** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum ** http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=154998 Kamis, 03 Feb 2005, Masih Menjadi Pemerintahan Elite Oleh Dita Darmastari * Hasil jajak pendapat di masyarakat menilai, kinerja pemerintahan SBY-Kalla masih jauh dari harapan publik. Di berbagai daerah, momen 100 hari pertama pemerintahan SBY-Kalla dimanfaatkan untuk menggelar aksi protes dan evaluasi atas buruknya kinerja pemerintah. Arah kebijakan pemerintah selama 100 hari berjalan belum memiliki kejelasan sehingga masyarakat semakin hari semakin dibuat bingung. Kenaikan harga bahan bakar migas (BBM), yang didahului dengan harga elpiji dan pertamax yang melambung tinggi, jelas membuat masyarakat semakin hari semakin resah. Lagi-lagi, masyarakat harus menjadi korban kebijakan. Belum genap 100 hari berjalan, pemerintah sudah memberikan hadiah kenaikan harga BBM. Hal itu jelas bertentangan dengan statemen SBY bahwa dalam 100 hari pertama, pemerintahannya akan bekerja sungguh-sungguh untuk menyejahterakan rakyat. Pada jajak pendapat yang dilakukan koran ibu kota, tingkat kepuasan responden terhadap kinerja pemerintahan SBY dalam berbagai persoalan bangsa cenderung menurun. Bahkan di bidang perekonomian, tingkat kepercayaan responden dari 62,7 % di satu bulan pemerintahan anjlok sampai 47 % pada 100 hari berjalan. Di bidang lain, pemerintahan SBY-Kalla juga tidak mendapat reaksi positif. Penegakan HAM seakan tenggelam dengan terbunuhnya aktivis HAM Munir. Kasus pembunuhan tokoh LSM tersebut juga masih belum menemukan titik terang. Padahal, puluhan saksi sudah didatangkan dan dimintai keterangan oleh pihak berwajib. Komitmen pemerintahan SBY untuk memberikan kinerja pemerintahan yang bersih dan baik (good governance) menjadi sia-sia dengan berlarut-larutnya kasus-kasus pelanggaran HAM yang belum dituntaskan. Kasus pembunuhan aktivis HAM Munir, tragedi Semanggi I dan Semanggi II, dan kasus Tanjung Priok adalah beberapa contoh kasus pelanggaran HAM yang menunggu komitmen pemerintah untuk benar-benar dituntaskan. Pihak kejaksaan yang diharapkan bisa memberikan kontribusi efektif dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih, ternyata, masih malu-malu untuk menyeret koruptor kelas kakap ke depan meja pengadilan. Bahkan, aparat kejaksaan sendiri menjadi batu sandungan akan upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa hingga hari ini lembaga negara, seperti kejaksaan, merupakan tempat yang sangat mudah untuk melakukan transaksi jual beli perkara. Begitu banyak pelaku korupsi yang lolos dari jeratan hukum karena memang telah melakukan kongkalikong dengan aparat kejaksaan. Para tersangka tidak jarang memberi uang sogokan sangat besar untuk mendapatkan dakwaan yang ringan atau bahkan pembebasan dari tuduhan. Lembaga kejaksaan sebagai ujung tombak upaya pemberantasan korupsi harus mulai dibersihkan dari oknum-oknum jaksa pedagang perkara. Jaksa Agung Abdurrahman Saleh yang selama ini dikenal bersih harus membawa citra positif itu ke dalam kinerja lembaga yang sekarang beliau pimpin. Keberanian Abdurrahman Saleh untuk berseberangan pendapat dengan para hakim agung terhadap kasus korupsi mantan Ketua DPR Akbar Tandjung adalah langkah yang layak juga diterapkan pada lembaga kejaksaan yang dipimpinnya. Di bidang sosial, masyarakat marginal masih saja tidak bisa mendapatkan haknya karena ancaman penggusuran semakin merajalela. Tanpa pernah memberikan solusi, tindakan penggusuran menjadi langkah efektif untuk membersihkan setiap daerah yang dianggap milik negara. Lagi-lagi, masyarakat kecil yang harus menjadi korban kebijakan penguasa negara, yang dulu pernah berjanji menyejahterakan rakyat. Kasus Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang menjadi salah satu contoh paling mudah diingat bahwa masyarakat kecil selalu berada di pihak yang salah dan terus-menerus kalah. Represivitas aparat (polisi maupun TNI) semakin menjadi-jadi. Padahal, masyarakat saat ini begitu menginginkan tindakan dan mentalitas aparat, yang seharusnya pengayom dan pelindung masyarakat. Kematian aktivis HAM Munir yang hingga saat ini belum menemukan titik terang adalah salah satu indikasi bahwa ada upaya terselubung yang mencoba membungkam kekritisan masyarakat. Aktivitas penyampaian pendapat, seperti aksi demonstrasi, saat ini juga cenderung dibatasi, bahkan aparat terkesan berlindung di balik UU subversif, yang memang dibuat untuk membungkam para pengkritik penguasa. Keberpihakan pemerintah terhadap rakyat kecil masih menjadi mimpi yang hingga hari ini belum juga terwujudkan. Subsidi bagi rakyat masih dianggap sebagai bentuk kemanjaan yang membuat masyarakat tidak bisa mandiri. Karena itu, pemerintah mencoba mengurangi subsidi, menghilangkan operasi pasar, menghilangkan pengendalian harga-harga barang, dan membiarkannya sesuai dengan mekanisme pasar. Hubungan antara pemerintah dan masyarakat juga masih bersifat hubungan atasan dan bawahan. Pendekatan pemerintah dengan masyarakat masih sebatas seremonial, belum sampai pada substansi kehidupan masyarakat. Janji SBY untuk turun langsung melihat kondisi rakyat di seluruh Indonesia hingga hari ini belum juga terbukti. * Dita Darmastari, mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisipol UGM __________________________________ Do you Yahoo!? Yahoo! Mail - You care about security. So do we. http://promotions.yahoo.com/new_mail ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give the gift of life to a sick child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **