** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Alangkah indah pemandangan kemajuan! ----- Original Message ----- From: RedTOLERANSI To: HKSIS ; Mediacare ; Nasional-list ; Pepicek Post ; Post PPIIndia ; Wahana Cc: Prof. Ernoko Adiwasito ; Amatullah Shaffiyah ; Hok An ; Dr. Pheni Chalid ; detikcom ; redaksi@xxxxxxxxxx ; HamNusantara ; Batara R. Hutagalung ; indomedia ; Jawapos ; Dr. Ignas Kleden ; Paskal Kleden ; Goenawan Mohamad ; Dr. Susetiawan Mohammad ; Thoras Nainggolan ; Dr. Heru Nugroho ; Siswa Rizali ; Santi ; Dr. Marsillam Simanjuntak SH ; Soewarto ; Budiman Sudjatmiko ; Dr. Avinanta Tarigan ; Salahuddin Wahid ; Rini Walhi ; Dr. Willy Wirantaprawira ; Dr. I Made Wiryana ; Wimar Witoelar ; Yeni Zannuba Sent: Tuesday, July 18, 2006 9:10 AM Subject: [mediacare] (Simon Saragih): INDONESIA TERPEROSOK, CARUT-MARUT . . . RRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR Negeri Kita, . . . oh, Negeri Kita . . . Di kawasan periferi kota Metropolitan Surabaya . . . http://toleransi.com/negeri_kita.html RedTOLERANSI.RRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR Tindakan-tindakan Kita Masih Tetap Artifisial simon saragih Orang yang ketinggalan zaman adalah karena ia ditinggal oleh zamannya sendiri. Begitulah kita, dalam banyak hal telah tertinggal. Lebih ironis lagi, delapan tahun waktu, yang kita beri nama era reformasi, hanya diisi dengan segala hal yang berbau hiruk pikuk. Ada kebangkrutan massal dunia usaha, rentetan ledakan bom, pembakaran tempat ibadah, pertikaian berbau SARA, kasus-kasus korupsi yang meredup, kelaparan di banyak tempat, dan perangai elite politik kekanak-kanakan. Lebih ironis lagi, jalan rusak di mana-mana. Gedung-gedung sekolah roboh dan semacamnya. Prihatin betul.! Jangan lupa, sudah banyak contoh negara yang hancur akibat akumulasi dari sejumlah kegagalan pemerintahan. Dekade 1980-an disebut sebagai dekade yang hilang bagi Amerika Latin. Negara-negara di kawasan Amerika Selatan didera kekacauan sosial. Bermunculan protes rakyat yang kelaparan di tingkat bawah. Lalu di tingkat elite muncul pertarungan politik sengit yang ditandai dengan bahkan pembunuhan politik. Mereka yang memiliki ingatan sejarah tahu, krisis pada dekade 1980-an itu berlanjut ke krisis ekonomi ke dekade berikutnya. Satu demi satu negara di kawasan itu bertumbangan dan jatuh ke tangan Dana Moneter Internasional (IMF). Dampak yang nyata adalah kemiskinan, rakyat kurang akses ke pendidikan. Yang terburuk adalah kawasan ini menjadi sasaran perdagangan manusia serta kriminalitas lainnya yang mengharu biru kehidupan nyata sehari-hari. Entah bisa disetarakan atau tidak, Indonesia adalah salah satu negara di Asia yang mengalami hal serupa pada saat negara-negara tetangga bermunculan dan tampil di panggung dunia. Jika Malaysia dan Thailand sudah bicara soal visi masa depan, menjadi negara yang bisa mengangkat harkat hidup rakyat setara dengan negara maju, Indonesia terperosok ke jalan Afrika, sebutan bagi keadaan karut- marut. Jika tidak menjadi superpower ekonomi, banyak negara di kawasan diuntungkan dengan keberadaan episentrum perekonomian global pada masa datang, yakni India dan China. Sebenarnya bersama Brasil, Indonesia juga masuk dalam radar pantauan futurolog sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia pada 2020. Bahkan, badan intelijen AS, CIA, memasukkan Indonesia di daftarnya sebagai kekuatan ekonomi dunia pada masa depan yang dipublikasikan Januari 2005. Indonesia akan menjadi global power walau pengaruhnya dalam percaturan geopolitik tak besar. Namun, yang jelas Indonesia berpotensi menjadi kuat. Alasannya, negara ini punya banyak penduduk muda, yang justru menjadi kekuatan dan sumber kekuatan ekonomi. Makin banyak juga penduduk yang berpendidikan dan menjadi sumber kekuatan. Indonesia juga memiliki banyak sumber daya alam yang tentu menjadi fondasi kekuatan itu. Meski demikian, asumsinya juga lengkap. Jika asumsi itu tak dipenuhi, akan ada misalnya potensi perpecahan wilayah Indonesia yang makin mengkristal. Juga ada ancaman dari munculnya kelompok fundamentalis, ekstremis kanan. Juga yang