[nasional_list] [ppiindia] Re: FW: Orang Bali mengadu: Kasus Pura Buleleng II

  • From: "marthajan04" <marthajan04@xxxxxxxxx>
  • To: ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx
  • Date: Thu, 03 Feb 2005 04:57:33 -0000

** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum **


Saya ingin bantu Ade Kimhook yang mungkin kurang ada waktu 
menemukannya. Ini sudah saya postingkan juga ke milis Apakabar. Kalau 
masih kurang yakin, saudara Ari Condro bisa menanyakan langsung pada 
Pak Kyai Ali Aziz yang lengkap identitasnya, ada nama, jabatan, 
alamat kantor bahkan no.telponnya. 
Berita ini sudah disiarkan di Balipost online, yang saya ambil dari 
sana, beserta nama wartawannya. Juga kapolsek yang menanganinya.
Selamat membaca dan saya ingin juga mendengar tanggapan saudara 
mengenai peristiwa ini. Di milis Apakabar ramai sekali.

Salam,
martha jan

========================================================

Dari milis debat islamkristen
 
From: Ali Aziz <muhaliaziz@xxxx> 
Date: Thu Jan 27, 2005 10:24 am 
Subject: Kasus Pura Buleleng jilid II - Buat Sdr Wayan Ilham
Assalamu'alaikum Wr. Wb 
Saya Muhammad Ali Aziz, karena kebetulan saya mengajar sejarah Islam 
baik kelas reguler maupun Pasca Sarjana di IAIN Sunan Ampel, Jl. Ach. 
Yani 117 Surabaya 60237 dengan telp 31 841 0298. Selain mengajar di 
tempat tersebut, saya juga adalah dosen tamu (dosen terbang) di Bali 
untuk beberapa Universitas dan Sekolah Tinggi di Bali. Pekerjaan 
tersebut telah saya jalani sekian lama, maka dari itu budaya dan 
karakter orang Bali saya sangat memahaminya. 
Membaca tulisanmu mengenai kasus pembakaran Pura yang terjadi di 
Legian, sebenarnya saya ingin menanggapi lebih awal, tetapi karena 
keterbatasan waktu maka malam ini saya mencoba untuk menanggapinya, 
semoga berkenan. 
Untuk saudara Wayan Ilham, setelah membaca beberapa tulisanmu, 
terutama yang terakhir mengenai Pura Legian ini, saya tahu bahwa 
karakter seorang Bali melekat padamu, yaitu menceritakan suatu 
masalah hanya pada intinya, sedangkan hal-hal yang cukup 
kontroversial, anda tidak menceritakannya, saya mengerti hal ini 
adalah untuk menjaga perasaan orang lain, atau anda tidak mau polemik 
tersebut berkepanjangan. 
Sebagai dosen tamu di Bali, saya sendiri juga sering sekali menerima 
pertanyaan atau laporan yang "tidak nyaman" dari civitas akedemi di 
Bali maupun dari mahasiswa yang mengikuti kuliah saya. Contohnya 
salah satu adalah mengenai kasus Pura Legian tersebut. Memang masalah 
ini agak meresahkan, dan baiknya saya ceritakan sedikit dari awal 
mengenai hal-hal yang tidak anda ceritakan. 
Mulanya memang tanah kosong tersebut adalah milik orang Bali di 
Legian, tanah tersebut kemudian dihibahkan kepada seorang temannya 
yang keturunan Jawa karena melihat temannya tersebut hidupnya 
memprihatinkan. Tanah tersebut mulanya didirikan sebagai warung 
makanan. tetapi setelah berlalu 2 tahun, mungkin kurang laku atau 
apa, orang jawa tersebut kemudian mengalihkan lagi ke pihak lain, 
sedangkan dia sendiri bersama keluarganya kembali ke Jawa setelah 
mendapatkan dana dari hasil jual tanah tersebut. 
Masalah memang muncul, tahu-tahunya ditempat tersebut bediri sebuah 
bangunan mesjid yang dalam tahap awal. Padahal daeah tersebut memang 
adalah tanah sakral bagi orang Bali sendiri. Memang pendirian mesjid 
tersebut "sedikit" meresahkan warga sekitarnya, karena selain jalan 
di depan mesjid tersebut dijadikan tempat "jala uang", musik atau 
azan yang "terlalu keras" atau anak kecil dikerahkan mendekati turis-
turis asing untuk meminta sumbangan pembangnan mesjid. Dan saya tidak 
tahu dari mana anak-anak tersebut belajar, jika turis tidak mengerti 
apa yang diminta anak tersebut karena komunikasi tidka bisa jalan, 
atau tidak dihiraukan, maka anak-anak tersebut menunjukkan jari 
tengah sambil berteriak F... Y..., suatu kata yang sangat tidak 
sopan. Mungkin hal tersebutlah yang membuat penatua agama Hindu Bali 
merasa tersinggung dan juga masyarakat sekitar merasa tidak nyaman 
karena gangguan-gangguan suara lodspeaker. S 
Selanjutnya saya tidak perlu ceritakan lagi, karena telah anda 
ceritakan melalui tulisanmu. 
Saudara Wayan, saya ingin menjelaskan tentang beberapa keadaan yang 
terjadi tersebut. Seperti misalnya FPBM, saya pernah bertemu dengan 
