[nasional_list] [ppiindia] PENGALAMAN DARI PEDALAMAN BANTEN

  • From: "Budhisatwati KUSNI" <katingan@xxxxxxxxxxxxxxxx>
  • To: "kmnu2000" <kmnu2000@xxxxxxxxxxxxxxx>, <wanita-muslimah@xxxxxxxxxxxxxxx>, "ppiindia" <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx>
  • Date: Thu, 24 Feb 2005 15:26:51 +0100

** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum **

QUO VADIS, SASTRA SEKOLAH BANTEN!
Oleh Gola Gong*

Saya tidak tahu siapa yang mengatakan bahwa para novelis membaca novel-novel
karya orang lain hanya untuk membayangkan bagaimana mereka menulis. Namun,
saya yakin perkataan ini benar. Kita tidak perlu kecewa dengan
rahasia-rahasia yang ada di balik permukaan buku: kita harus membalik-balik
buku untuk menemukan lapisan rahasia itu. Dalam satu cara yang tidak mungkin
dijelaskan, kita mengurai buku menjadi bagian-bagian penting dan kemudian
menyatukannya kembali setelah kita memahami misteri-misteri kerumitan
personal di dalamnya.
(Gabriel Garcia Marquez)

***

Suatu siang, 9 Pebruari 2005, saya diundang oleh "Saung Paguyuban Mancak".
Bertempat di depan SMAN 1 Mancak, di sebuah saung panggung terbuat dari
bambu dan beratapkan rumbia. Saung itu berada di lahan seluas seribuan meter
persegi, menghadap persawahan dan dikelilingi perbukitan hijau yang
menghadap pantai Anyer. Peserta diskusi kebanyakan para pemuda dan pemudi
kampung Mancak, yang merasa masih dipandang sebelah mata oleh "pusat", warga
Serang, sebagai ibukota provinsi Banten. Mereka rata-rata mahasiswa
perguruan tinggi negeri favorit di Bandung, Bogor, dan Jakarta. Saya cukup
tercengang menyadari itu.

Sekedar gambaran, jika kalian ke pantai Anyer, selepas kota Cilegon akan
melihat di sisi kanan (utara) kawasan pabrik dan di sisi kiri (selatan)
perbukitan. Nah, di perbukitan itulah kecamatan Mancak berada. Saat saya
kecil, sekitar 1970-an, saya sering ke Mancak bersama Bapak, mengunjungi
muridnya jika sedang musim duren. Hanya bisa dengan sepeda motor, karena
angkutan kota belum ada. Jalannya pun masih tanah dan berkelok-kelok.

Saat saya lulus SMA tahun 1982, hanya bisa dihitung dengan jari yang bisa
lolos ke perguruan tinggi negri sekelas UNPAD atau ITB. Dan itu hanya bisa
dilakukan oleh para siswa dari SMAN 1 Serang seperti saya, yang lolos di
sastra UNPAD. Tapi sekarang, para siswa lulusan SMAN 1 Mancak, yang
lokasinya jauh di pelosok kampung, bisa menembus UNPAD, ITB, dan IPB! Dan
pertanyaan langsung muncul di benak saya, "Apakah mereka juga membaca
sastra?"

Kegelisahan saya mendapatkan jawaban memuaskan dari seorang guru bahasa dan
sastra Indonesia SMAN 1 Mancak.  Rata-rata mereka mengenal novel-novel
sastra mutakhir. Ayu Utami, Dee, Jenar, Seno Gumira, Ahmadun, dan para
penulis islami dari Forum Lingkar Pena. "Saya mengenalkan mereka pada sastra
mutakhir. Bahkan kadang saya membawa para siswa belajar sastra di luar
kelas. Kebetulan di depan sekolah kami ada persawahan dan sungai."

Saya sangat terkesan dengan penjelasan sang guru.

Tapi nanti dulu!

"Sayangnya, kurikulum berbasis kompetensi yang saya terapkan, tidak sejalan
dengan para pejabat dindik pusat. Soal-soal yang keluar saat ulangan
semester atau UAN, masih saja merujuk ke novel-novel pujangga lama dan baru.
Atau jauh kebelakang lagi. Saya suka bingung dan jadi serba salah!" kata
sang guru, yang jebolan UPI Bandung. "Kasihan jadinya anak-anak."

***

Di Rumah Dunia beberapa kali pernah digunakan sebagai kelas jauh
pembelajaran sastra. Biasanya pada hari  Sabtu atau Mingu dimana saya ada.
Sebelum kelas jauh berlangsung, pihak guru menghubungi Rumah Dunia, apakah
saya bisa menerima mereka. Why not?

Dengan menggunakan beberapa mobil angkutan, sekitar 45 pelajar berkunjung ke
Rumah Dunia. Mereka membawa bekal makan siang. Suasana santai hinggap di
wajah mereka. Novel-novel sastra serius dan populer yang terpajang di rak
buku, mereka serbu. Di bawah pohon Arem, duduk lesehan di lantai, serta
tidur-tiduran di panggung sambil membaca novel. Sangat menyenangkan melihat
wajah-wajah yang bahagia saat membaca novel. Andai saja di sekolah pun
mereka mendapatkan hal sama seperti di Rumah Dunia.

Di koran komunitas  "Rumah Dunia" edisi Pebruari 2005 menurunkan laporan
utama "Selamat Tidur Sastra Sekolah". Disana disinggung kualitas guru,
kurikulum, dan perpustakaan menjadi keluhan jika berbicara tentang
pembelajaran sastra. Guru yang diharapkan menjadi panutan, seringkali
berbuat lain dari apa yang dikatakan. Penerapan Kurikulum yang bombastis dan
penganaktirian sastra sebagai sisipan pelajaran Bahasa Indonesia, juga
menjadi masalah utama.

Di laporan utama itu juga masih ditulis, bukankah saat ini pelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia sudah mengarah pada Kurikulum Berbasis Kompetensi?
Kurikulum yang menggawangi guru untuk memberikan bahan pelajaran kepada anak
didik, sesuai basis yang dimiliki. Artinya, kurikulum yang memberikan
kebebasan kepada guru atau murid untuk memberikan materi dan mempelajari
sesuatu sesuai dengan kemampuan. Dengan demikian, guru dituntut untuk lebih
kreatif dan siswapun (seharusnya) tak mustahil menjadi aktif.

Tapi pada kenyataannya, salah seorang guru yang ditemui wartawan koran
komunitas Rumah Dunia, tak bisa memungkiri, kalau pembelajaran sastra
disekolahnya jauh dari tujuan yang disebutkan diatas. Malah justru yang
'membunuh' kreatifitas, lagi-lagi disebabkan kurikulum yang
mendiskriminasikan sastra sebagai materi sisipan dalam pelajaran Tata
Bahasa. Jadi secara tidak langsung, bisa dipastikan kalau KBK yang
diterapkan pemerintah hanya slogan atau lebih tepat bila dikatakan bohong.
***
Saya mencoba berangan-angan, bahwa jadi guru bahasa dan sastra Indonesia
dengan otoritas KBK sangatlah menyenangkan. Pertama-tama yang akan saya
lakukan adalah, saya tidak akan jadi guru yang otoriter, yang disebut Paulo
Frier, doktor Sejarah dan Filsafat di Universitas Receife, "Guru bercerita,
murid mendengarkan; guru mendiktekan, murid mencatat; guru menentukan
peraturan, murid diatur." Saya akan mengadopsi apa yang pernah saya lihat di
SMA Al-Muthahari, Bandung dengan metode diskusi. Guru aktif berbicara, murid
juga dipersilahkan bebas menginterupsi jika punya pandangan yang berbeda.
Bahkan di Rumah Dunia lewbih bebas lagi. Hal yang pada zaman mutakhir ini
sering disebut  sebagai metode "accelerated learning"; yaitu cara belajar
yang alamiah, yang akarnya telah tertanam sejak jaman kuno; begitu Dave
Meier mengawali bab pertama buku The Accelerated Learning Handbook.
Ingat film bioskop "Dead Poets Society"? Di sana digambarkan, bagaimana
seorang guru bernama Keating, mengajak para siswanya berpikir dengan cara
berbeda. Apakah untuk sekedar berbeda saja? Tidak. Tetapi bebeda dalam arti
positif, berbeda untuk sesuatu yang lebih baik, bebeda agar tidak tergerus
oleh kerasnya zaman untuk kemudian mati begitu saja. Pak guru Keating
mengarahkan murud-muridnya untuk tidak memandang segala hal dari wujud
fisiknya saja, ttapi lebih pada sesuatu yang dalam dan inti: kemanusiaan.
Nah, saya ingin sekali para siswa saya kelak bisa berpikiran maju, tidak
hanya jadi robot-robot pegnhapal teori. Saya akan mengatur strategi dengan
langkah-lankah:
1) Membuat silabus materi pelajaran bahasa dan sastra perbulan, yang
meliputi tata bahasa, jurnalistik dan sastra. Kenapa saya memasukkan
jurnalistik? Karena jurnalistik juga menggunakan media bahasa. Dan bukankah
metode jurnalistik dengan unsur berita 5W + 1H sangat ampuh diterapkan untuk
pembelajaran sastra? Bagi saya, sastra adalah membaca buku (novel) dan
membuat buku (pengarang). Di bulan pertama, saya akan mengajarkan tentang
tata bahasa dan majas (gaya bahasa). Bulan kedua, saya akan memperkenalkan
teori-teori dasar jurnalistik, terutama tentang unsur berita (5W + 1H  ) dan
nilai berita (CHOPPT ). Di bulan ketiga, saya akan menyuruh setiap siswa
membaca novel (sastra serius atau populer) seminggu 1 buku. Setelah itu
menerapkan teori jurnalistik itu ke dalam pelajaran mengarang. Aplikatif
dari teori itu perlu.  Kata Ibnu, kuncen Rumah Dunia, dalam "Andai Saya Guru
Bahasa dan Sastra Indonesia" di majalah Matabaca menulis, "Teori itu jangan
hanya mengawa-awang di langit, tapi harus membumi."
2) Jumpa penulis sangat perlu. Setiap semester, saya akan mengundang penulis
profesional ke sekolah saya. Ini mudah. Tinggal menghubungi penerbit saja.
Tentang siapa penulis yang  akan didatangkan, saya tidak akan egois. Saya
akan bertanya pada para siswa saja. Setelah ditentukan, saya akan meminta
mereka iuran seorang Rp. 1000,- untuk honor si penulis. Dengan acara ini,
saya yakin para siswa saya akan bisa merasakan proses kreatif si pengarang,
spiritnya, suka-dukanya. Apa yang ditulis Gabriel Garcia Marquez ada di
sini. Para siswa saya kelak, bisa membuka tabir misteri dari halaman demi
halaman setiap buku, ketika bertemu dengan penulisnya.
3) Saya akan berkoordinasi dengan pustakawan yang menjaga perpustakaan
sekolah. Saya akan meminta dia untuk tidak melarang para siswa membaca buku
sambil tertawa-tawa. Bahkan yang mojok pacaran juga tidak apa-apa. Tentu
saya akan menyuruh semua siswa untuk menyumbangkan buku non fiksi dan novel
sastra populer atau sastra serius ke perpustakaan sekolah setahun 1 buku
saja. Berarti dalam 3 tahun sekolah, setiap siswa menyumbangkan 3 buku.
Silahkan dihitung saja. Dalam 1 tahun, koleksi buku perpustakaan sekolah
akan bertambah sebanyak 3 kali jumlah siswa sekolah. Bisa ribuan buku!
4) Setiap bulan saya akan mengadakan lomba meresensi novel apa saja dengan
hadiah voucher hand phone atau fast food. Caranya gampang saja. Saya akan
meminta outlet-outlet handphone di kota saya untuk jadi sponsor. Atau saya
akan menyebar proposal ke para angota dewan terhormat, agar mau menyumbang
Rp.10.000,- saja perbulannya. Hitung-hitung zakat, infak, dan sedekah-lah.
Jika ada 45 anggota dewan, berarti sudah terkumpul Rp.450.000,- Uang itu
bisa digunakan untuk hdiah lomba.  Lomba lainnya, menobatkan "Raja dan Ratu
Perpustakaan Sekolah Bulan Ini". Hadiahnya, disesuaikan dengan situasi
keuangan saja.

***

Nah, berani mencoba?
Saya yakin, jika pembelajaran bahasa dan sastra dibuat sebaik dan sesantai
mungkin, para siswa juga akan dengan santai meyerapnya. Jangan ada lagi
korban seperti saya, yang belajar bahasa dan sastra sepanjang hidup saya
sekolah: SD, SMP, SMA, bahkan di Unpad, tapi tidak mendapatkan apa-apa.
Bahkan saya memutuskan keluar dari Unpad, karena saya merasa tidak
mendapatkan sesuatu yang mengajarkan saya untuk bisa jadi pengarang. Hal
yang kemudian disadari oleh kawan-kawan saya, yang  sekarang jadi dosen di
Unpad. Mereka kini sedang berpikir keras, bahwa harus ada 1 mata kuliah yang
pengajarnya adalah praktisi. Jika mata kuliah mengarang, dosennya adalah
dosen tamu: pengarang!
***

*) Gola Gong adalah novelis, dan pengelola Rumah Dunia. Dibacakan di
Festival Seni Tangerang, Pemkot Tangerang, 26 Pebruari 2005.




 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] PENGALAMAN DARI PEDALAMAN BANTEN