[nasional_list] [ppiindia] surat kembang gunung purei [10-selesai] "toast" sepi, rindu, hati dan tubuh

  • From: "Kusni jean" <katingan@xxxxxxxxxxxxxxxx>
  • To: "kmnu2000" <kmnu2000@xxxxxxxxxxxxxxx>, <wanita-muslimah@xxxxxxxxxxxxxxx>, "ppiindia" <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Tue, 18 Jul 2006 14:06:22 +0200

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Surat Kembang Gunung Purei:


"TOAST" SEPI,  RINDU, HATI DAN TUBUH


10.



Kecuali puitisitas kalimat-kalimat Xia Lan seperti yang kutunjukkan dengan 
sitatan-sitatan di atas, sesuai dengan ciri kalimat-kalimat puitis, 
kalimat-kalimat dan dialog-dialog cerpen Xiao Lan mengandung renungan sebagai 
usaha dari menyimpulkan pengalaman dan kejadian sebagai data.

Sebagai contoh  adalah kalimat-kalimat berikut:

"Bagiku sendirian juga bisa menyenangkan. Karena aku tidak pernah merasa 
berjalan sendirian. Selalu ada bayang-bayang seseorang. Bayang-bayang yang aku 
simpan sendiri, aku cinta sendiri, aku rindu sendiri, aku nikmati sendiri. 
Bayang-bayang yang tumbuh di dalam sepi. 

Karena bayang-bayang itu bertumbuh besar dan membiak, maka segala ritme dan 
gerakannya menyibukkanku dengan banyak rasa. Aku memeliharanya, memupuknya, 
merawatnya, menyiramnya, menyianginya, seperti aku menanam sepokok kembang, 
sampai ia berputik, kuncup, mekar, merekah menjadi bunga. Aku gempita di dalam 
kesendirianku. Tidak pernah merasa sepi. 

Lalu ketika mendadak senja meleleh penuh tuba, bayang-bayang itu tetap seperti 
bayang-bayang yang tidak pernah mengerti betapa aku cinta dan sangat aku rindu. 
Ia tetap menjadi bayang-bayang yang bergerak liar ke mana dia mau dan melakukan 
apa yang dia suka. Bukan karena ia tak cinta aku. Tetapi mungkin lebih cinta 
dirinya sendiri. Padahal sesak itu berhimpitan dengan cinta dan rindu yang 
tiada berkesudahan. Tiap hela napasku hanya menyemburkan wangi bunga cinta dan 
embusan harum kerinduan. Ia bukan tidak tahu. Tetapi ia sendiri tidak tahu apa 
yang dia mau". 

Dalam pemahaman yang awam sastra, kata-kata:

"Bagiku sendirian juga bisa menyenangkan. Karena aku tidak pernah merasa 
berjalan sendirian. Selalu ada bayang-bayang seseorang. Bayang-bayang yang aku 
simpan sendiri, aku cinta sendiri, aku rindu sendiri, aku nikmati sendiri. 
Bayang-bayang yang tumbuh di dalam sepi". 

Dari kalimat ini, misalnya aku merasa ada suatu hakiki. Kemampuan merukunkan 
antara indiivualitas dan kolektivitas, hubungan antara persseorangan dan 
keberbesamaan.  Hubungan dialektika antara individu dan kolektif dalam hidup 
bermasyarakat. Dalam hidup bermasyarakat mungkinkah kita berjalan sendirian? 
"Bayang-bayang seseorang", kupahami sebagai tidak mungkinnya kita  hidup 
sendirian dalam masyarakat sekali pun dalam analisa terakhir individu 
menentukan pilihan jalannya sendiri, sebagaimana yang dikatakan oleh pantun 
Minangkabau:


"ke pulau sama ke pulau 
ke pulau menangguk udang
merantau sama merantau
kalau mati, mati seorang"


Kalimat-kalimat puitis berisi renungan begini jugalah yang kudapatkan dalam 
kata-ata Xiao Lan berikut:

"Aku merasa menjadi perempuan paling tolol yang selalu mengucapkan ''aku cinta 
padamu'', juga ''aku kangen kamu''. Setiap hari, setiap saat. Seperti matahari 
tidak pernah bosan terbit pagi hari. Seperti kelopak daun yang selalu 
berkeringat embun di subuh hari. Seperti aroma tanah kering yang menguap 
sehabis hujan. Tidak pernah berubah". 

Kata-kata Xiao Lan menggelitikku untuk memikir ulang apa arti "aku cinta 
padamu" dan "aku kangen kamu". Apakah kata-kata demikian tak lebih dari kata 
klise, rayuan gombal,   atau bermakna? Kalau bermakna, bagaimana makna 
sebenarnya dari kata-kata yang sangat sering diucapkan ini sehingga mendekati 
klise? Xiao Lan mencoba menyelami hakekat pernyataan-pernyatan ini. 

Kalau pemahamanku benar, maka ciri kalimat-kalimat Xiao Lan yang begini 
merupakan salah satu kekuatan lain dari Xiao Lan.  Oleh karenanya, model cerpen 
"Toast" Xiao Lan ini, hampir-hampir mendekati sejenis prosa liris yang kadang 
disebut sebagai prosa-puisi.  Indah dan menyentuh perasaan. Menggelitik 
renungan. Lepas dari setuju tidaknya kita dengan buah renungannya -- hal yang 
memang suatu perdebatan dan merupakan hal lain.  Dengan cara begini, kukira 
Xiao Lan telah melampaui taraf potret -- tanpa menafsirkan bahwa potret tidak 
punya arti.  Kemampuan merenung dan usaha menyimpulkan pengalaman begini, 
barangkali berjalan seiring dengan pahit-getir dan lika-liku perjalanan Xiao 
Lan dalam kehidupan. Tanda dari adanya kematangan sikap dalam hidup. Sedangkan 
"menjadi dewasa itu tidak gampang" menurut ayahku almarhum. Sudah beranak 
berbini, bukanlah tanda kedewasaan seorang anak manusia.

Mencermati keadaan begini, kalau benar cermatanku, maka sebenarnya Xiao Lan, 
bukan berkisah asal berkisah -- walau pun pendapat ini hampir dimentahkan oleh 
Xiao Lan dengan postingnya menjawabku [Lihat seri 9] yang mengatakan bahwa 
tokoh "aku" adalah diri Xiao Lan sendiri. Padahal tokoh "aku" tidak harus 
identik dengan diri penulis. "Aku" atau "Diponegoro"nya Chairil Anwar misalnya, 
apakah bukan suatu personifikasi dari masyarakat Indonesia yang anti pendudukan 
fasis Jepang pada PD II? Demikian juga tokoh "Patirajawane". Pandangan Xiao Lan 
yang mengatakan tokoh "aku" adalah identik dengan dirinya sendiri, kukira, 
merupakan suatu pernyataan jujur tapi naif jika dilihat dari segi  sastra 
sebagai suatu konsepsi,  sehingga membuat kata-kata terucap menjadi kurang 
tersaring. 

Di samping ciri-ciri di atas, aku juga melihat keberhasilan Xiao Lan dalam 
menyusun struktur bertutur. Xia Lan menjaga rasa ingin tahu pembaca, menggiring 
 dan menjawab rasa ingin tahu pembaca bagaimana masalah diselesaikan hingga ke  
ujung kisah yang disebut klimaks dan berhenti pada klimaks tersebutn tanpa 
menurunkannya sejenjang tangga pun. Hal ini dilakukannya melalui 
kalimat-kalimat alinea terakhir: 

"Gelas kami lagi-lagi beradu. 
''Pertanyaan terakhir. Maukah kamu menciumku seperti dia? Menyesap long island 
di lidahku dan menghirup whiskey cola di napasku?'' tanyaku sambil memajukan 
tubuhku mendekati wajahnya. Kutatap dalam-dalam matanya. Kusentuh bibirnya 
dengan jariku. Dan kuembuskan sepi ke dalam napasnya. 
''Tidak. Sekarang kamu mulai mabuk..,'' ia mendorong bahuku dan tertawa pelan". 

