[nasional_list] [ppiindia] Mitos "Rambo" Korupsi

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Thu, 5 Jan 2006 23:21:18 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.kompas.com/kompas-cetak/0601/06/opini/2341053.htm

 
Mitos "Rambo" Korupsi 


Tulus Sudarto

Bahwa kisah heroik si peniup peluit (whistle blower) berakhir di penjara, fakta 
ini memeras energi diskursif yang tidak sembarangan. Di satu pihak, capaian 
prestasi dalam pemberantasan korupsi tidaklah buruk. Namun, sejimpit end- ing 
kontras seolah membuldoser optimisme tersebut.

Khairiansyah, Endin, dan Probosutedjo menunjukkan keberanian yang dibutuhkan 
dalam membongkar labirin megakorupsi (Kompas, 30/11). Mereka menjadi kurban di 
atas altar kolektif bernama banalitas korupsi.

Sementara mereka di bui, kita ribut menciptakan kadar apresiasi terhadap 
kontribusi mereka. Kita bingung. Hendak kita sebut apakah mereka itu: pemenang 
atau pecundang? Pahlawan atau pengkhianat? Seorang santo atau Yudas Iskariot?

Di sinilah paradoksnya. Kita mabuk pahlawan. Persoalan ini lebih bersifat 
epistemologis daripada praktis. Ada kesesatan elementer di dalam cara kita 
mengetahui nilai kebenaran dari banalitas korupsi.

Ideologi mayoritas?

Secara kategoris, tingkat keparahan korupsi dapat disejajarkan sebagai 
primadosa (mysterium iniquitatis). Katakankah kejahatan yang sempurna (perfect 
crime).

Banalisasi korupsi terwujud dalam lompatan lintasan makna (trajectory) sebagai 
tindakan tidak-normatif menuju standar pergaulan sosial bermotif ekonomi. Salah 
satu penyokong banalitas adalah mayoritas.

Dalam cara tutur David Hume (1711-1776), kekuatan mayoritas mampu mengubah apa 
yang deskriptif menjadi normatif. Aristoteles menyebutnya sebagai kecenderungan 
penyesatan oleh mayoritas (mob rule).

Fakta bahwa sekian banyak orang melakukan korupsi, pada gilirannya mampu 
menjadi justifikasi tindakan serupa oleh kelompok lebih luas. Korupsi telah 
menjadi kesadaran praktis-harian (practical consciousness). 
Kuantifikasionalitas bersifat konstitutif terhadap normativitas.

Moralitas korupsi dibangun dalam suatu mayoritas diam. Dalam terminologi 
religius, mandulnya mayoritas menunjuk pada dosa bungkam. Secara filosofis, 
sikap diam tergolong sebagai tindak kejahatan dengan pembiaran (crime by 
omission). Rasa berontak (indignation) terhadap fakta kontra-normatif runtuh.

Banalitas korupsi telah menjadi awan ketidaktahuan (the cloud of unknowing). 
Ketika ada orang yang memberi alternatif jalan keluar, justru kita mencibir. 
Sedikitnya kita kikir dalam memberi apresiasi yang dibutuhkan.

Imaji infantil

Epistemologi korupsi mengacu pada iklim patronase. Atas bentukan feodalisme, 
pemimpin mengemban suatu fungsi normatif. Secara genealogis, kultur patron 
identik dengan selebritisisme ideologis. Bourdieu (1988) menyebut patron 
memiliki modal simbolik (symbolic capital), sama dengan seorang trendsetter.

Dampak patronase terfokus pada moralitas asal-numpang. Mayoritas menjadi 
penumpang anonim yang emoh membayar untuk setiap keputusan sang sopir. Ketika 
sopir bagus menjalankan tugas, penumpang masih gerundelan. Sebaliknya, setitik 
kesalahan sudah cukup untuk mengudeta sopir.

Sementara tidaklah mudah mengusahakan suatu pendekatan legal seperti 
diungkapkan Indriyanto Seno Adji (Kompas, 9/12).

Gagasan tentang protection of cooperating persons dapat menjadi opsi brilian 
dalam perlindungan hukum. Para peniup peluit diangkat sebagai saksi mahkota 
(kroongetuige) karena membongkar kasus kejahatan terorganisasi. Proses 
ajudikasi yang dijalani seharusnya juga memberikan migrating punishment.

Sayang, ini hanya mitos. Di negara kita, belum ada kepastian hukum seperti 
disinyalir Haryatmoko (Kompas, 9/12). Jadilah!

Kita mabuk menciptakan mitos pahlawan antikorupsi. Mitos tersebut membeku dan 
menjadi apa yang disebut Habermas sebagai tandon ideologis. Kita menanamkan 
kuat-kuat seseorang yang muncul sebagai juru selamat dari cengkeraman korupsi. 
Figur tersebut harus suci, bersih, dan super-power.

Ini identik dengan ramboisasi. Kepahlawanan seorang rambo korupsi melulu 
konsumsi estetik-imajiner. Mengharap tokoh antikorupsi benar-benar bersih 
tidaklah realistis.

Tidak mungkin ada santo dalam bidang korupsi. Mitos kepahlawanan rambo melulu 
imaji infantil. Dan kita mengalami kesulitan epistemologis ketika sapu yang 
kita pakai untuk membersihkan halaman pun ternyata kecipratan kotoran.

Kita berduyun-duyun memproduksi paket standar ideal perihal kepahlawanan 
korupsi tanpa kita sendiri mau bersentuhan dengan lumpur dosa korupsi.

Atau, jangan-jangan kita memang perlu menahbiskan santo Yudas itu sendiri, yang 
dengan tindakan kepengkhianatannya justru menyebabkan banyak orang 
terselamatkan.

Kalau perlu, mengapa tidak?

Tulus Sudarto Rohaniwan, Mahasiswa Magister Teologi Universitas Sanata Dharma, 
Yogyakarta


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Clean water saves lives.  Help make water safe for our children.
http://us.click.yahoo.com/CHhStB/VREMAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Mitos "Rambo" Korupsi