[nasional_list] [ppiindia] Mereka Bertahan Demi Mengisi Perut Keluarga

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Mon, 11 Sep 2006 00:12:14 +0200

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **REFLEKSI: Kalau di dekat pusat 
kekuasaan negara, di ibukota negara tempat tumpukan kekayaan, mereka hidup dari 
sampah. Apakah arti kemerdekaan negara buat mereka?  Kalau di dekat pusat 
kekuasaan negara mereka diabaikan dan dilupakan, bagaimana dengan rakyat-rakyat 
di daerah yang jauh di mata dari kekuasaan negara?


KOMPAS
Senin, 11 September 2006 

 
Pemulung Sampah
Mereka Bertahan Demi Mengisi Perut Keluarga 


Cokorda Yudistira

BELASAN pemulung tampak tak peduli teriknya matahari yang memanggang bukit 
sampah di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang hari Sabtu (9/9). Mereka 
mengais-ngais sampah tanpa merasa jijik. 

Tangan mereka dengan lincah memainkan gancu untuk mengais, mengorek, dan 
mengangkat barang-barang dari tumpukan sampah yang berbau menyengat hidung. 

Ketika jari-jari besi alat backhoe terangkat dari timbunan sampah, para 
pemulung itu dengan cekatan memilih sampah-sampah yang bagi mereka bernilai 
jual. 

Para pemulung ini tak ambil pusing kesehatan mereka terganggu akibat terlalu 
sering menghirup bau busuk yang menyengat itu. Mereka juga seakan-akan terbiasa 
dikerumuni lalat. 

Sepertinya mereka tidak punya rasa takut sewaktu-waktu kaki mereka amblas di 
lautan sampah atau tiba-tiba tumpukan sampah itu longsor dan menyeret mereka ke 
bawah. "Sudah biasa, Mas," ujar salah seorang pemulung dengan nada ringan 
sambil tetap mengayunkan gancunya di sampah yang menggunung di TPA Bantar 
Gebang. 

TPA Bantar Gebang merupakan titik akhir perjalanan ribuan ton sampah, yang 
dihasilkan warga DKI Jakarta setiap harinya. Di kawasan seluas lebih dari 100 
hektar ini, menjulang bukit-bukit sampah yang tingginya hampir dua kali lipat 
tinggi tiang listrik yang berdiri tegak di sekitar bukit sampah itu. 

Jutaan meter kubik sampah sudah ditimbun di TPA Bantar Gebang sejak kawasan ini 
resmi dijadikan tempat pembuangan akhir sampah DKI Jakarta mulai tahun 1989. 

Menjanjikan 

Jatuhnya tiga korban meninggal akibat longsornya ribuan ton sampah di zona III 
A TPA Bantar Gebang pada Jumat lalu ternyata tidak membuat tempat pembuangan 
sampah ini langsung sepi dari kehadiran para pemulung. Bahkan, hanya berselang 
beberapa jam setelah bencana itu terjadi, puncak zona III A ini sudah kembali 
didatangi belasan pemulung. 

Para pemulung itu seolah-olah berlomba mengumpulkan sampah di lereng bukit 
sampah yang tidak begitu landai. Sementara di atas dan di samping mereka, 
jari-jari besi backhoe sedang berseliweran memindahkan timbunan sampah. Tanpa 
mengenakan penutup hidung, mereka mampu memulung berjam-jam di bukit sampah 
itu. 

Seperti halnya Rasnoto. Lelaki asal Indramayu, Jawa Barat ini mengaku memulung 
di TPA Bantar Gebang setelah pekerjaannya sebagai petani di kampungnya tidak 
memberikan hasil yang memadai. Meski demikian, Rasnoto mengaku masih sering 
pulang kampung untuk kembali mencangkul. 

"Saya memilih menjadi pemulung karena (memulung) ini pekerjaan yang bebas. Kami 
tidak ada yang mengatur harus kerja mulai jam berapa, berapa jam, dapatnya 
berapa banyak. Kalau capek, tinggal berhenti dan istirahat. Kalau sudah segar, 
kerja lagi," ujar Rasnoto yang tinggal satu rumah bersama Sonip, salah seorang 
pemulung yang tewas terseret dan tertimbun longsoran sampah. 

