[nasional_list] [ppiindia] Pagi Kedelai, Sore Tempe

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Wed, 22 Feb 2006 01:17:58 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=212870

Rabu, 22 Feb 2006,



Pagi Kedelai, Sore Tempe
Oleh: Dody Firmansyah 



Setahun lebih berkiprah, kinerja para anggota legislatif tampak belum 
memuaskan. Sebagian kalangan memandang para wakil rakyat selama ini kurang 
gigih dalam menjalankan berbagai fungsinya. 

Bahkan, para anggota dewan menunjukkan sikap kepedulian yang rendah terhadap 
berbagai persoalan masyarakat belakangan. Karena itu, lontaran kritik mantan 
Ketua MPR Amien Rais mengenai kinerja DPR yang dianggapnya hanya berfungsi 
sebagai tukang stempel harus diterima sebagai masukan positif. Sebab, sebagai 
lembaga publik, DPR harus terus-menerus memberikan pelayanan yang baik terhadap 
rakyat yang diwakilinya. 

Brand image stempel itu mengingatkan saya terhadap kinerja DPR era Harmoko yang 
lebih terkesan sebagai juru bicara kepresidenan daripada mitra kerja yang 
kritis. 

Dalam konteks reformasi saat ini, sangat memalukan jika cap "stempel" itu masih 
disandang DPR. Menurut saya, cap stempel saat ini diberikan kepada DPR karena 
inkonsistensi DPR sendiri. Hal itu bisa dilihat dari dua indikator. 

Pertama, kebijakan pemerintah dengan menaikkan BBM pada Maret 2005 dan awal 
tahun ini ternyata tidak direspons serius oleh parlemen. Pada awalnya memang 
berbagai partai menarik simpati rakyat dengan ramai-ramai menolak kebijakan 
tersebut lewat media massa. Namun, menjelang hari H kenaikan, anggota DPR 
bungkam dan tidak bersuara. 

Kedua, kebijakan pemerintah untuk mengimpor beras Vietnam juga ramai-ramai 
ditolak mayoritas anggota DPR, kecuali Fraksi Golkar dan Partai Demokrat. 
Sebagian anggota legislatif yang antiimpor beras menyuarakan lewat berbagai 
media massa karena yakin partainya mendukung antiberas impor, namun eksekutif 
lebih cepat bertindak dengan memanggil petinggi parpol untuk membahas rencana 
impor beras itu. 

Dari situlah tampak ketidakkonsistenan sebagian besar anggota DPR. Dalam sidang 
paripurna, hanya tersisa FPKS dan FPDIP yang menolak kebijakan itu. Padahal, 
awalnya banyak tokoh dari beberapa fraksi yang menolak impor beras, dalam 
kaitan inilah peribahasa Jawa isuk dele sore tempe (inkonsistensi) makin 
kentara.

Dari kedua peristiwa itu, gigi DPR sudah mulai tampak tidak bertaring lagi dan 
seolah memang menjadi tukang stempel pemerintah. Mereka hanya berkoar dan 
akhirnya mengalami impotensi terhadap kebijakan pemerintah. Keinginan untuk 
menerapkan mekanisme check and balances ternyata hanya lips service dan malah 
digunakan untuk tawar-menawar kepentingan yang membuat tidak sehat iklim 
demokrasi Indonesia.

Kesalahan Sistem Pemilu

Menurut saya, ketidakkonsistenan anggota DPR kita memang tidak lepas dari input 
dan proses ketika mendaftar menjadi caleg pada pemilu lalu. Pada proses 
rekrutmen anggota legislatif Pemilu 2004, banyak yang bermasalah dan 
menimbulkan polemik berkepanjangan. 

Pasalnya, mekanisme pemilihan yang menyangkut kualifikasi teknis, seperti 
tingkat pendidikan dan latar belakang profesi, berlangsung berlarut-larut 
sehingga diwarnai dengan maraknya kasus ijazah palsu. 

Hal tersebut berpengaruh terhadap kualitas anggotanya yang menggunakan ijazah 
palsu itu, tapi tidak terdeteksi hingga sekarang. 

Selain itu, UU Pemilu terlihat sangat kental dengan muatan politik daripada 
kepentingan rakyat. Indikasinya adalah digagalkannya ide pemilihan wakil rakyat 
lewat sistem distrik (yang memungkinkan pengenalan calon oleh konstituen) 
dengan sistem proporsional oleh UU Pemilu (yang menonjolkan peran partai). 

Argumen-argumen yang ditawarkan para akademisi dan aktivis LSM untuk membentuk 
sistem distrik itu akhirnya mentok dan dikalahkan kompromi elite politik yang 
sedang berkuasa. 

Akibatnya, UU Pemilu 2004 yang dipakai menetapkan penjaringan wakil rakyat 
dengan sistem proporsional daftar terbuka.

Sistem itu menyebabkan nama-nama calon wakil rakyat sangat bergantung pada 
keinginan partai-partai berkuasa berdasar kalkulasi politiknya karena nyaris 
sangat sulit memenuhi bilangan pembagi pemilihan. 

Konsekuensinya, berbagai kekecewaan dialami calon anggota legislatif (caleg) 
yang gagal. Misalnya, ada caleg PKB yang berusaha masuk ke arena muktamar II di 
Jogjakarta dengan marah-marah, berteriak histeris, dan memaki-maki pengurus 
partai karena gagal menjadi anggota legislatif. Padahal, dia sudah habis 
puluhan juta rupiah konon juga karena faktor ini. 

Selain itu, kasus paman saya, ketika maju menjadi caleg, yang akhirnya 
digagalkan orang yang lebih berkantong tebal untuk duduk di nomor urut satu. 
Padahal, paman saya sudah bertahun-tahun aktif di partai.

Status sebagai anggota legislatif di lembaga parlemen merupakan sebuah jabatan 
yang prestisius dan terhormat. Penghormatan terwujud karena seorang wakil 
rakyat dipandang sebagai sosok mengayomi rakyat yang diwakilinya. 

Namun, keinginan semacam itu hanya ada dalam mimpi (utopia). Dalam realitasnya, 
di republik ini sepak terjang wakil rakyat justru dianggap sebagai sebuah 
lembaga yang harus diwaspadai karena rawan korupsi dan kebobrokan moral 
elitenya. 

Karena itu, harus dirumuskan bagaimana agar kualitas DPR menjadi lebih baik. 
Dengan begitu, kekritisan mereka tidak mengalami impotensi dalam menghadapi 
kebijakan pemerintah yang sering merugikan rakyat.

Dody Firmansyah, mahasiswa FISIP, Unair ( email: Seledod_181@xxxxxxxxxxx )


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Pagi Kedelai, Sore Tempe