[nasional_list] [ppiindia] Menyikapi Maraknya Penyakit Sosial

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Thu, 2 Feb 2006 00:32:51 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **SUARA KARYA

  Menyikapi Maraknya Penyakit Sosial
  Oleh Sri Sugiyati 


Kamis, 2 Februari 2006
Situasi sosial kehidupan masyarakat Indonesia dari hari ke hari kian memburuk. 
Hal ini terlihat dari makin maraknya tindak kejahatan, kekerasan sosial, amuk 
massa, main hakim sendiri, dan berbagai penyimpangan sosial yang tumbuh secara 
bervariasi. 

Yang lebih mengerikan, makin banyak pengidap penyakit HIV/AIDS di negeri ini. 
Berdasarkan laporan Departemen Kesehatan RI, pada Maret 2005 tercatat 6.789 
orang Indonesia mengidap penyakit ini, terdiri dari 3.668 HIV positif dan 3.121 
orang AIDS. Tetapi pada Juni 2005, jumlah pengidap HIV/AIDS mencapai 7.082 
orang atau bertambah 293 orang dalam kurun waktu 3 bulan. Karenanya, HIV/AIDS 
tetap menjadi ancaman bagi negeri ini. Laporan UNAIDS, AIDS Epidemic Update 
(Desember 2005), menyebutkan penderita penyakit berbahaya itu di Indonesia pada 
2010 diprediksi akan mencapai 93.000-130.000 orang. 

Mengerikan!


Sebuah LSM Peduli AIDS di Serang (Banten) juga mengungkapkan, Indonesia bersama 
China dan India termasuk negara berpenduduk besar yang menyimpan 'bom' AIDS, 
karena terjadi pertumbuhan jumlah penderita HIV/AIDS yang luar biasa, 
diperkirakan sudah mencapai 80.000-100.000 kasus. Percepatan seperti deret ukur 
ini karena akumulasi banyak faktor, seperti akibat peningkatan kasus narkoba 10 
kali lipat. 

Yang juga memrihatinkan adalah kian mekarnya perilaku menyimpang di kalangan 
anak-anak dan remaja negeri ini. Di kalangan remaja, misalnya, fenomena 
hubungan seksual pra-nikah, yang meniadakan lembaga perkawinan yang luhur, 
sudah kian pesat perkembangannya belakangan ini. Dampaknya pun amat jauh dalam 
kehidupan sosial masyarakat manakala hubungan tanpa nikah dianggap wajar, bukan 
pelanggaran dan bukan tindak perzinahan bila dilakukan secara suka sama suka. 
Bahkan dalam kasus perkosaan pun, si pemerkosa bisa lepas dari jeratan hukum 
jika ia dapat berdalih dalam pembelaannya dengan mengatakan bahwa perbuatan 
tersebut dilakukan atas dasar "suka sama suka". 

Fenomena lain yang memrihatinkan terkait dengan maraknya tindak pembunuhan yang 
melibatkan pelaku dan korban remaja serta anak-anak. Anak-anak belasan tahun 
dan masih bersekolah, seperti kerap diberitakan media massa, juga banyak 
terlibat dalam kasus perkosaan. Hal itu bahkan telah menjadi peristiwa 
sehari-hari yang lazim dan menjadi pola kehidupan masyarakat kita. 

Berbagai kasus tindakan penyimpangan norma dan kriminalitas di atas tentu saja 
berkembang dalam situasi yang tidak vakum alias banyak faktor yang 
memengaruhinya. Tetapi, apa- pun penyebabnya dan seberapa- pun tingkat kejadian 
dan pelaku maupun korbannya, hasil akhirnya tetap mengindikasikan hal yang 
sama, yakni terganggunya dan bahkan rusaknya tatanan kehidupan masyarakat kita. 
Artinya, makin maraknya kasus-kasus di atas menunjukkan adanya gejala kuat 
bahwa nilai-nilai dan norma-norma kehidupan masyarakat kita mulai dilanggar dan 
telah menjadi sesuatu yang longgar. Ada pergeseran nilai dan norma-norma, yang 
sebetulnya merupakan perubahan perilaku masyarakat. 

Kondisi ini tentu amat mencekam. Terutama, bila mengingat perubahan sosial yang 
berdimensi penyimpangan sosial dalam beragam bentuknya itu mengibas di kalangan 
remaja dan anak-anak kita, yang tiada lain merupakan tunas-tunas dan harapan 
bangsa Indonesia. 

Di tengah keprihatinan ini, yang perlu dicermati adalah seberapa jauh perubahan 
perilaku disertai perubahan persepsi dan bahkan sikap hidup masyarakat tentang 
moral dan agama sebagai sendi mendasar dalam tatanan kehidupan masyarakat 
Indonesia yang beragam? Ada kesan perubahan perilaku dan persepsi masyarakat 
mulai mengarah ke situasi netral nilai, bebas nilai, dan paham moral 
situasional yang hedonistis. 

Hal rawan di atas bukan mustahil akan makin meluas memasuki era globalisasi 
dengan arus informasi berteknologi canggih yang kian membanjiri kehidupan 
masyarakat kita. Nilai-nilai pragmatisme, materialisme dan hedonisme yang 
diusungnya tak pelak akan memengaruhi kehidupan masyarakat. Inilah barangkali 
yang perlu direnungkan semua pihak, terutama oleh para tokoh agama dan tokoh 
masyarakat. 

Dhus, semua pihak perlu berpartisipasi aktif mengatasi 'penyakit' sosial di 
atas, terutama karena ia baru bisa disembuhkan melalui proses panjang dan 
mendasar. Di situlah, misalnya, fungsi agama sebagai faktor penyuci (sublimasi) 
dalam kehidupan masyarakat sangat diperlukan kehadirannya, selain faktor-faktor 
profetik lain. 

Sebagai faktor penyuci, tulis Peter L Berger (1991), agama perlu dijadikan 
acuan bagi humanisasi kehidupan manusia, yang berarti sebagai peneguhan 
terhadap nilai-nilai yang fitri berupa proses pembersihan jiwa dari 
kotoran-kotoran nafsu dan perilaku hewaniah. Dalam konteks inilah pentingnya 
penanaman kepastian akan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan. 

Dalam konteks agama, yang juga perlu direnungkan bersama, jangan-jangan selama 
ini kalangan umat beragama - terutama melalui cendekiawan atau ulamanya - 
terlampau asyik dengan pengembangan pemikiran-pemikiran 'pembaharuan' yang 
bersifat transformasi pemikiran. Agama terlampau banyak diperbincangkan pada 
tataran pemikiran spekulatif dan serba rasional, demi memenuhi tuntutan zaman 
modern. 

Dampaknya lalu muncul pragmatisme dengan atas nama kontekstualisasi. Agama 
serba dituntut menjawab tantangan-tantangan struktural kehidupan modern 
sehingga menyisihkan tuntutan-tuntutan yang bersifat praktis. 

Dampak lain dari wacana yang acap kali kontroversial itu, muncul berbagai 
pembongkaran (dekonstruksi) sedemikian rupa, yang kadangkala masih bersifat 
embrional tetapi disuarakan dengan nada amat nyaring. Pembongkaran penuh 
semangat ini membawa implikasi pengabaian fungsi agama sebagai pemberi 
kepastian makna dan sikap hidup. Akibatnya, sebagian pemeluk agama menjadi 
kehilangan kepastian, sebab semua nilai dibongkar dan serba dinisbikan. Bukan 
cuma agama, bahkan nabi dan Tuhan pun kadang disikapi secara kurang begitu 
takzim, demi 'pembaharuan'. 

Karena itulah, dengan makin maraknya 'penyakit' sosial dan moral masyarakat 
kita sekarang ini, tak ada salahnya bila para tokoh dan pemikir agama, mulai 
merenungkan-ulang tentang semangat pembaharuan yang terlampau bersemangat dan 
gegap-gempita itu. Di depan mata kita, kini sudah bermunculan beragam panorama 
'penyakit' sosial yang membutuhkan therapi yang relatif pasti dan praktis dari 
agama. 

Konkretnya, marilah sirami masyarakat dengan nilai-nilai dan norma-norma yang 
jelas dan bisa dijadikan acuan untuk bertindak. Di sinilah pentingnya 
tuntunan-tuntunan praktis tentang kehidupan beragama, disertai proses 
sosialisasinya yang juga praktis. Itulah solusinya. *** 

Penulis Direktur Lembaga Tafsir
Etika Sosial (LTES) Yogyakarta.

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Menyikapi Maraknya Penyakit Sosial