[nasional_list] [ppiindia] Menimbang Hubungan RI-Israel

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sun, 15 Jan 2006 23:09:44 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.kompas.com/kompas-cetak/0601/16/opini/2361107.htm

 
Menimbang Hubungan RI-Israel 


Hery Sucipto

Seruan agar Indonesia segera membuka hubungan diplomatik dengan Israel kembali 
mengemuka. Dalam rapat kerja dengan Menteri Luar Negeri, Rabu (30/11), anggota 
Komisi I Slamet Effendi Yusuf menyatakan, Indonesia semestinya mulai memikirkan 
hubungan diplomatik dengan Israel bila ingin memiliki peran penting dalam 
penyelesaian damai Israel-Palestina. Bantuan Indonesia dinilainya kurang 
efektif bila Indonesia tak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel 
(Republika, 1/12).

Sementara Menlu Hassan Wirajuda menegaskan, Pemerintah Indonesia bersedia 
menjalin kontak dengan Israel semata demi perdamaian Palestina-Israel. Namun, 
itu bukan berarti Indonesia akan membuka hubungan diplomatik dengan Israel 
(Kompas, 1/12). Sejauh ini, kontak dengan Israel telah lama dilakukan, terutama 
untuk kepentingan dagang.

Bukan hal baru

Desakan agar Indonesia membuka hubungan diplomatik dengan negeri zionis itu 
bukan hal baru. Subagio Anam, anggota Balitbang PDI-P, seusai partainya 
dinyatakan sebagai pemenang dalam Pemilu 1999, kepada koran Israel, Ha'aretz, 
menyatakan, pihaknya akan mengembangkan hubungan dengan Israel untuk membawa 
kesejahteraan ke seluruh wilayah.

Tokoh PDI-P lainnya, Aberson Marle Sihaloho, juga menyatakan, PDI-P 
berpandangan tidak ada alasan bagi Indonesia untuk tidak menjalin hubungan 
diplomatik dengan Israel. Menurut Aberson, membuka hubungan dan mengakui Israel 
merupakan sikap yang sesuai dengan UUD 1945.

Sebelumnya, pada 13 September 1993, Kompas melansir pernyataan Menhankam Edi 
Sudradjat yang mengatakan, jika negara-negara Arab telah menjalin hubungan 
dengan Israel, mengapa Indonesia tidak menyusulnya. Awal Oktober 1993, dalam 
sidang WTO (World Tourism Organization) di Denpasar, Bali, Israel mengirim dua 
pejabat tingginya, Daniel Megiddo (Dubes Israel di Singapura) dan Mordechai Ben 
Ari (Deputi Direktur Jenderal Departemen Pariwisata Israel).

Pada 15 Oktober 1993, Perdana Menteri Israel Yitzak Rabin menemui Presiden 
Soeharto di Cendana. Selama satu jam, Rabin berbicara dengan Pak Harto dan 
meminta agar Indonesia bersedia membuka hubungan dengan Israel.

Selain itu, pada Februari 1994, lima senator AS yang berkunjung ke Jakarta juga 
ikut mendesak Indonesia agar segera membuka hubungan dengan Israel. Di bulan 
yang sama, Israel mengundang empat wartawan Indonesia untuk berkunjung ke Tel 
Aviv dan melakukan wawancara eksklusif dengan Rabin. Dalam kesempatan itu, 
Rabin mengungkapkan harapannya agar hubungan diplomatik antara Indonesia dan 
Israel segera direalisasikan.

Pada Oktober 1994, empat tokoh berkunjung ke Israel, yakni KH Abdurrahman Wahid 
(NU), Habib Chirzin (Muhammadiyah), Djohan Effendi (Departemen Agama), dan 
Bondan Gunawan (Forum Demokrasi). Keempatnya diundang untuk menghadiri seminar 
yang diselenggarakan Institut Harry S Truman, sekaligus menyaksikan 
penandatanganan perjanjian perdamaian antara Jordania dan Israel.

Yang paling mutakhir, Menlu Hassan bertemu Menlu Israel Silvan Shalom di sela 
acara ulang tahun PBB ke-60, September lalu di New York, AS. Berbagai desakan 
itu tentu membuat posisi Indonesia sulit, terlebih di tengah perubahan yang 
berlangsung demikian cepat.

Nilai strategis

Bagi Israel, hubungan diplomatik dengan Indonesia tentu menjadi sangat berarti 
dan memiliki nilai strategis. Pertama, Indonesia adalah negara berpenduduk 
mayoritas Muslim terbesar di dunia. Fakta itu diharapkan suara Indonesia 
didengar, khususnya di dunia Islam. Selama ini tentangan keras terhadap Israel 
datang dari kalangan negara-negara mayoritas Muslim karena negeri zionis ini 
dinilai menjajah Palestina.

Kedua, secara historis, Indonesia memiliki hubungan amat baik dengan kalangan 
negara-negara Arab. Sejak masa Presiden Soekarno hingga Presiden Susilo Bambang 
Yudhoyono kini, Indonesia belum pernah mengalami konflik/masalah berarti dengan 
negara-negara Arab, khususnya yang tergabung dalam Liga Arab.

Catatan ini membuat Indonesia diterima baik di kalangan para pemimpin Arab. 
Bagi Israel, dunia Arab dinilainya menjadi sandungan untuk tercapainya 
perdamaian, utamanya Suriah, Iran, dan Arab Saudi.

Ketiga, posisi strategis terpenting adalah efek politik domino. Jika Indonesia 
telah mengakui Israel dan menjalin hubungan diplomatik dengan negeri ini, 
perlahan namun pasti, akan menyusul negara-negara lainnya. Kekuatan inilah yang 
tampaknya disadari betul dan sedang 'digarap' secara serius oleh Israel.

Pertimbangan mendasar

Disadari, desakan hubungan diplomatik dengan Israel tak selalu mulus. Lebih 
kerap menuai protes, khususnya dari kalangan ormas-ormas Islam. Ada beberapa 
alasan penting sekaligus dapat menjadi pertimbangan Pemerintah RI sebelum 
memutuskan sikap. Pertama, secara konstitusional, keinginan membuka hubungan 
diplomatik akan tersandung dasar negara, khususnya pembukaan UUD '45.

Kedua, pembukaan diplomatik juga bertentangan dengan prinsip-prinsip Gerakan 
Non-Blok, di mana Indonesia menjadi salah satu anggotanya. Karena, membuka 
hubungan diplomatik berarti mengakui eksistensi kolonialisme serta menyakiti 
perasaan umat Islam sedunia, umat Islam Indonesia khususnya.

Ketiga, Israel tidak pernah mau menaati Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 242 
dan 338. Inti kedua resolusi tersebut adalah meminta Israel mundur dari seluruh 
wilayah yang didudukinya dalam perang tahun 1967.

Keempat, pembukaan hubungan tidak sejalan dengan prinsip perjuangan Organisasi 
Konferensi Islam (OKI), di mana Indonesia salah satu anggotanya. Dalam KTT OKI 
Ke-6 di Dakar, Senegal, tahun 1991, misalnya, komunike sidang menegaskan, 
"Perdamaian hanya dapat ditegakkan dengan memberikan hak menentukan nasib 
sendiri kepada rakyat Palestina dan penarikan tanpa syarat pasukan pendudukan 
Israel dari seluruh wilayah Arab yang diduduki, termasuk Al Quds Al-Syarif, 
Dataran Tinggi Golan, dan Lebanon Selatan."

Selain itu, penting pula menjadi perhatian kita bersama bahwa di kalangan kaum 
Yahudi Israel berlaku 'lima prinsip' tak resmi dalam berjuang. Lima prinsip itu 
dikenal "5 La'at" (Lima untuk Tidak): Satu, tidak akan berhenti membangun 
permukiman. Dua, tidak ada negara Palestina merdeka. Tiga, tidak akan menarik 
diri dari penjajahan '67 (meliputi Dataran Tinggi Golan di Suriah, penjajahan 
Lebanon Selatan, dan sebagian wilayah di Jordania). Empat, tidak menyerahkan 
Quds (Quds ibu kota abadi Israel). Lima, tidak ada pengembalian pengungsi 
Palestina ke Israel (lebih dari 4 juta warga Palestina terlunta menjadi 
pengungsi). Lima prinsip ini senantiasa menjadi pijakan siapa pun yang berkuasa 
di Israel.

Dengan membuka hubungan diplomatik, memang akan membantu terwujudnya perdamaian 
dan kesejahteraan, khususnya bagi Palestina dan Israel. Selain itu, hubungan 
dagang RI-Israel dapat dilakukan secara G to G, yang akan lebih menguntungkan 
karena tanpa dikenai biaya tertentu, ketimbang melalui broker Singapura, 
seperti berlangsung selama ini.

Pemerintah Indonesia mesti tetap pro-aktif mendorong terciptanya perdamaian 
yang abadi dan adil, dengan tetap berpegang pada prinsip dan konstitusi negara. 
Perjuangan Indonesia harus memberikan manfaat, bukan saja bagi warga negeri 
ini, tetapi juga bagi sebanyak mungkin warga dunia.

Hery Sucipto Alumnus Universitas Al-Azhar Mesir; Peneliti pada Soegeng Sarjadi 
Syndicate


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Menimbang Hubungan RI-Israel