pengurusnya dan menanyakan, mengapa kata Pengislaman tersebut 
dipakai, karena berbau "ektrim" dan sedikit menakutkan. Pengurus 
tersebut mengatakan bahwa kata itu dipilih berdasarkan kesepakatan 
bersama anggota, jadi nama itulah yang dipakai. Dan menurut 
pengamatan saya, FPBM ini adalah cerminan sekelompok anak muda yang 
ingin menonjolkan keberadaan mereka dengan memakai nama yang "keren" 
Mengenai orang Jawa yang tinggal di Bali, saudaraku Wayan, bahwa pada 
umumnya mereka ke Bali sebagai pekerja perkebunan di era tahun 70 an 
dan kemudian yang datang juga adalah para pekerja yang menjual tenaga 
mereka. Dengan demikian dapat dipahami, bahwa umunya pendidikan 
mereka tidak tinggi, dan dimana juga orang yang dari suku yang sama 
lebih senang membentuk komunitas mereka sendiri, sehingga terjadilah 
kampung-kampung Jawa di Bali Jadi biasanya untuk orang yang demikian 
mereka mempunyai solidaritas yang tinggi sekali baik mengenai suku 
maupun agama. Jadi mereka sangat mudah sekali diprovokasi oleh pihak 
lain yang tidak bertanggungjawab atau terprovokasi atas isyu yang 
belum tentu benar. Di era tahun sebelum 2000, saya sering mengundang 
AA Gym untuk memberikan ceramah-ceramah yang sejuk di kampung-kampung 
Jawa tersebut. Tetapi sayangnya sekarang AA sudah cukup tenar dan 
sibuk dengan dakwah di televisi sehingga tidak ada waktu lagi untuk 
berkunjung 
Sebenarnya diantara kami , misalnya Gus Solah (Salahuddin Wahid, AA, 
Imron dan beberapa orang lainnya berpendapat bahwa Islam sekarang di 
Indonesia menjadi terlalu "merah", maka tidak bosan-bosannya kami 
memberikan dakwah yang berisifat sejuk, meneduhkan dan mengajak tidak 
mudah mengikuti pancingan segelintir yang mengatasnamakan Islam yang 
sebenarnya tujuannya untuk merusak ajaran agama Islam. 
Saudara Wayan, karena surat ini saya tujukan kepadamu, maka saya 
tidak memakai ayat-ayat yang di Al Quran atau kata-kata yang mungkin 
akan membingungkanmu, karena saya mengerti anda adalah seorang rekan 
saya yang beragama Hindu Bali. 
Sebenarnya saya pribadi dan kalau boleh mewakili Muslim di Indonesia 
menyampaikan maaf yang sebesar-besarnya atas beberapa kejadian 
pengrusakan pura di Bali, baik Pura di Buleleng maupun kejadian yang 
terjadi di Legian tersebut. Saya harapkan anda dan masyarakat Bali 
pada umumnya memandang hal tersebut cuma dilakukan oleh segelintir 
orang yang mengatas namakan Islam dan bukannya Islam mengajarkannya 
demikian. Penyampaian tersebut tulus, dan juga kami pernah juga 
menyampaikan yang sama kepada masayarakat Bali setelah kasus pura 
Legian tersebut. Dan saya percaya masyarakat bali yang cinta damai 
dapat memilah dengan arif kejadian tersebut. 
Oh ya, selain itu saya ada membaca milis yang menyatakan bahwa anda 
menghasut dan membuat fitnah. Secara pribadi saya sangat menyayangkan 
tulisan tersebut, karena dalam beberapa tulisan anda, walaupun saya 
tidak berada di tempat kejadian, tapi saya tahu itu benar adanya. 
Memang jika seseorang yang tidak mengetahui "sesuatu" atau tidak 
membaca kejadian tentang "sesuatu" dan lantas menuduh "sesuatu" 
tersebut adalah tidak benar. Kenyataan tersebut cukup menyedihkan, 
apalagi jika orang tersebut mempunyai pendidikan yang cukup. orang 
Islam sejati tidak akan berhenti menyampaikan minta maaf bila terjadi 
kesalahan, karena memang demikian titah yang diajarkan oleh junjungan 
kita Nabi Muhammad. 
Oh yah, saudara Wayan, karena waktu saya sangat terbatas, maka saya 
juga tidak bisa memberikan anda tulisan yang lebih panjang, karena 
keterbatasan waktu saya di bidang akademi cukup padat. Mungkin kalau 
saudara Wayan Ilham berkenan ke Surabaya, anda boleh menghadiri kelas 
saya, dimana sekarang saya mengajarkan mata kuliah sejarah Islam baik 
di S1 maupun di program pasca Sarjana, dan semoga anda mempunyai 
pemahaman yang lebih baik tentang Islam itu sendiri, dan jangan 
terpaku atas tindakan segelintir yang mengatas namakan Islam. 
Terakhir, selain saya harapkan juga anda dapat menyampaikan salam dan 
minta maaf tersebut kepada keluarga, sahabat maupun masyarakat Bali 
dari saya pribadi maupun Muslim di Indonesia atas kejadian tersebut. 
Saya harapkan anda terus menulis, karena dari beberapa tulisanmu, 
saya sangat merasa dekat dengan anda dan juga Bali. 
Billaahi-taufiq wai- ihdayaah 
Wassalam'alaikum wr. wb 
KH. Drs Muhammad Ali Azis, MM
 