Pernyataan nyaris sama muncul dari sejumlah pemulung lainnya. Jawaban lainnya 
yang juga sering diungkapkan lebih bernada putus asa. "Mau kerja apa lagi? Yang 
penting (memulung) ini kerja halal," kata Mada, seorang pemulung lainnya. 

TPA Bantar Gebang seolah menjadi tanah harapan bagi sedikitnya 6.000 pemulung 
yang berasal dari berbagai wilayah, terutama di Jawa Barat, bahkan ada yang 
datang dari Sumatera Utara. 

Timbunan jutaan ton sampah di TPA Bantar Gebang memberikan peluang bagi para 
pemulung untuk dapat mengasapi dapur keluarganya. "Mereka (pemulung) itu 
ibaratnya berani mengambil kesempatan meski peluang itu berada di depan 
bahaya," kata Abdul Rahman Jambor, Ketua Forum Komunitas Pemulung Jakarta, 
Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Karawang (Jabodetabekka), dalam 
perbincangannya dengan Kompas. Bukan hanya itu, para pemulung ini, secara tidak 
langsung, juga sudah mengurangi sedikit beban sampah yang harus ditanggung TPA 
Bantar Gebang. 

Kemiskinan 

Tidak hanya pekerjaannya yang membuat para pemulung ini begitu lekat dengan 
kemiskinan. Kehidupan keseharian mereka pun menunjukkan kondisi tersebut. 
Rasnoto, misalnya, tinggal bersama istri dan anak-anaknya di sebuah rumah kecil 
dan halamannya dipenuhi sampah-sampah plastik yang dijemur. 

"Rumah dari Bos", demikian Rasnoto menyebut sebuah bangunan berukuran sekitar 4 
x 6 meter persegi, yang dibagi menjadi tiga kamar dan sebuah lorong yang 
dijadikan dapur. 

Separuh dinding rumah itu terbuat dari potongan papan tripleks, dan lantainya 
ditutupi lembaran plastik. Di rumah itu, Rasnoto dan keluarga tinggal bersama 
dan berbagi kamar dengan Sonip, kerabat Rasnoto, yang juga tinggal bersama 
istrinya. 

Di halaman rumahnya, yang tak seberapa luas, tergeletak karung-karung berisikan 
kantong-kantong plastik. Karung-karung itu akan disetor ke bos mereka. Biasanya 
ditimbang dua minggu sekali. Paling banyak enam kuintal. Itu pun didapat dari 
memulung pada siang-malam, hingga dini hari. Dibantu penerangan dari bekas 
lampu motor, dengan daya listrik dari aki, Rasnoto mengaku dapat memilih dan 
mengumpulkan barang-barang, yang menurutnya dapat dijual kembali. "Dua minggu 
bisa dapat Rp 700.000, tetapi itu belum dipotong uang makan. Bersihnya, 
paling-paling Rp 400.000," ujar Rasnoto. 

Sepintas, uang yang mereka dapatkan dari memulung memang terlihat besar, hampir 
setara upah minimum buruh pabrik. Tetapi dibanding ancaman bahaya, yang harus 
mereka hadapi, mulai dari gangguan kesehatan bahkan mungkin kehilangan nyawa, 
jumlah uang itu mungkin jauh dari mencukupi. Namun desakan untuk tetap dapat 
mengisi perut dan menghidupi keluarga, jalan memulung pun harus dilakoni. 

Keberadaan para pemulung di TPA Bantar Gebang, menurut Ketua Koalisi Lembaga 
Swadaya Masyarakat untuk Persampahan Nasional (Zero Waste Indonesia) Bagong 
Suyoto, selayaknya diberdayakan oleh pengelola TPA Bantar Gebang dan juga 
pemerintah. Pada satu sisi, para pemulung ini ikut mengurai sampah-sampah 
menjadi benda bernilai ekonomi, dan pada saat bersamaan, memulung merupakan 
pekerjaan sehingga mengurangi jumlah pengangguran. 

"Paling tidak, kehadiran para pemulung di TPA Bantar Gebang ini ikut membantu 
pengelola TPA. Secara tidak langsung pula, mereka adalah pahlawan yang sudah 
membantu warga Jakarta. Tolong carikan cara agar pemulung ini dapat bekerja 
dengan lebih aman," ujar Bagong. (cokorda


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Mereka Bertahan Demi Mengisi Perut Keluarga