[nasional_list] [ppiindia] Mengukuhkan Kedaulatan Pangan

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sat, 16 Sep 2006 01:03:32 +0200

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **SUARA MERDEKA
Sabtu, 16 September 2006

Mengukuhkan Kedaulatan Pangan
Oleh Toto Subandriyo 

MESKIPUN banyak ditentang, pemerintah bersikukuh mengimpor beras. Dipastikan 
210 ribu ton beras impor segera datang bertahap mulai 1 Oktober 2006. Psikologi 
pasar merespon negatif terhadap kebijakan itu. Harga jual gabah petani di 
beberapa daerah turun meskipun masih di atas harga pembelian pemerintah (HPP). 

Inilah potret kondisi dunia pertanian Indonesia. Petani tanaman pangan dan 
hortikultura terperangkap dalam lingkaran setan sosial-ekonomi modern.

Lingkaran setan terjadi justru pada tingkat produktivitas fisik relatif tinggi, 
namun nilai moneter produktivitasnya rendah, akibat harga yang diterima petani 
relatif rendah. Hal ini antara lain terjadi karena tidak imbangnya transmisi 
harga, dimana penurunan harga di tingkat konsumen ditransmisikan dengan cepat 
dan sempurna kepada petani, namun kenaikan harga ditransmisikan secara lambat 
dan tidak sempurna. 

Lengkap sudah kondisi paradoksal negeri ini. Negeri agraris dengan produksi 
beras, bawang merah, dan komoditas pertanian lain melimpah, tidak cukup 
menjadikan negeri ini berdaulat di bidang pangan. Politik pangan menempatkan 
beras sebagai satu-satunya makanan pokok masyarakat. 

Kearifan Pangan Lokal

Menurut Rosegrant (1997), partisipasi konsumsi beras penduduk Indonesia 
mencapai 96,87 %. Kebijakan "berasisasi" membawa perubahan pola konsumsi 
masyarakat terhadap sumber energi karbohidrat. Masyarakat yang makanan pokoknya 
sagu, umbi-umbian, jagung, tiwul, kini telah beralih ke beras. Jika alam di 
wilayah tersebut tidak cocok untuk budidaya padi, yang terjadi adalah kelaparan 
seperti yang terjadi di Lembata dan Sikka (NTT), Yahukimo (Papua), dll 

Kekhawatiran Prof. F.G Winarno, guru besar teknologi pangan IPB 1982 menjadi 
kenyataan. Mengubah pola konsumsi pangan masyarakat dari non-beras ke beras 
adalah sebuah kesalahan fatal. Betapa tidak untuk mengubah itu mem-butuhkan 
waktu satu generasi. Akibatnya tekanan terhadap produksi beras sangat berat. 

Meskipun upaya peningkatan produksi terus dilakukan, namun faktor kejenuhan 
lahan terhadap berbagai input teknologi sulit dihindari. Akibatnya kedaulatan 
pangan selalu dikorbankan. Setiap tahun pemerintah selalu mengulang kebijakan 
impor beras. 

Alasannya klasik, stok yang dikuasai oleh Perum Bulog tidak aman. Menurut 
prediksi, hingga akhir 2006 cadangan beras pemerintah (CBP) hanya tinggal 
532.000 ton. Padahal sesuai rekomendasi Badan Pangan Dunia (FAO), cadangan 
beras pemerintah yang ideal sebesar 2,5 ñ 3,5 % dari total konsumsi beras 
nasional atau identik dengan 800 ribu hingga 1,2 juta ton.

Agar ketahanan pangan kokoh, pemerintah harus berusaha dengan serius dalam 
menegakkan kedaulatan pangan. Sebenarnya sejak 2004 Indonesia berhasil meraih 
kembali prestasi swasembada beras. Prestasi itu harus dipertahankan dengan 
segenap kemampuan agar menjadi swasembada yang berkelanjutan.

Beberapa waktu lalu Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan angka ramalan II 
(Aram II) produksi padi nasional tahun 2006. Menurut Aram II, produksi padi 
tahun ini 54,75 juta ton gabah kering giling (GKG), meningkat sekitar 1,1 juta 
ton dibanding tahun 2005. 

Meskipun belum ada dukungan data penelitian secara empiris, namun para pengamat 
ekonomi pertanian menduga peningkatan produksi ini sebagai dampak kebijakan 
larangan impor beras. 

Sejak kebijakan larangan impor beras digulirkan tanggal 20 Januari 2004, 
berangsur-angsur petani memperoleh insentif harga jual gabah/beras yang memadai.

Kondisi itu membangkitkan kegairahan meningkatkan produksi. Banyak petani yang 
menyampaikan pada penulis, harga jual yang sangat menggairahkan itu membuat 
mereka nekat menanam padi pada musim tanam III meskipun biaya eskploitasi pompa 
air cukup tinggi dan terancam puso karena kekeringan.

Kampanye Berkelanjutan

Oleh karena itu pemerintah harus menjaga momentum swasembada beras ini dengan 
berbagai kebijakan yang mendukung, antara lain dengan membangun berbagai sarana 
infrastruktur pra panen maupun pasca panen, seperti perbaikan jaringan irigasi, 
silo penyimpanan, mesin pengering, pemasaran, dan akses permodalan bagi petani.

Umengurangi ketergantungan terhadap konsumsi beras perlu kampanye 
penganekaragaman konsumsi pangan secara nasional berkelanjutan. Saat ini 
konsumsi beras penduduk versi hasil koordinasi Menko Perekonomian sebesar 
139,15 kg/kapita/tahun. Angka tersebut sama dengan konsumsi rakyat Jepang 35 
tahun lalu. Saat ini konsumsi mereka hanya 60 kg/kapita/tahun.

Perhitungan sederhana, jika kita menurunkan angka konsumsi beras nasional 
menjadi 125 kg/kapita/tahun, kita menghemat tidak kurang 3 juta ton beras per 
tahun. Tidak mustahil Indonesia akan menjadi eksportir beras.

Negeri ini sangat kaya varian bahan makanan sumber karbohidrat, seperti ubi 
jalar, jagung, singkong, ketela, hermada, kentang, pisang, sagu, dan 
umbi-umbian lainnya. Peluang terbuka bagi para ahli kuliner dan teknologi 
pangan untuk dapat menyajikan sumber pangan alternatif tersebut sejajar dengan 
beras. Jika semua itu sudah dapat dilaksanakan, maka beras tidak akan selalu 
menjadi lingkaran setan. (11)

--- Ir Toto Subandriyo, kepala Bidang Pertanian dan Ketahanan Pangan, Dinas 
Tanbunhut Kab. Tegal 


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 
    mailto:ppiindia-fullfeatured@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Mengukuhkan Kedaulatan Pangan