 

Dari Bali Post

Perusakan Pura Cemaskan Warga 
Oleh: aryanthini / Kamis, 20 Januari 2005, 10:31 

1.
Aksi perusakan lima buah pura dalam wilayah empat desa adat di Kuta 
membuat warga mulai cemas. Selain pelakunya yang belum tertangkap, 
perusakan itu ada tendensi mengarah pada agama. Sebab, dalam aksi 
berturut-turut selama dua hari terakhir ini tak ada barang dalam pura 
yang dicuri. Demikian terungkap dalam dialog singkat antara sejumlah 
warga adat di lokasi pura yang dirusak dengan Sekda Badung Wayan 
Subawa, S.H. saat meninjau kelima pura tersebut, Rabu (19/1) kemarin. 
Lima pura yang dirusak dan diobrak-abrik tersebut yakni Pura Kati 
Gajah di Desa Adat Kelan (Tuban), Pura Penataran (Kedonganan), pura 
keluarga di Temacun (Legian), Pura Lobong (Legian) dan Pura Dalem 
Kahyangan, Legian. Kerusakan terparah terjadi di Pura Penataran, 
Kedonganan di mana sebagian besar kelengkapan pura dirusak. 
Di Pura Penataran ini, pelaku yang diduga lebih dari seorang itu 
masuk setelah merusak pintu pagar dari besi. Di dalam pura, bukan 
hanya kelengkapan bangunan pura yang dirobohkan, juga beberapa bagian 
dipindah ke posisi yang sangat melecehkan. 
Bahkan di Pura Dalem, Legian selain perusakan, ada perlengkapan pura 
yang dibakar. Menurut pemilik pura keluarga di Temacun, Ketut Marni, 
pelaku yang merusak pura Selasa (18/1) juga sempat memetik buah jeruk 
dalam pura dan mencecerkan kulitnya di sekitarnya. Di pura milik 
keluarga Marni ini beberapa bangunan pura dirusak dan sejumlah patung 
dibuang. 
Kejadian beruntun tersebut menurut warga membuat mereka cemas. Bukan 
saja harus mengganti bagian yang rusak, juga memerlukan upacara yang 
tak sedikit menghabiskan biaya. Sejauh ini warga belum bisa 
memastikan siapa pelakunya. ''Kami sudah laporkan kejadian ini kepada 
aparat keamanan,'' ujar mereka. 
Sekda Badung Subawa, S.H. bersama staf terkait dan anggota Dewan saat 
meninjau seluruh lokasi pura yang rusak minta warga tetap tenang dan 
waspada. ''Kejadian ini mesti diambil hikmah positifnya di mana kita 
diminta lebih meningkatkan tanggung jawab kepada agama dan Tuhan,'' 
jelasnya. 
Ditanya soal kejadian yang modus operandinya terkesan mirip, Subawa 
mengatakan meski belum bisa memastikan motif perusakan itu, namun dia 
menduga ada tujuan tertentu. Sebab, tak ada barang yang 
dicuri. ''Yang dirusak juga bagian tertentu saja,'' jelasnya. 
Menilik banyaknya kerusakan dalam satu pura, warga menduga pelakunya 
lebih dari seorang. ''Ini semacam ada kelompok yang mengorganisir,'' 
jelas mereka. Seluruh pura yang dirusak berada di pinggir jalan besar 
dan lingkungan sekitarnya relatif sepi. 
Anggota DPRD Badung asal Kuta, Bagiana Karang dan Sukirta yang ikut 
dalam rombongan mengatakan untuk mencegah kejadian berulang lagi 
warga diharapkan meningkatkan penjagaan di lingkungannya. ''Kita juga 
akan berupaya agar Pemkab Badung peduli dengan kejadian yang menimpa 
warga adat tersebut,'' jelasnya. 
Bagiana Karang menambahkan sebelumnya warga sempat curiga perusakan 
itu dilakukan orang gila. Namun, melihat cara-cara perusakan serta 
banyaknya benda yang dirusak diduga pelakunya bisa lebih dari 
seorang. (031/kmb11)