paling berbahaya adalah tidak memadainya kapasitas pemerintah melayani kebutuhan rakyat. Maka akan muncul pula kekacauan sosial politik. Oleh karena itu, diperlukan pemenuhan pada asumsi-asumsinya, antara lain integrasi dengan ekonomi dunia dan peningkatan kapasitas pemerintahan. Perbaikan pelayanan, perbaikan prasarana yang merangsang investasi adalah hal urgen karena pertumbuhan ekonomi rendah tak memadai menyerap pertumbuhan angkatan kerja. Itulah yang ditulis Fred Kaplan dari National Intelligence Council dalam Mapping the Global Future: Report of the National Intelligence Council's 2020 Project. Tidak beranjak Persoalannya, kita sudah tahu semua itu. Lalu bagaimana harus memulainya. Menurut seorang panelis, debat-debat soal visi masa depan, korupsi, pembangunan kapasitas pemerintah, sudah berlangsung lama. Pada dekade 1970-an hal itu sudah menjadi topik utama. Hingga kini debat-debat masih berkutat pada hal serupa. Kita tidak beranjak, sementara puluhan juta warga menderita dalam hidupnya. Lebih buruk lagi, kualitas pengangguran makin tinggi. Banyak warga terdidik tak bekerja yang berpotensi destruktif. Persoalannya bagi Indonesia bukan karena tidak ada pemikir-pemikir andal. Juga kita tidak kekurangan contoh-contoh soal negara lain yang memiliki program ke depan, yang katakanlah bisa ditiru. Semuanya terhambat di tingkat implementasi. Sistem yang ada tak kondusif untuk melancarkan semua program. Yang berlaku masih seperti sistem wild west, siapa kuat dia dapat. Yang berlaku adalah sistem oligarki seperti di Amerika Latin dengan pusat-pusat kekuatan di kalangan pemerintahan tingkat tinggi, pebisnis, dan militer. Permainan, kekuatan, dan sistem hanya berlaku di jajaran oligarki itu. Maka tidak heran jika maling ayam masuk penjara tiga bulan minimal, sementara maling-maling kakap keluar melenggang kangkung dari kejaksaan atau bahkan dari penjara. Aspirasi, kritik, keluhan, dan kemiskinan rakyat hanya menjadi debat yang enak dibahas atau ditawarkan saat kampanye pemilu. Selebihnya adalah omong kosong dan tindakan artifisial. Dengan keadaan seperti itu, bagaimana kita berbicara soal Indonesia ke depan. Bosan, muak, dan buntu. Itulah yang tercuat ketika seminar-seminar masih terus membicarakan persoalan serupa dan sama, hanya waktu yang berbeda. Tetapi, tetap harus ada terobosan. Seorang panelis menyatakan, langkah jitu harus dimulai dari para pemimpin bangsa, yang jumlahnya sebenarnya hanya segelintir. Pemimpin dan para elite itu, yang notabene sudah kaya raya, berhentilah berperangai rakus dan berhentilah bersikap oportunis tanpa henti-hentinya. Agar pemimpin dan elite berhenti menanam bibit-bibit ledakan sosial dan politik yang sudah pasti muncul pada masa datang. Mengapa pemimpin? Ahli sosial dari Belanda, Geertz Hofstede, menganalisis sisi budaya di banyak negara. Salah satu aspek budaya yang dia temukan adalah yang disebut sebagai power distance. Ini merupakan julukan bagi fenomena masyarakat, umumnya di Asia, di mana senioritas, pemimpin, penguasa, adalah pihak yang harus dihormati dan dituruti. Karakter budaya seperti itu sebenarnya memudahkan pemerintah dan elite menggerakkan massa, ke arah yang baik sekaligus ke arah yang buruk. Nah, sekarang tergantung para elite untuk membawa ke mana Indonesia pada 2030. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0605/20/sorotan/2658675.htm ------------------------------------------------------------------------------ Yahoo! 360° - Bloggen und Leute treffen. Erstellen Sie jetzt Ihre eigene Seite - kostenlos!. ------------------------------------------------------------------------------ Jetzt Mails schnell in einem Vorschaufenster überfliegen. Dies und viel mehr bietet das neue Yahoo! Mail . ------------------------------------------------------------------------------ No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.1.394 / Virus Database: 268.10.1/390 - Release Date: 7/17/2006 [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> See what's inside the new Yahoo! Groups email. http://us.click.yahoo.com/2pRQfA/bOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **