** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.kompas.com/kompas-cetak/0601/16/opini/2354703.htm Ketertutupan Peta Informasi Alam Suko Widodo Jamak tahu, hutan berperan besar dalam menjaga ekosistem. Juga jamak tahu, hutan gundul berdampak besar terjadinya longsor dan banjir. Namun, mungkin sedikit yang tahu, kawasan yang dilanda banjir di Kemiri, Jember, itu merupakan "kawasan merah" yang selayaknya tidak dihuni manusia. Di Pulau Jawa, banyak kawasan yang dalam peta geografi diwarnai merah, sebagai indikasi kawasan itu rawan longsor dan banjir. Sayang, peta geografi itu hanya ditumpuk di kantor lembaga pemerintahan. Kelangkaan informasi Kantor pemerintah, seperti Departemen Kehutanan, Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), atau mungkin Bapedal setempat, pasti memiliki peta geografi semacam itu. Peta geografi itu seharusnya dipublikasikan agar semua pihak mengetahui lingkungannya. Musibah alam "sulit" dihindari, apalagi jika tekstur alamnya merupakan kawasan rawan gempa atau longsor. Hampir semua wilayah di Pulau Jawa sudah difoto-satelit. Foto-foto disusun, menjadi peta geografi, yang menyediakan banyak data tentang kondisi alam Pulau Jawa. Peta juga menunjukkan kawasan hutan yang gundul, daerah aliran sungai, sumber air, dan sebagainya. Sayang, peta itu hanya ditumpuk, menjadi arsip tak tersentuh. Desa Kemiri, Jember, yang dilanda longsor dan banjir dalam peta geografi, masuk kategori kawasan berwarna merah, yang memiliki risiko tinggi terjadinya musibah longsor dan banjir. Namun, tak satu pun warga mengetahui peta itu. Mereka pun menderita akibat kelangkaan informasi tentang alamnya. Boleh jadi di kawasan Banjarnegara juga ada titik-titik merah dalam peta geografi yang dibuat satelit. Namun karena tiadanya usaha menyebarkan informasi, masyarakat harus menanggung akibatnya. Begitu banyak informasi yang disusun menjadi sebuah dokumen, tetapi hanya sedikit yang dilakukan pemerintah untuk mengolah dokumen itu menjadi informasi bernilai. Hampir setiap tahun pemerintah menyediakan dana untuk survei, tetapi setelah diperoleh data yang dicari tidak segera disebarluaskan kepada publik. Kebiasaan menyediakan informasi kepada publik, sebagai wujud pelayanan, tampaknya belum menjadi kebiasaan baik di negeri kita. Dalam tataran sederhana, misalnya mencari KTP, banyak yang tidak tahu. Kantor kelurahan tidak menyediakan informasi apa persyaratannya, kapan selesainya, dan berapa dana yang harus dibayarkan. Jika ihwal kecil dan sederhana saja tak pernah mendapat perhatian secara sungguh-sungguh, apalagi dalam kasus peta foto satelit. Harus transparan Informasi tentang alam sudah saatnya disebarluaskan kepada publik. Selama ini, peta informasi geografi masih dikuasai pihak terbatas. Peta geografi sebuah kota pun lazimnya hanya dimiliki kantor pemerintah setempat dan para pengembang. Bisa ditengarai, penguasaan terbatas itu memperlihatkan adanya sikap tidak peduli dan membungkam hak warga untuk tahu tentang alam lingkungannya. Para pengembang, kontraktor, dan lembaga sejenisnya dengan gampang mendapatkan peta itu karena mereka memiliki cukup dana untuk membayarnya. Padahal, peta itu dibuat dengan anggaran pemerintah yang notabene uangnya dikumpulkan dari rakyat. Belajar dari berbagai peristiwa musibah yang disebabkan bencana alam, seharusnya pemerintah segera membuat peraturan baku tentang masalah penyediaan informasi. Tidak hanya informasi geografi, tetapi informasi apa pun yang layak diketahui publik. Dalam tradisi negara demokrasi, segala kebijakan dan apa yang telah diperbuat pemerintah harus dibuka secara transparan. Meski kita belum memiliki Undang-Undang Kebebasan Memperoleh Informasi, setidaknya pemerintah bisa mengawali dengan menyediakan informasi yang jujur dan berkualitas. Jujur berarti semua informasi tidak ditutup-tutupi kepentingan apa pun. Berkualitas berarti informasi akurat dan tepat waktu. Kasus longsor dan banjir seharusnya tidak harus merenggut nyawa manusia jika saja informasi geografi alam diketahui masyarakat secara terbuka. Dengan tersedianya informasi, masyarakat bisa terpandukan dalam menghadapi alam sekitarnya. Suko Widodo Dosen Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Airlangga; Direktur Pusat Kajian Komunikasi Surabaya [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **