[nasional_list] [ppiindia] Negara Apa Negara-negaraan?

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Mon, 23 Jan 2006 23:39:05 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **REPUBLIKA
Senin, 23 Januari 2006




Negara Apa Negara-negaraan? 




Pada acara syukuran empat tahun Yayasan Jati Diri Bangsa Kamis lalu di Jakarta, 
mantan Gubernur DKI Jakarta Surjadi Soedirdja mengatakan, keterpurukan bangsa 
ini hanya bisa diatasi dengan keseriusan untuk berubah ke arah lebih baik. 
Tanpa komitmen yang serius, katanya, maka bangsa ini akan tetap lumpuh seperti 
sekarang.

Bila dibaca sekilas rasanya tak ada yang istimewa dalam ucapan Pak Surjadi 
sehingga tak perlu ditanggapi. Karena sudah jelas, melawak pun bila tidak 
dilakukan dengan serius pasti tidak akan membuat orang tertawa. Apalagi usaha 
membangkitkan kembali semangat bangsa yang sudah lama memble ini. Tetapi ketika 
kita menarik nalar yang terbalik, maka ucapan Pak Surjadi tadi jadi terasa 
maknanya. Atau bila kita bertanya, mengapa sampai sekarang bangsa belum juga 
bangkit dari keterpurukan? Menurut logika Pak Surjadi, karena kita tidak serius 
dalam upaya berubah ke arah lebih baik. Mengapa tidak serius? 

Pertanyaan ini menuntut jawaban yang panjang. Dan sebelum menemukan jawaban itu 
ada baiknya kita melantur sejenak. Dulu pada akhir masa orde baru blantika 
musik pop Indonesia sempat dikejutkan oleh munculnya sebuah lagu konyol yang 
sangat cepat melejit. Lagu tersebut bertajuk Judul-judulan. Salah satu baris 
liriknya berbunyi. "Neng ayo neng, kita main pacar-pacaran. Daripada pacar 
beneran, pikiran pusing tidak karuan. Punya anak, namanya anak-anakan..."

Entah mengapa lagu yang segar dan sangat populer di kalangan masyarakat bawah 
ini tidak berumur panjang. Dengan alasan yang kurang jelas (konon katanya, 
kurang sesuai dengan kepribadian bangsa) Menteri Penerangan Harmoko 
memberangusnya. Namun di kalangan oposan beredar rumor, lagu Judul-judulan 
diberangus karena menyindir pemerintah meskipun dengan cara halus dan konyol. 
Lirik lagu tersebut dianggap punya semangat mendekontruksi realitas sosial 
menjadi sekedar main-mainan belaka. 

Misalnya, yang kita punya sesungguhnya bukan anak melainkan cuma anak-anakan. 
Yang kita punya sesungguhnya bukan sekolah melainkan cuma sekolah-sekolahan. 
Yang kita punya sesungguhnya bukan DPR melainkan cuma DPR-DPR-an. Kita tidak 
punya hakim tetapi hakim-hakiman. Dan seterusnya, dan seterusnya. Demikian 
semangat dekonstruksi yang terbersit dari lagu Judul-judulan yang kini hanya 
tinggal jadi kenangan itu. Maka bisa dimengerti bila menteri penerangan di 
zaman orde baru segera memberangusnya.

Kembali ke pertanyaan, mengapa bangsa ini tampaknya belum juga serius dalam 
upaya bangkit dari kelumpuhan? Saya kira orang seperti Presiden SBY, Kapolri 
Sutanto, Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh serta sedikit orang di bawah mereka 
adalah orang-orang yang serius dalam memerantas korupsi sebagai upaya 
mengeluarkan bangsa ini dari kelumpuhan. Sayangnya mereka harus menghadapi 
sistem dan kultur lama yang terlanjur sangat bobrok, yang sudah berurat berakar 
sampai ke lapisan masyarakat paling bawah. Korupsi misalnya, yang diakui 
menjadi penyebab utama bobroknya bangsa ini, tidak lagi hanya dilakukan oleh 
pejabat atau pengusaha, tetapi juga dilakukan oleh orang biasa.

Melihat kenyataan ini, kalau kita mau serius bangkit, maka diperlukan tindakan 
berani yang bisa menjadi bukti bahwa kita memang bersungguh-sungguh. Sudah 
banyak orang mengusulkan agar kita meniru Cina dalam memberantas korupsi. 
Sebuah terapi kejut berupa hukuman mati mungkin satu-satunya cara untuk 
menunjukkan bahwa kita serius dalam memberantas korupsi. Atau kita akan terus 
bermain-main seperti dalam lagu Judul-judulan? Artinya kita sudah puas dengan 
hakim-hakiman, polisi-polisian, jaksa-jaksaan, politikus-politikusan? Dan 
sesungguhnya kita tidak punya negara kecuali Cuma negara-negaraan? Ah, kok 
pahit amat!


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Negara Apa Negara-negaraan?