[nasional_list] [ppiindia] Mencari Keadilan Bermodal Telur Asin

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Fri, 13 Jan 2006 02:01:30 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.gatra.com/artikel.php?id=91415


Nenek Asiah
Mencari Keadilan Bermodal Telur Asin


RAUT mukanya menunjukkan kelelahan luar biasa. Kelelahan segenap jiwa-raganya. 
Sambil menyantap nasi bungkus yang dibawanya, perempuan tua itu mengisahkan 
petualangannya dalam mencari keadilan yang semakin mahal di negeri ini.

Gurat-gurat ketuaan tampak jelas di wajah Asiah binti Yachi, nama perempuan 
itu. Nenek berusia 63 tahun itu tengah berjuang mencari keadilan dalam kasus 
tanah dari tempat asalnya di Pekalongan, Jawa Tengah, hingga ke Jakarta ini. 
Meski yang didapatnya baru kelelahan dan kekecewaan, Asiah pantang menyerah.

Sepekan lalu, ruang tamu yang sempit di lantai lima kantor Komisi Yudisial 
(KY), Jalan Abdul Muis, Jakarta, kedatangan perempuan pemberani ini. Nenek 
berkebaya hitam ini duduk termenung menunggu pencatatan berkas-berkas yang 
menjadi lampiran laporannya ke KY. Tatapan kosong matanya yang sudah tua, 
mengundang rasa penasaran sejumlah wartawan yang berada di kantor ini. Para 
wartawan kebetulan tengah meliput pemeriksaan tiga hakim asal Denpasar yang 
memutus perkara model molek asal Australia, Michelle Leslie, di kantor KY.

Tangan kanan Asiah menggenggam keranjang berisi telur asin, jeruk nipis, dan 
dua botol air minum kemasan. Sedangkan, tangan kirinya, tampak memegang 
bungkusan plastik berisi lembaran kertas berwarna kuning lusuh. Berulang kali 
Asiah memandang kertas-kertas dokumen itu dengan lesu. "Saya pengen pulang," 
ungkapnya, seakan bergumam, menjawab pertanyaan wartawan tentang keperluannya 
ke kantor pengawas perilaku hakim itu.

Dalam kerumunan pekerja jurnalistik, sesekali Asiah menoleh ke meja pengaduan 
KY, seakan berharap ada titik terang dari perkara pelik yang tengah dihadapinya 
sejak puluhan tahun silam.

Perjuangan mencari keadilan betul-betul sebuah perjalanan pahit bagi nenek itu. 
Kamis malam (5/1), dengan beralaskan sandal jepit, Asiah meninggalkan rumahnya 
menuju Stasiun Kota Pekalongan, Jawa Tengah, menumpang KA Kelas Ekonomi Tawang 
Jaya, menuju Ibukota.

Selama perjalanan, ibu dua anak ini mencari uang dengan menjajakan dagangannya. 
Puluhan telur asin berhasil dijualnya dengan harga Rp 1.000 per butirnya. Ya, 
modal perjalanannya menuju Ibukota adalah telur-telur asin ini. Telur asin 
inilah pula yang menjadi ganjal perutnya selama di perjalanan.

Setibanya di Stasiun Senen, Jakarta, Asiah sempat kebingungan dengan arah yang 
dituju. Setelah tanya sana-sini, akhirnya sampai juga nenek ini di lembaga yang 
dalam harapannya bisa memberinya keadilan.

Perkara yang diadukan Asiah ini sebetulnya "warisan" dari ibunya, Simbok Maani 
binti Leman. Pada 1951 Maani menggadaikan sepetak tanah seluas 800 m2 di Desa 
Ketandem, Kecamatan Wirodesa, Pekalongan kepada Tardjani, kepala desa pada saat 
itu. Tanah itu dijaminkan untuk pinjaman uang Rp 60 --jumlah yang cukup besar 
pada saat itu. Seluruh proses transaksi disaksikan oleh Moenawar, wakil kepala 
desa yang turut membubuhkan tanda tangan pada bukti transaksi.

Dua tahun kemudian, atau saat jatuh tempo pembayaran uang tebusan tersebut, 
Maani, yang hendak melunasi utang, sekaligus mengambil tanah yang diagunkan, 
dikagetkan kenyataan yang terjadi di luar dugaannya. Surat Keterangan Kepala 
Desa Wirodesa tertanggal 14 Juni 1951, menyatakan bahwa telah terjadi jual-beli 
sebidang tanah antara Maani dengan Djubaidah binti Tardjani (anak Tardjani). 
Berdasarkan surat tersebut, muncul sertifikat atas nama Djubaidah. Anehnya, 
Djubaidah pada tahun 1951 baru berusia satu tahun.

Asiah, yang menurut surat keterangan Polres Pekalongan berusia 71 tahun, 
menuturkan bahwa almarhum Tardjani menolak uang tebusan dari Maani. Ini bagi 
Asiah berarti Tardjani telah melakukan penyimpangan atas perjanjian 
hutang-piutang yang diubahnya menjadi perjanjian jual-beli. "Wong si Moenawar 
juga disogok," ujarnya, sambil menunjukkan tanda tangan Moenawar di surat 
perjanjian hutang-piutang.

Ulah Tardjani ini sudah digugat Maani hingga ke meja hijau. Namun putusan 
Pengadilan Negeri Pekalongan mengandaskan gugatan Maani, tanpa digelar sidang! 
Maani pun banding, dan kasasi ke Mahkamah Agung (MA) pada tahun 1984. Bahkan, 
PK (Peninjauan Kembali) yang diajukan Maani ditolak, sekaligus menguatkan 
putusan PN Pekalongan. Namun, perjuangan belum berakhir bagi Maani, yang 
akhirnya tutup usia pada tahun 2004.

Asiah, yang sudah mengikuti gerilya ibunya sejak 1970-an, mengaku sudah 
menjajal dunia hitamnya dunia peradilan Indonesia. Menurutnya, ia pernah 
mencoba mengadu ke sejumlah pejabat tinggi dan wakil rakyat di negeri ini. 
'Tembok' istana negara sampai orang nomor satu di Kejaksaan Agung pernah ia 
coba tembus. "Saya juga dulu pernah ketemu Pak Sudomo," kenang wanita yang 
berbicara campur bahasa Indonesia-Jawa ini.

Hingga akhirnya kegigihan Asiah disambut Alwi Shihab, saat menjabat Menko 
Kesra, yang tengah melakukan kunjungan kerja ke Pekalongan. Alwi lalu 
merekomendasikan penjaja telur asin ini ke KY, guna menelusuri ulang kinerja 
para hakim yang tidak pernah mengadili perkara yang bermula dari penyerobotan 
tanah orangtuanya tersebut. "Saya ndak punya apa-apa lagi. Makanya, saya harus 
terus begini (berusaha mendapatkan tanahnya kembali, Red)," katanya.

Setelah menyerahkan kertas-kertas bukti, antara lain transaksi utang-piutang 
dengan jaminan tanah, dan menuturkan keluhannya ke bagian pengaduan KY, Jum'at 
siang (6/1), Asiah yang mengaku tidak kerasan di Jakarta, harus menjual 
sisa-sisa telur asinnya, untuk mendapatkan tiket kereta api pulang ke 
Pekalongan. Sejumlah karyawan, tamu, dan wartawan yang berada di lobi depan 
kantor KY diharapkannya jadi pembeli barang dagangannya tersebut. Ia butuh Rp 
30.000 untuk ongkos mudik.

Kebetulan, anggota KY Irawady Joenoes melintas di lobi dan mendapat penjelasan 
tentang apa yang terjadi. Ia lalu menghampiri Asiah di tengah kerumunan 
wartawan. Sekilas, Irawady melihat surat-surat yang dibawa Asiah, lalu 
menanyakan proses pengaduan yang telah dijalani wanita renta ini di kantornya. 
Terharu mendengar cerita Asiah, serta "dikompori" para wartawan, Irawady 
akhirnya merogoh dompet di kantong celananya. Tanpa menghitung lagi, Irawady 
memberi Asiah lembaran ratusan ribu untuk ongkos pulang. "Iki ada uang seadanya 
untuk ongkos," ujar Irawady.

Ongkos bagi Asiah Jakarta-Pekalongan PP bisa tertalangi. Tapi, total uang yang 
sudah dihabiskan Asiah untuk mengurus perkaranya semenjak era pemerintahan 
Presiden Soekarno ini sudah tidak terhitung lagi. Kapankah keadilan akan 
berpihak pada wong cilik?[EL] 



[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Mencari Keadilan Bermodal Telur Asin