[nasional_list] [ppiindia] POLRI LEBIH BAIK MANDIRI

  • From: Rono Widagdo <ronowidagdo@xxxxxxxxx>
  • To: Sony Tan <sonytan@xxxxxxxxxxxxx>, wajaseta <wajaseta@xxxxxxxxxxxxxxx>, religionandbelief_conference@xxxxxxxxxxxxxxx, rimbawan-interaktif@xxxxxxxxxxxxxxx, Gus Rizal <gusrizalus@xxxxxxxxx>, "Rubby S.Lukito" <rbbns@xxxxxxxxx>, saidputra@xxxxxxxxxxx, sby_milis@xxxxxxxxxxxxxxx, serikat-kaum-terkutuk@xxxxxxxxxxxxxxx, Sony Tan <sonytan@xxxxxxxxxxxxxx>, nasional-list@xxxxxxxxxxxxxxx, tionghoa net <tionghoa-net@xxxxxxxxxxxxxxx>, Wahana News <wahana-news@xxxxxxxxxxxxxxx>, peace_on_earth_indonesia@xxxxxxxxxxxxxxx, ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx, istiqlal@xxxxxxxxxxxxxxx, Abia Kamba <abia_kamba@xxxxxxx>, kompas <kcm@xxxxxxxxxx>, Budhisatwati KUSNI <katingan@xxxxxxxxxxxxxxxx>, masyarakat-muslim@xxxxxxxxxxxxxxx, mediacenter@xxxxxxxxxxx, frans_hendarto <frans_hendarto@xxxxxxxxx>, fsi <forumsosialindonesia@xxxxxxxxxxxxxxx>, fullgospel_indonesia@xxxxxxxxxxxxxxx, fullgospelcenter@xxxxxxxxxxxxxxx, ijtihad@xxxxxxxxxxxxxxx, iman-yakin@xxxxxxxxxxxxxxx, GD Info <redaksi@xxxxxxxxxx>, islamliberal@xxxxxxxxxxxxxxx, ahlikeuangan-indonesia@xxxxxxxxxxxxxxx, akubaca <akubaca@xxxxxxxxxxxxxxx>, apakabar-owner@xxxxxxxxxxxxxxx, apakabar4all@xxxxxxxxxxxxxxx, apakabar@xxxxxxxxxxxxxxx, apksa@xxxxxxxxxxxxxxx, bethany_city@xxxxxxxxxxxxxxx, biblekomputer@xxxxxxxxxxxxxxx, budaya_tionghoa@xxxxxxxxxxxxxxx, bumimanusia <bumimanusia@xxxxxxxxxxxxxxx>, bursakomputer@xxxxxxxxxxxxxxx, CyberDakwah@xxxxxxxxxxxxxxx, daarut-tauhid@xxxxxxxxxxxxxxx, elite_usahawan@xxxxxxxxxxxxxxx, fordian@xxxxxxxxxxxxxxx
  • Date: Sun, 20 Feb 2005 18:31:18 -0800 (PST)

** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum **


050219 POLRI lebih baik mandiri.

 

Mr Yuwono Sudarsono ternyata belum menangkap aspirasi masyarakat. Atau karena 
terlalu lama di London (sebagai H.E. Ambassador)  hingga tidak merasakan 
kehidupan rakyat kebanyakan selama ini.  Bukankah POLRI, setelah mandiri, 
menjadi lebih aktip, lebih rajin patroli, lebih sejahtera ?  

 

Walaupun POLRI sekarang ini prestasinya (sebagaimana disiarkan TV) baru sebatas 
menangkap  kriminal kecil, pencurian ranmor dan sekelas itu, tetapi yang besar2 
juga sebetulnya mampu, hanya tergantung kebijaksanaan atasan dan payung 
politiknya. 

Seperti masalah BLBI kelihatan seperti adem ayem saja, mudah2-an rakyat lama -  
kelamaan akan lupa sendiri, SP3, SPL yang belum jelas, bukan karena POLRI tidak 
mampu, tetapi karena kurang dorongan moril saja, misalnya dari BI yang punya 
proyek dan pemilik formal duit itu ( pemilik sesungguhnya adalah rakyat),  
Kejaksaan Agung, lembaga Kepresidenan atau bahkan pers serta demo masyarakat 
dan mahasiswa beneran. 

 

Lebih celaka lagi kalau POLRI beranggapana seperti, (meminjam peri bahasa seni 
sastra-nya Anhar)  tidak ingin sok-sokan ?menjadi ustadz di kampung maling?. 
Apalagi bila tak ada dorongan atasan. Sebagai misal, penembakan ngawur oleh 
A.S. itu juga rupanya dikategorikan sebagai ?masalah besar?, rupanya ada 
pengklasifikasian seperti itu, artinya prosesnya tergantung kepada bagaimana 
kemungkinan akan ada ?pengarahan? atasan. Bahwa di POLRI, misalnya juga 
beberapa jendralnya tergiur rayuan si Adrian W. itu semua adalah bagian dari 
?kebudayaan bangsa saat ini? yang perlu kita benahi bersama ke depan.

 

Illegal logging jalan terus ?

 

Kalau Polri kembali digabung dengan angkatan lain, pasti Polri merasa terikat 
tangan, sudah pasti rumors miring beredar, rakyat menuduh bahwa  illegal loging 
tidak akan diusut lagi, dan  inikah tujuan terselubungnya ?  Upaya menjadikan 
bisnis  TNI yang tidak transparan dimasyarakat menjadi holding usaha yang 
resmi, dengan beradanya Polri di bawah Mabes TNI, maka buyarlah upaya dan 
harapan  mewujudkan good governance di bidang ini, karena tiada lagi ?alat? 
untuk memeriksanya.

 

Laporan MS Kaban, Bisnis Indonesia hal.7, 190205, Men Hut, bahwa illegal 
logging dibacking aparat itu suatu keberanian yang harus didukung rakyat 
seluruhnya. Bahkan dikatakan bahwa untuk mengirimkan pasukan penjaga ke lokasi 
illegal logging memerlukan ?biaya besar?. Dan tentu saja rawan pasukan penjaga 
itu nantinya bisa pulang dengan selamat, bahkan  tinggal nama, maklum jungle 
game journey sebagai TKP sulit mencari saksi apalagi bukti, sudah dimakan 
harimau.

 

Kalau TNI diam saja, bisa diartikan signalemen MS Kaban itu benar. Kalau tidak 
benar pastilah TNI berang dan melalui tangan siapa  ?menurunkannya? dari 
jabatannya sekarang sebagai MenHut yang ?kurang bisa bekerja sama?. Tentu saja 
prosedur penuntutan melalui PTUN sudah bukan lagi level-nya. Rakyat akan 
memonitor.

 

 

Membahayakan posisi Yudhoyono

 

Walaupun Yuwono secara kronologis tercatat sukses membina kembali dan dengan 
demikian sudah dalam wacana menlu USA Miss Condoleza Rice bahwa kerjasama 
militer akan dibuka kembali, tidak berarti pendapat Yuwono yang  lainnya bebas 
pemantauan oleh masyarakat. 

 

Dan kalau dirunut e mail saya di milis ini menjelang penyusunan kabinet pasca 
Pemilu 2004 saya juga ikut mengusulkan Yuwono kepada SBY sebagai MenHan. 
Walaupun tentu SBY menunjuk Yuwono sebagai MenHan bukan karena usulan saya, 
bahkan SBY tentu tidak sempat membaca e mail usulan saya, tetapi bukti bahwa 
saya menaruh harapan besar (percaya) kepada Yuwono. Tetapi sikap Yuwono ini, 
kali ini, membahayakan posisi SBY untuk 2009. 

 

Bukankah kasus Banjarnegara adalah sebuah kasus gunung es, cermin sikap 
sebagian warga tidak mendukung Presiden (ex) militer, dengan alasan utama 
karena warga POLRI takut POLRI tidak lagi mandiri ? Walaupun dibantah kanan 
kiri, tapi masyarakat tahu. Selama digabung dengan TNI, Polri tidak ada 
kesempatan maju. Kesempatan belajar di luar negeri saja untuk meningkatkan 
profesionalisme angkatan mudanya juga konon banyak yang tidak terrealisasi dan 
hilang kesempatan itu. Dan akhirnya kasus ini akan diangkat lagi menjadi materi 
kampanye Mega cs untuk 2009. Dan ini bukan masalah kecil.

 

Ciptakan rasa aman dulu, tidak usah berrencana perang.

 

Kita justru sangat  prihatin kondisi personil (sdm) Polri yang jauh dari 
professional,  yang berarti seharusnya malahan kita buka kesempatan lebih besar 
untuk tumbuhnya pembinaan POLRI. Ini perlu anggaran besar, yang kemungkinannya 
sulit bisa lolos kalau harus melalui Mabes TNI yang 3 angkatan lainnya juga 
menanti kucuran anggaran pembinaan personilnya. AURI betul perlu pesawat modern 
untuk menjaga keamanan udara Indonesia, ALRI betul perlu kapal cepat untuk 
memburu penyelundup, ADRI betul perlu modernisasi perlengkapannya untuk menjaga 
NKRI. Walaupun kita tidak ingin ada rencana menyerang negara lain. 

