menjatuhkan Sukarno perlu 
surat kuasa seperti supersemar? Hanya kaum formalitas kesiangan  saja yang 
berbicara tentang perlu adanya supersemar. 

----- Original Message ----- 
From: "Yap Hong Gie" <ouwehoer@xxxxxxxxxxxxxx>
To: "Posting X-PPI '77-'87" <X-PPI_Se-Eropa77-87@xxxxxxxxxxxxxxx>; "Posting 
Wahana-news" <wahana-news@xxxxxxxxxxxxxxx>; "Posting Tionghoa-net" 
<tionghoa-net@xxxxxxxxxxxxxxx>; "Posting Nasional" 
<nasional-list@xxxxxxxxxxxxxxx>; "Posting Marinir TNI/AL" 
<marinir@xxxxxxxxxxxxx>; "Posting KIAD" <KIAD@xxxxxxxxxxxxxxx>; "Posting 
IndoUsaMil" <IndoUsaMil@xxxxxxxxxxxxxxx>; "Posting FSAB" 
<FSAB@xxxxxxxxxxxxxxx>; "Post PPIIndia" <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>; "Post 
MediaCare" <mediacare@xxxxxxxxxxxxxxx>
Sent: Saturday, March 11, 2006 6:43 AM
Subject: [nasional-list] [KCM] M Jusuf, Supersemar, dan Naiknya Soeharto


> http://www.kompas.com/kompas-cetak/0603/11/utama/2500391.htm
> 
> Berita Utama
> Sabtu, 11 Maret 2006
> M Jusuf, Supersemar, dan Naiknya Soeharto
> Julius Pour
> 
> Hari itu, 40 tahun lalu, Jakarta khususnya dan Indonesia umumnya dilanda
> prahara. Dampak pembunuhan sejumlah jenderal TNI AD pada awal Oktober tahun
> sebelumnya masih berlanjut, memicu karut-marut di semua sendi kehidupan.
> 
> Dalam hiruk pikuk itu muncul surat perintah tertanggal Jakarta 11 Maret
> 1966. Surat yang kemudian populer sebagai Supersemar (Surat Perintah Sebelas
> Maret) ditandatangani Soekarno, Presiden yang waktu itu merangkap Panglima
> Tertinggi sekaligus Pemimpin Besar Revolusi.
> 
> Surat tersebut kemudian tampil misterius karena keberadaannya sampai
> sekarang tak pernah bisa terlacak. Sementara itu, isinya tidak hanya menjadi
> penunjang kelahiran rezim Orde Baru, tetapi juga sebuah lonceng penumpasan
> terhadap kaum komunis dan siapa saja yang diduga sebagai komunis.
> 
> Sejumlah tokoh terkait dalam kelahiran Supersemar. Selain Bung Karno, juga
> tercatat tiga jenderal (Basuki Rahmat, Amir Machmud, dan M Jusuf) selaku
> pembawa surat sebelum mereka menyampaikannya kepada Soeharto.
> Dalam posisi sebagai Panglima Angkatan Darat, lewat Supersemar Bung Karno 
> memberi Soeharto tugas, ... mengambil segala tindakan yang dianggap perlu 
> untuk terjaminnya keamanan dan ketenangan serta kestabilan pemerintahan dan 
> revolusi.
> 
> Empat puluh tahun berlalu, kini tinggal Soeharto seorang. Berturut-turut,
> Basuki Rahmat, Soekarno, Amir Machmud, dan terakhir Jusuf meninggal dunia
> tanpa memberi petunjuk jelas mengenai latar belakang Supersemar.
> Mengapa surat tersebut menyebutkan Jakarta, sementara dirancang, ditulis, 
> serta ditandatangani di Bogor? Salah tulis atau kesengajaan?
> 
> Pertanyaan ini bagaikan membuka kotak pandora sebab langsung disusul
> rentetan pertanyaan. Apakah tidak mungkin dibikin di Jakarta dan Bogor hanya
> dipinjam karena Bung Karno sedang lari ke sana? Mungkinkah Bung Karno
> terpaksa atau dipaksa menandatangani surat yang sudah disiapkan?
> 
> Sampai Jenderal Jusuf meninggal 7 September 2004, khalayak dikesankan
> bahwa almarhum menyimpan kunci misteri sekitar Supersemar. ... di kelak 
> kemudian hari, dengan seizin Pak Harto, mudah-mudahan dapat saya himpunkan 
> keseluruhan ataupun segala peristiwa dan dialog-dialog sejak sebelum 11 
> Maret sampai sekarang, dalam satu buku, begitu janji Jusuf pada 12 Maret 
> 1973.
> 
> Karena itu, terbitnya biografi Jenderal M Jusuf: Panglima Para Prajurit
> karya Atmadji Sumarkidjo, yang diluncurkan Jumat (10/3) sore, sangat
> ditunggu dan bahkan memberi harapan terkuaknya misteri termaksud.
> Apalagi Atmadji mengaku, selama bertahun-tahun dia telah menjadi bagian dari 
> inner circle Jusuf.
> 
> 
> Dua versi Supersemar
> Kericuhan sekitar Supersemar awalnya menyangkut persoalan, seberapa banyak
> sebenarnya jumlah tindasan dilakukan?
> 
> Atmadji melukiskan, Jusuf punya dua versi yang secara substansial berbeda
> jauh. Pada awalnya almarhum menyatakan naskah Supersemar hanya satu kopi,
> diketik oleh Komandan Tjakrabirawa Brigjen Sabur. Namun, kepada Jusuf Kalla
> (sekarang wakil presiden), Jusuf konon pernah menyebutkan, Sabur membikinnya
> rangkap tiga. Lembar pertama ditandatangani Bung Karno (kemudian dikirim
> kepada Soeharto), tindasan kedua diambil Sabur, tindasan terakhir disimpan
> Jusuf. ... tetapi 23 tahun setelah peristiwa itu, Jusuf berusaha tidak
> mengungkap lagi sehingga konfirmasi atas versi yang pernah dia ceritakan tak
> bisa dilakukan, tulis Atmadji, yang agaknya juga tidak pernah berani meminta
> kejelasan kepada Jusuf.
> 
> Naskah asli dan juga dua tindasan hasil ketikan Sabur sampai hari ini
> lenyap. Pada sisi lain, meski dalam persoalan di atas sikap Jusuf tidak
> konsisten, yang tetap dia pegang teguh adalah penegasan, naskah Supersemar
> terdiri dari dua lembar.
> 
> Satu lembar atau dua lembar bagi Soeharto, yang pada 11 Maret 1966 malam
> berada di Jakarta, agaknya bukan masalah. Berdasarkan surat perintah yang
> dia terima tersebut, malam itu juga Soeharto mengeluarkan surat keputusan,
> di Jakarta, tertanggal 12 Maret 1966. Keputusan Presiden/Pangti ABRI/ KOTI
> Nomor 1/3/1966 tentang pembubaran PKI dan ormas-ormasnya di seluruh
> Indonesia. Disusul 18 Maret, keputusan menahan 15 menteri dan mengangkat
> sejumlah menteri ad interim pengisi pos-pos kosong.
> 
> Pembubaran PKI adalah soal prinsip, khususnya pascaperistiwa G30S, bahkan
> telah menjadi isu tarik-ulur antara Bung Karno dan lawan politiknya.
> 
> Keputusan pembubaran PKI telah disebarluaskan lewat semua pemancar RRI dan
> dicetak di koran. Namun, aneh sekali, bagaimana mungkin Bung Karno justru
> tidak sadar bahwa surat perintahnya telah dipakai untuk membubarkan PKI?
> Sesuatu yang justru dia tolak secara mati-matian selama lima bulan terakhir?
> 
> Tanggal 12 Maret pagi Bung Karno terbang kembali ke Jakarta dan membuka
> rapat pimpinan ABRI di Istana Negara, di hadiri lengkap oleh semua unsur
> pimpinan, kecuali Soeharto. Sangat berbeda dengan suasana sehari sebelumnya
> ketika dia terpaksa harus lari dari sidang kabinet menyelamatkan diri ke
> Istana Bogor. Pada 12 Maret itu Bung Karno malah membacakan surat perintah
> yang malamnya sudah dia berikan kepada Soeharto. Apakah saat itu tidak ada
> yang melapor kepada Bung Karno? Dan apakah Bung Karno tidak sadar bahwa
> Soeharto, yang semalam dia beri perintah, pagi itu justru tidak muncul?
> 
> Sayang sekali, Atmadji langsung mengunci babakan sangat menarik dan paling
> kritis sekitar persoalan Supersemar tersebut dengan kalimat, Reaksi terkejut
> Presiden baru muncul setelah menerima laporan bahwa Men/Pangad telah
> membubarkan PKI dengan dasar surat perintah yang ia berikan. Presiden lalu
> mengeluarkan surat perintah susulan yang kemudian disampaikan khusus kepada
> Letjen Soeharto oleh Waperdam II Leimena pada 13 Maret 1966. Akan tetapi,
> Soeharto tidak memberikan reaksi. Sementara itu, ketiga jenderal yang datang
> ke Bogor sama sekali tidak pernah bertemu dengan Presiden Sukarno sesudah
> itu....
> 
> 
> Jusuf, Soeharto, Nasution
> Kecuali mengenai Supersemar, banyak informasi sekitar sosok berikut sepak
> terjang Jusuf bisa ditemukan dalam karya Atmadji.
> 
> Ternyata, naiknya Nasution menjadi Ketua MPRS pada bulan Juni 1966 berkat
> aksi menggalang dukungan yang dilakukan Jusuf. Dilanjutkan agenda utama,
> meningkatkan status Supersemar menjadi Ketetapan MPRS. Langkah tersebut
> berhasil dan menutup Bung Karno untuk mencabut surat perintahnya. Sebab,
> sebagai Tap MPRS, pencabutan memerlukan persetujuan MPRS yang secara teknis
> sulit dilakukan sesudah para loyalis Bung Karno di semua lini 
> di-ordebaru-kan.
> 
> Penyerahan pemerintahan kepada Soeharto baru terlaksana pada 22 Februari
> 1967. Dituntaskan lewat sidang istimewa awal Maret tahun yang sama, MPRS
> mencabut mandat Bung Karno dan mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden.
> Berakhirnya kekuasaan Bung Karno masih belum menyurutkan kewibawaannya.
> Hal ini mendorong Soeharto pada Mei 1967 mengeluarkan keputusan presiden,
> melarang Bung Karno memakai gelar kepresidenan dan beragam sebutan lain,
> termasuk perintah pengusirannya dari Istana Merdeka dengan batas akhir
> sebelum 17 Agustus 1967.
> 
> Selama hari-hari panjang tersebut Soeharto-Nasution sebiduk sependirian.
> Namun kemudian mulai retak dan bahkan tumbuh menjadi pertikaian personal.
> Menurut Jusuf, Ketua MPRS beranggapan, Pejabat Presiden harus memberikan
> pertanggungan jawab kepada pimpinan MPRS. Pertikaian berlanjut sampai Sidang
> Umum MPRS Maret 1968. Soeharto dilantik menjadi presiden pada 27 Maret
> malam (keesokan harinya dia harus terbang ke Jepang), sementara sidang MPRS 
> baru bisa ditutup pada tanggal 30 Maret.
> 
> Sebelum upacara pelantikan berlangsung, sejumlah kericuhan muncul. Jusuf
> harus bolak-balik menemui Soeharto dan Nasution untuk menyerasikan tetek
> bengek masalah, sejak yang prinsip sampai soal protokoler. Akhirnya, upacara
> pelantikan bisa dilakukan. Nasution memakai baju lengan pendek, Jenderal
> Soeharto berpakaian sipil lengkap plus peci.... Maka, secara resmi, Soeharto
> menjadi presiden, menggantikan Bung Karno yang sudah dilengserkan.
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Yahoo! Groups Links
> 
> 
> 
> 
> 
>

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Re: [nasional-list] [KCM] M Jusuf, Supersemar, dan Naiknya Soeharto