Adegan yang tidak terduga jika kita mengikuti dialog antara tokoh "aku" dengan 
Cali. Melalui kalimat-kalimat alinea terakhir ini, kita dapatkan bagaimana Xiao 
Lan menggunakan tekhnik kontras secara baik untuk mengangkat watak tokoh 
sekaligus menggarisbawahi idenya sebelum menyimpulkan permasalahan dalam 
kata-kata:

''Tidak. Sekarang kamu mulai mabuk..,'' ia mendorong bahuku dan tertawa pelan. 
Aku tertawa. Sungguh-sungguh tertawa. 
Menertawakan kesepianku yang konyol dan tolol. 
Aku tidak mabuk, bukan murahan, juga bukan kacangan, kalau aku memintanya 
menciumku. 
Aku cuma ingin membunuh sepi itu sebelum sepi itu yang lebih dulu membunuhku". 
 
Hal terakhir yang ingin kucatat adalah kata ganti orang kedua tunggal "kamu".  
Kata yang agaknya umum digunakan oleh kalangan muda sekarang. Pada masa remaja 
Yogyaku dulu, kata ganti orang kedua tunggal "kamu" ini dipandang sangat kasar. 
Lebih kasar daripada kata "kau" yang biasa digunakan oleh kalangan muda, 
terutama yang berasal dari luar Jawa dan sering disebut sebagai "anak 
seberang". Umumnya penggunaan kata ganti orang kedua tunggal ini sekarang, 
berlaku untuk kalangan kecil tertentu saja tapi tidak berlaku untuk mayoritas 
masyarakat yang masih menggunakan standar susila dan tatakrama tersendiri, 
entah disebut tradisional atau tidak zamani. Dari penggunaan umum kata ganti 
orang kedua tunggal ini, sekali pun di kalangan terbatas alias kalangan lapisan 
kelas menengah, aku menyaksikan adanya perobahan atau pergeseran nilai dan 
pergeseran makna bahasa didorong oleh para penulis dan media massa.  Karena 
itu, kukira dalam soal ini, kesadaran berbahasa sastrawan, kukira sangat 
berarti. Tapi dengan adanya kesadaran berbahasa ini justru sastrawan barangkali 
punya peran dalam pengembangan dan pemerkayaan bahasa, termasuk kota kata dan 
nuansa-nuansanya. Akurasi bahasa. Bukan hanya sekedar berbicara. Kukira, pandai 
berbahasa jauh lebih utama daripada pandai berbicara. Setiap kata yang 
digunakan, kiranya, layak dipertimbangkan dampak dan makna serta pertanggungan 
jawabnya. Tidak heran jika di Perancis, tidak sedikit sastrawan yang masuk 
l'Académie Française, sebuah lembaga yang bertanggungjawab atas perkembangan 
bahasa Perancis. Pertanyaannya barangkali: Bagaimana kesadaran berbahasa 
sastrawan Indonesia pada bahasa Indonesia. Bagaimana sumbangan para sastrawan 
untuk pengembangan bahasa Indonesia yang mereka gunakan sebagai sarana 
pengungkap diri?

Dengan pertanyaan -pertanyaan ini aku mengakhiri kesan bacaanku    sebagai 
seorang awam sastra terhadap cerpen "Toast" Xiao Lan, tanpa merumuskannya 
secara sistematik dalam bagian  kesimpulan khusus sehingga menjadikan tulisan 
ini timpang karena isinya jadi seperti kalung lepas tali, matanya berhamburan  
.  ****

Paris,  Juli 2006.
-----------------------
JJ. Kusni

[Selesai]

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Yahoo! Groups gets a make over. See the new email design.
http://us.click.yahoo.com/XISQkA/lOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] surat kembang gunung purei [10-selesai] "toast" sepi, rindu, hati dan tubuh