 

Contoh kasus, Singapore yang alot soal ekstradisi sejak berdirinya negara itu 
1965, bukan untuk dihadapi secara militer, cukup dengan diplomasi. Apalagi PM 
Singapore sudah menjanjikannya dan keberatan dengan megaphone diplomacy. 

Semoga PM Singapore yang sangat terpelajar dan berkebudayaan tinggi ini bisa 
mengarahkan kekuatan tradisional yang semata-mata mementingkan kepentingan 
etnis semata, sebagaimana dilakukan negeri itu selama ini.

 

Dalam menghadapi Singapore ini, untunglah angkatan perang kita sedang tidak 
kuat, kalau lagi kuat mungkin (dengan dorongan setan) kita tidak usah 
berdiplomasi berbelit-belit, setan akan membisikkan ?cukup lemparkan satu dua 
rudal ke Orchard Road?,  persoalan akan selesai. Sungguh primordial !

Sekarang di bidang sepakbola aja kita kalah. Kita harus mawas diri dan sabar !

 

Kembali ke pokok masalah, walaupun saya tidak setuju dengan ungkapan sinis 
bahwa  tidak ada tugas militer di masa damai,  tetapi bahwa saat ini rakyat 
lebih memerlukan peran polisi ketimbang tentara di masa damai itu,  lebih 
merupakan kenyataan. 

Karenanya POLRI lebih mendesak untuk meningkatkan profesionalismenya dalam 
memberikan rasa aman bagi rakyat, bagi pengamanan investasi modal untuk 
pembangunan, untuk membina kader professional yang cerdas, jangan kalah kibul 
sama pelaku penyelundupan phisik di perbatasan, pelabuhan, bandara atau 
penyelundupan administrasi di perbankan, bea cukai, perpajakan dsb.. Ini perlu 
anggaran yang besar.

 

Apalagi sekarang sudah gak jaman lagi perang antar negara, khususnya Indonesia, 
yang sekarang ini gak punya ?musuh?. Cukup beraliansi dengan Asean, dan negara 
tetangga lainnya serta PBB. 

Toh kalau kita diserang sama (let say) Amerika soal Abu Bakar Ba?asir misalnya, 
sekuat apapun kita memodernisir TNI, daya tahan kita akan tidak lebih besar 
dari Sadam Husein. Sorry. Solidaritas internasional pada negara yang diserang 
terbukti sangat tinggi, seperti halnya kasus perang teluk, walaupun sebagai 
bangsa tentu tidak boleh terus2-an bergantung kepada bantuan luar negri. 

 

Ibarat Keris.

 

Untuk menghadapi ?musuh? imaginer yang dimungkinkan dalam teori dan konsep 
modernisasi TNI, dan ini memang perlu, adalah seperti halnya tiap keluarga 
priayi Jawa yang harus mempunyai keris, tetapi keris itu tidak pernah dipakai 
untuk membunuh orang lain, hanya dielus-elus, dikagumi keindahannya, dimengerti 
makna filosofi dan perlambangnya, dimenyanin, diasapin, dimandiin setahun 
sekali. 

Maksudnya anggaran pembangunannya mesti diatur tersendiri, yaitu kala kita 
secara keuangan sudah mampu dan dipisahkan tersendiri. Dan yang penting lagi 
bahkan jangan disatu tangankan pada satu tangan  pengatur dengan anggaran 
professionalisasi Polri. 

 

 

DPR perlu mewaspadai masalah ini

 

Tentunya Mr Yuwono akan rumuskan vision itu ke dalam RUU yang harus dibahas 
DPR. Pandangan dan cita2 serta harapan  jauh ke depan bagi negeri ini ialah 
suasana yang nyaman, aman damai sejahtera dan tidak berperang. Semua kota hidup 
24 jam setiap harinya, dan penduduk tidak takut di garong, siang atau malam. 

 

Kekuatan TNI mestinya mengutamakan ketrampilan personil dan kecanggihan 
peralatan bila sewaktu-waktu diserang ?musuh?. Tetapi karena ?musuh? itu 
imaginer tentunya tidaklah mendesak berprioritas tinggi harus dikerjakan 
sekarang. Lebih mendesak adalah keamanan rakyat, ketertiban kehidupan dalam 
lindungan hukum, dan itu wilayahnya polisi. 

 

Rasa-rasanya bahkan memajukan kesejahteraan rakyat lebih mendesak daripada 
meningkatkan angkatan perang secara tidak efisien seperti di jaman Habibie,  
beli kapal bekas dari Jerman yang tidak terpakai dan Megawati beli Sukhoi yang 
bermasalah dan juga tak terpakai. Perawatannya saja anggaran  kita belum mampu. 
Untuk menyerang siapa ?  Bukankah itu sebuah kesia-sian dan itukah yang akan 
terulang di jaman SBY ?  Dan malahan,  sengaja atau tidak,  dapat membuka 
kecurigaan publik bahwa ini adalah  hanya cara menciptakan kesempatan korupsi.

 

Walaupun tidak sedikit muatan politiknya, mungkin sengaja untuk memperhalus 
pernyataan, pendapat dan argumentasi anggauta DPR yang menentang penggabungan 
itu (Bisnis Indonesia tgl 19 Feb 05, hal 8) perlu diperhatikan.

 

Memberikan kesempatan  POLRI berkelit

 

Satu lagi, bila POLRI di bawah siapa / lembaga lainnya apapun, maka itu sama 
dengan memberikan peluang kepada POLRI untuk berkelit, bahwa ?belum ada arahan 
dari atasan?,  bila menghadapi masalah besar. 

 

Sebagai contoh, kasus penembakan oleh AS, Presiden SBY sudah menegaskan supaya 
penanganan jalan terus dan transparan, maka apapun kemajuan penyidikannya 
adalah sepenuhnya tanggung jawab POLRI. 

 

Bahwa analisa lab-nya menunjukkan gejala tertentu atas darah dan sidik jari 
dsb., biarlah rakyat yang menilai sejauh apa integritas POLRI, dan itu 
sepenuhnya tanggung jawab POLRI, tidak bisa misalnya tersebar rumors ?masih 
dalam pertimbangan? atasannya POLRI, sebagai cara mengalihkan perhatian 
masyarakat agar melupakannya.

 

 

Cemburu kepada POLRI

 

Bukan menuduh kekanak-kanakan, tetapi kalaupun ada yang gak ikhlas Polri 
langsung di bawah Presiden, tetapi sesungguhnya MenKoPolHukam secara lintas 
instansi , khusus untuk operasionalnya saja, semata untuk keterpaduan operasi 
keamanan tingkat nasional, dan bukan koordinasi anggaran, tentu saja dapat 
meminta POLRI duduk bersama menciptakan keterpaduan kebijakan operasional 
keamanan nasional, baik untuk menangkal terorisme atau ?musuh? lainnya.

 

Bukan POLRI secara organisatoris di bawah Panglima TNI dan strateginya jangan 
diatur oleh Mabes TNI tetapi dikoordinasi oleh MenkoPolHukam dalam rangka  
kinerja lintas departemen,(yang juga  dalam operasi seperti ini akan melibatkan 
bersama DepDalam Negeri dan Dep Luar Negri ) dan bukan membawahinya secara 
organik. 

TNI dan POLRI jelas beda misi dan sasarannya. 

 

Jelas bahwa bagi  TNI sendiri, walaupun sedang prihatin anggaran perlengkapan 
persenjataan kurang sekarang ini, tapi tetap juga perlu dikembangkan paling 
tidak untuk keperluan keutuhan wilayah NKRI, walaupun,  kalaupun perundingan 
dengan GAM dan GPM berhasil selesai sekalipun tidak lagi satu pelurupun 
diperlukan. 

 

Kalau hanya untuk itu hasil produksi Pindad tentu akan mencukupi kebutuhan 
primer. Tentu saja kemampuan produksi Pindad harus ditingkatkan, jangan kalah 
sama amatiran dari Temanggung, yang ternyata produsen pen-supply pasar gelap 
senjata di tanah air.

Paling tidak untuk sementara bersabar dulu, selagi anggaran negara kita masih 
kembang kempis, yang menurut Dr.Sri Mulyani, MenBapenas, baru 2008 insya?al?Lah 
 kita akan bebas dari defisit APBN. 

 

Setelah itulah modernisasi TNI boleh mulai dilakukan bertahap bukan untuk 
prospek menyerang negara lain, tapi seperti untuk bela tanah air dan untuk 
kebanggaan semata, seperti priayi Jawa menyelipkan kerisnya yang bersarung emas 
dan bertatahkan berlian di pinggangnya yang tambun, saat menghadiri resepsi 
pernikahan di sebuah puri agung.

 

So, Mr Yuwono, please think twice. Thanks.


                
---------------------------------
Do you Yahoo!?
 Yahoo! Search presents - Jib Jab's 'Second Term'

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] POLRI LEBIH BAIK MANDIRI