 
2.
Antisipasi Perusakan Pura Polsek Densel Terjunkan Tim Khusus 
Oleh: aryanthini / Senin, 24 Januari 2005, 11:33 Denpasar (Bali 
Post) -

Jajaran Polsek Densel mengambil langkah cerdas untuk mengantisipasi 
kasus perusakan pura seperti yang terjadi di Kuta. Kapolsek AKP Gede 
Adhi Mulyawarman membentuk tim khusus dan menggelar patroli box yang 
diperkuat prajurit babinsa, satuan intelijen, dan buser.
Kapolsek Densel AKP Gede Adhi Mulyawarman menilai kasus perusakan 
pura sangat rentan menimbulkan masalah yang lebih besar. Polsek 
Densel pun harus memberi skala prioritas terhadap keamanan tempat-
tempat suci, termasuk keberadaan benda-benda bersejarah yang punya 
nilai religius. Khusus di wilayah hukum Densel, polisi mengawasi enam 
masjid, delapan gereja, dan puluhan pura. ''Saya sudah terjunkan tim 
khusus yang menjaga tempat ibadah 24 jam. Polisi bekerja sama dengan 
desa adat, bahkan anggota melek bersama pecalang'' katanya, Minggu 
(23/1) kemarin.
Tim khusus yang diterjunkan Polsek Densel untuk menjaga keamanan 
tempat ibadah didukung 10 anggota babinsa, satuan intelijen, dan 
pasukan buser. Kapolsek Gede Adhi sudah mendatangi pengurus adat, 
pemangku, dan pecalang di masing-masing wewidangan desa pakraman. 
Koordinasi antara polisi dan wakil warga adat melahirkan sistem 
pengamanan pura terpadu yang melibatkan prajurit Polri dan umat Hindu 
setempat. ''Tiap pura dijaga anggota babinsa dan buser. Ini masih 
ditambah pengawasan tertutup dari pasukan intelijen,'' tambahnya.
Kapolsek Gede Adhi ternyata punya strategi jitu untuk memantau kerja 
anak buah di lapangan. Selain mengecek langsung ke tiap pura, Polsek 
Densel menggelar patroli box yang dilengkapi buku laporan alih tugas 
anggota piket. Mobil patroli rutin juga wajib singgah di tiap tempat 
ibadah, dan polisi harus mencatat perkembangan kondisi di 
masyarakat. ''Patroli box mengambil waktu-waktu rawan tindak 
kriminal. Saya fokuskan anggota pada pukul 22.00 sampai 04.30,'' 
tegasnya seraya menyebutkan pengamanan pura dengan sistem patroli box 
sekaligus mendekatkan prajurit Polri di hati rakyat.
Jangan Terpancing 
Kapolda Mangku Pastika meninjau langsung kondisi salah satu pura di 
Kuta yang dirusak orang misterius, Sabtu (22/1) lalu. Selain 
menyatakan prihatin melihat tempat ibadah menjadi sasaran orang tak 
bertanggung jawab, jenderal kelahiran Buleleng ini minta umat Hindu 
tidak mudah terpancing oleh isu-isu yang tak jelas. ''Kasus perusakan 
pura di Kuta sedang dilidik, tolong krama Bali tetap tenang dan 
biarkan polisi bekerja,'' tegasnya.
 

 



--- In ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, "Ari Condro" <masarcon@xxxx> wrote:
> Message
> ----- Original Message ----- 
> From: ari ams 
> To: pasar-opini@xxxxxxxxxxxxxxx 
> Sent: Wednesday, February 02, 2005 1:21 AM
> Subject: [PKS] Re: FW: Orang Bali mengadu: Kasus Pura Buleleng II
> 
> 
> Ada tanggapan dari orang Bali nih.. berkenaan dengan postingan Mas 
Kimhook. Tanggapan ini mungkin bisa menjelaskan situasi Bali dalam 
hubungan lintas suku dan agama..
> Note: sejauh ini, nampaknya berita ini belum bisa dipastikan 
kebenarannya.
> 
> Gimana, Mas Kimhook  ?
> 
> regards, ari ams
> 
>   Date: Tue, 1 Feb 2005 09:33:54 +0700
>   From: "IGN Oka Widana" <iwidana@xxxx>
>   Subject: Re: FW:  Orang Bali mengadu: Kasus Pura Buleleng II
> 
>   Sementara saya  cek ke beberapa situs Bali, ngak ada satupun yang 
memuat berita itu. Saya harus ke cek langsung ke teman2 yang ada di 
sana.
> 
>   Terlepas dari kebenaran tulisan, ada beberapa hal yang saya harus 
sampaikan
>   :
>   1. Sifat orang Bali itu pada dasarnya "fanatik"  terhadap budaya, 
agama dan tradisinya. Ketiga hal tersebut mereka sangat junjung 
tinggi, dan terkait dengan ketiga hal mereka sangat sensitif. Sebagai 
orang Bali, saya tahu betul itu. Makanya agak aneh apabila ada 
kejadian yang cukup besar seperti ini, tapi tidak ada gaungnya sama 
sekali ditingkat nasional atau di Jakarta. Atau saya yang 
keliwat.......? Lagian kalo memang ada kejadian ini, saya yakin yang 
ngamuk bukan saja masyarakat di Kuta, tapi diseluruh Bali. Saya 
memang harus tetap cek berita tersebut, tapi nampaknya berita 
tersebut terlalu di dramatisir.
> 
>   2. Pendatang ke Bali, pasca krisis ekonomi  (saya sudah tinggal 
di Jakarta), sangat meningkat. Pendatang sebagian adalah kaum muslim, 
yang mata pencahariannya selain pegawai negeri, TNI tapi kebanyakan 
adalah "buruh" yang kerjanya serabutan, buruh bangunan, tukang bakso, 
pedagang kaki5, pemulung dan sebangsanya.  Orang2 ini, sungguh 
bekerja keras dan tahap kehidupannya adalah survival. Kebanyakan 
datang dari daerah tapal kuda Jatim.  IMHO, bila tidak di kelola 
dengan baik, bisa menjadi potensi merugikan bagi kamtibmas. Aliran 
deras pendatang ini saya rasa tidak bisa didukung sepenuhnya oleh 
perkembangan ekonomi Bali yang hanya mengandalkan pariwisata. Apalagi 
pendatang ini hanya mengharap "trickle down efek" dari perkembangan 
ekonomi disana, dan bukan menjadi "komoditas" wisata yang bisa di 
andalkan. "Komoditas" wisata bali adalah orang bali dan "asesoris"nya 
(budaya, kesenian, agama dll).
> 
>   3. Selain pendatang yang bermotif ekonomi, saya perhatikan juga 
ada pendatang yang memang bermotif syiar dan dakwah. Mungkin 
maksudnya baik, yakni "membantu" saudara-saudara mereka yang beragama 
Islam disana, yang berjuang mencari nafkah. Tetapi peribahasa "dimana 
bumi dipijak, disitu langit di junjung" agaknya terlupakan. Sebagian 
temen2 itu menganggap bahwa pola kehidupan di kempung halaman, bisa 
di pertahankan semuanya. Termasuk misalnya mendirikan masjid, adzan, 
cara berpakaian dst. Mengenai Adzan, ini kan fungsinya sebagai 
pertanda waktu shalat dan mengajak orang shalat. Saya rasa ada adab 
nya dan perlu dikompromikan dengan masyarakat setempat. Kalo di 
lokasi itu orang Islamnya masih sedikit kenapa harus pakai speaker 
sekeras2-nya? Mungkin bagi kaum mulsim itu lumrah, tapi bagi kaum 
lain itu mengganggu. Dakwah dan syiar, bukan untuk mengganggu bukan?  
Belum lagi kalo sedang berkotbah pada shalat Jum'at misalnya, khatib 
bicara masalah kafir, neraka dst di pancarkan lewat speaker sekeras-
kerasnya ke lingkungan sekitar yang notabene banyak non muslim. 
Sangat mengganggu..... bukankah mestinya khotbah itu untuk urusan 
internal? Saya rasa konsesus bahwa "usaha penyebaran agama mestinya 
tidak boleh ke orang yang sudah beragama", tetap di harus dipegang.
> 
>   4. Orang Islam di Bali sebenarnya bukan orang "asing". Islam 
merupakan bagian integral dari sejarah Bali. Semasa jaman kerajaan di 
Bali, orang Islam (sebagian besar suku makasar dan bugis) turut 
beperan dan perpolitikan lokal. Bahkan ada satu pulau kecil di 
selatan kota Denpasar ie. pulau Serangan yang sebagian tanahnya 
dihibah kepada orang2 bugis ini dan berstatus sebagai "tanah 
perdikan", karena jasa2 mereka membantu raja Badung. Di pulau ini 
berdiri salah satu masjid tertua di pulau Bali. Yang mengagumkan 
adalah di pulau Serangan itu berdiri juga  pura Sakenan yang dianggap 
salah satu pura paling suci di Bali. Kedua komunitas, Islam dan 
Hindu, bisa hidup berdampingan berabad abad tanpa masalah. Di 
beberapa daerah lain ada pula kantong2 pemukiman muslim dengan nama 
Kampung Jawa, Kampung Arab, Kampung Bugis, ditengah2 mayoritas Hindu. 
Tak heran bila banyak ditemukan nama Bali-Arab semisal Ketut 
Abdulrahman atau Made Imaduddin, yang adalah orang Bugis-Bali dan 
beragama Islam ......... PS. Wayan Ilham nama kawan yang menulis 
posting dibawah adalah tipikal nama Bali-Arab tersebut.
> 
>   5. Dengan banyaknya pendatang ke Bali ini, sudah mulai muncul 
gerakan2 membatasinya. Alasannya tentu bermotif ekonomi dan ..... 
agama. Saya juga merasa bahwa posting Wayan Ilham dibawah adalah 
dalam kerangka gerakan2 membatasi kaum pendatang di Bali. Dalam 
beberapa pernyataannya (yang saya baca melalui koran lokal), mereka 
ini juga menyerempet-nyerempet soal hubungan antar umat beragama. 
Walau karena disampaikan secara terbuka, maka beraninya 
cuma "nyerempet". Bahkan ketika Bom Bali, sentimen ini menguat, namun 
tetap berhasil di redam. Mestinya kita hargai lah masyarakat Bali 
yang sangat dirugikan oleh perbuatan sekelompok kecil yang mengaku 
ber"jihad atas nama Islam" itu.
> 
>   Saya sudah lebih dari 10 tahun hidup dan beranak pinak di 
Jakarta, Dibenak saya ada keinginan suatu hari kelak dapat pulang 
kampung atau pensiun di tanah leluhur saya, Bali.  Akan tetapi 
membaca posting dibawah saya merasa sangat risau.
> 
>   Bali bagaimanapun adalah bagian Indonesia, tak ada orang 
Indonesia dari suku bangsa apapun dengan agama apapun yang dilarang 
datang ke Bali. Tetapi hendaknya kaum pendatang besama-sama dengan 
penduduk Asli (suku Bali, suku lombok, suku bugis, suku makassar, 
suku Jawa, suku Tionghoa yang sudah berabad-abad tinggal di Bali) 
bersama-sama memajukan Bali. Cuma Pariwisata lah satu2 sektor yang 
bisa diandalkan menghidupi seluruh masyarakat Bali (sektor lain tidak 
bisa semasif itu). Keributan sekecil apapun (apalagi yang sifatnya 
Sara) bakal menghancurkan pariwisata.
> 
>   salam damai,
>   Oka Widana
> 
>   Tolong di cross posting juga ke Millis asal
> 
> 
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts: