** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum ** http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/2/21/o5.htm Senin Wage, 21 Pebruari 2005 Mimbar Agama Buddha Korupsi Itu Wajar? MASALAH korupsi kembali menjadi bahan berita beberapa hari yang lalu. Jakarta, ibu kota negeri ini, disebut-sebut sebagai kota yang paling tinggi tingkat korupsinya. Sejumlah pejabat di DKI Jakarta, seakan-akan membenarkan hal ini dengan alasan lebih dari lima puluh persen kegiatan ekonomi berpusat di Jakarta. Tanggapan tersebut seakan-akan mengesahkan terjadinya korupsi di Jakarta. Korupsi seakan-akan sudah mendarah daging, berurat akar pada semua aspek kehidupan di muka bumi ini. Semua orang bisa menjadi korbannya; dari lahir hingga meninggal dunia; paling tidak untuk urusan surat kelahiran dan kematian yang pasti memerlukan uang tambahan. Korupsi juga memberikan pengaruh pada urusan maksiat (misalnya judi dan pelacuran) hingga urusan akhirat, dari rakyat miskin hingga mereka yang kaya raya. Seorang kawan saya yang memperpanjang SIM mengalami praktik ini secara langsung. Tidak ada calo dan biro jasa yang bisa membantu. Semuanya harus diurus sendiri, dari pintu depan hingga selesai. Setelah dihitung, biayanya tidak jauh berbeda dengan ditangani calo di masa silam karena ada beberapa pengeluaran yang tidak disertai dengan tanda terima uang. Dari segi waktu, lebih lama dan lebih merepotkan karena harus mondar-mandir dari satu loket ke loket lain, dari satu lantai ke lantai lain. Hasilnya, ternyata tidak memuaskan. Data pekerjaan tetap seperti dulu walaupun dia sudah mengisi data yang baru di pintu depan. Korupsi telah melibatkan urusan kecil hingga besar. Tanyakan pada sopir truk, berapa banyak kotak korek api yang harus disediakan. Isinya diganti dengan uang untuk melancarkan perjalanan dari satu kota ke kota lain. Berapa banyak upeti yang harus diberikan agar urusan surat menyurat lancar, dari tingkat bawah hingga atas. Anda hemat uang atau hemat waktu. Hanya dengan tambahan beberapa puluh ribu, petugas RT mengatarkan KTP langsung ke pintu rumah. Apakah bukan sebuah kemudahan? Korupsi jelas bukan perbuatan baik. Pertama, korupsi telah merugikan keuangan negara. Korupsi telah menimbulkan biaya tinggi sehingga daya saing ekonomi menjadi lemah. Kita hanya bisa memproduksi barang dengan harga yang lebih tinggi. Dari kaca mata agama Buddha; korupsi merupakan perbuatan buruk yang dilakukan melalui pikiran, ucapan, dan perbuatan. Orang-orang yang berniat korupsi tentu mempunyai pikiran buruk sejak awal. Pikirannya dilandasi dengan keserakahan, keinginan yang tidak pernah ada habis-habisnya. Ketika memegang jabatan tententu atau menjadi petugas tertentu; yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana caranya agar modal kembali segera dan berapa keuntungan yang diperoleh dengan jabatan ini. Harap maklum, konon, semua jabatan disertai dengan hadiah uang dan bagi-bagi uang; seperti upeti di zaman kerajaan. Di sejumlah tempat, terdapat pejabat atau petugas yang secara terang-terangan meminta uang dalam jumlah tertentu untuk memperlancar segala urusan. Harga sebuah keadilan yang paling sering menjadi bahan berita di media massa. Ketika harga diucapkan, perbuatan buruk melalui ucapan telah dilakukan. Korupsi telah melibatkan jasmani karena uang tersebut diterima, dibagi-bagikan kepada rekan kerja atau bawahan agar semuanya aman tenteram. Uang disimpan, dibelikan barang-barang berharga, dibelikan makanan yang mereka santap setiap hari. Semuanya berawal dari pikiran, kehendak, yang diteruskan dengan ucapan dan perbuatan. Kebiasaan ini akan menimbulkan pola tertentu dalam pikiran, yang akhirnya menjadi kebiasaan buruk. Perbuatan akan menimbulkan akibat, baik atau buruk sesuai dengan yang telah dilakukan. Perbuatan buruk yang berasal dari kebiasaan buruk akan menimbulkan akumulasi akibat buruk. Suatu saat dia akan muncul, dalam kehidupan ini maupun dalam kehidupan mendatang. Banyak orang yang tidak menyadari akibatnya. Banyak orang yang terbius dengan kenikmatan yang dihasilkan pada saat ini. Oleh karena itu korupsi selalu melibatkan banyak orang. Karena itu pula, tidak mengherankan bila ada pejabat yang mengatakan bahwa wajar saja bila DKI menjadi 'juara' pertama. Jadi, korupsi itu ''wajar''. ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for anyone who cares about public education! http://us.click.yahoo.com/O.5XsA/8WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **