** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.kompas.com/kompas-cetak/0601/16/opini/2361107.htm Menimbang Hubungan RI-Israel Hery Sucipto Seruan agar Indonesia segera membuka hubungan diplomatik dengan Israel kembali mengemuka. Dalam rapat kerja dengan Menteri Luar Negeri, Rabu (30/11), anggota Komisi I Slamet Effendi Yusuf menyatakan, Indonesia semestinya mulai memikirkan hubungan diplomatik dengan Israel bila ingin memiliki peran penting dalam penyelesaian damai Israel-Palestina. Bantuan Indonesia dinilainya kurang efektif bila Indonesia tak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel (Republika, 1/12). Sementara Menlu Hassan Wirajuda menegaskan, Pemerintah Indonesia bersedia menjalin kontak dengan Israel semata demi perdamaian Palestina-Israel. Namun, itu bukan berarti Indonesia akan membuka hubungan diplomatik dengan Israel (Kompas, 1/12). Sejauh ini, kontak dengan Israel telah lama dilakukan, terutama untuk kepentingan dagang. Bukan hal baru Desakan agar Indonesia membuka hubungan diplomatik dengan negeri zionis itu bukan hal baru. Subagio Anam, anggota Balitbang PDI-P, seusai partainya dinyatakan sebagai pemenang dalam Pemilu 1999, kepada koran Israel, Ha'aretz, menyatakan, pihaknya akan mengembangkan hubungan dengan Israel untuk membawa kesejahteraan ke seluruh wilayah. Tokoh PDI-P lainnya, Aberson Marle Sihaloho, juga menyatakan, PDI-P berpandangan tidak ada alasan bagi Indonesia untuk tidak menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Menurut Aberson, membuka hubungan dan mengakui Israel merupakan sikap yang sesuai dengan UUD 1945. Sebelumnya, pada 13 September 1993, Kompas melansir pernyataan Menhankam Edi Sudradjat yang mengatakan, jika negara-negara Arab telah menjalin hubungan dengan Israel, mengapa Indonesia tidak menyusulnya. Awal Oktober 1993, dalam sidang WTO (World Tourism Organization) di Denpasar, Bali, Israel mengirim dua pejabat tingginya, Daniel Megiddo (Dubes Israel di Singapura) dan Mordechai Ben Ari (Deputi Direktur Jenderal Departemen Pariwisata Israel). Pada 15 Oktober 1993, Perdana Menteri Israel Yitzak Rabin menemui Presiden Soeharto di Cendana. Selama satu jam, Rabin berbicara dengan Pak Harto dan meminta agar Indonesia bersedia membuka hubungan dengan Israel. Selain itu, pada Februari 1994, lima senator AS yang berkunjung ke Jakarta juga ikut mendesak Indonesia agar segera membuka hubungan dengan Israel. Di bulan yang sama, Israel mengundang empat wartawan Indonesia untuk berkunjung ke Tel Aviv dan melakukan wawancara eksklusif dengan Rabin. Dalam kesempatan itu, Rabin mengungkapkan harapannya agar hubungan diplomatik antara Indonesia dan Israel segera direalisasikan. Pada Oktober 1994, empat tokoh berkunjung ke Israel, yakni KH Abdurrahman Wahid (NU), Habib Chirzin (Muhammadiyah), Djohan Effendi (Departemen Agama), dan Bondan Gunawan (Forum Demokrasi). Keempatnya diundang untuk menghadiri seminar yang diselenggarakan Institut Harry S Truman, sekaligus menyaksikan penandatanganan perjanjian perdamaian antara Jordania dan Israel. Yang paling mutakhir, Menlu Hassan bertemu Menlu Israel Silvan Shalom di sela acara ulang tahun PBB ke-60, September lalu di New York, AS. Berbagai desakan itu tentu membuat posisi Indonesia sulit, terlebih di tengah perubahan yang berlangsung demikian cepat. Nilai strategis Bagi Israel, hubungan diplomatik dengan Indonesia tentu menjadi sangat berarti dan memiliki nilai strategis. Pertama, Indonesia adalah negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia. Fakta itu diharapkan suara Indonesia didengar, khususnya di dunia Islam. Selama ini tentangan keras terhadap Israel datang dari kalangan negara-negara mayoritas Muslim karena negeri zionis ini dinilai menjajah Palestina. Kedua, secara historis, Indonesia memiliki hubungan amat baik dengan kalangan negara-negara Arab. Sejak masa Presiden Soekarno hingga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kini, Indonesia belum pernah mengalami konflik/masalah berarti dengan negara-negara Arab, khususnya yang tergabung dalam Liga Arab. Catatan ini membuat Indonesia diterima baik di kalangan para pemimpin Arab. Bagi Israel, dunia Arab dinilainya menjadi sandungan untuk tercapainya perdamaian, utamanya Suriah, Iran, dan Arab Saudi. Ketiga, posisi strategis terpenting adalah efek politik domino. Jika Indonesia telah mengakui Israel dan menjalin hubungan diplomatik dengan negeri ini, perlahan namun pasti, akan menyusul negara-negara lainnya. Kekuatan inilah yang tampaknya disadari betul dan sedang 'digarap' secara serius oleh Israel. Pertimbangan mendasar Disadari, desakan hubungan diplomatik dengan Israel tak selalu mulus. Lebih kerap menuai protes, khususnya dari kalangan ormas-ormas Islam. Ada beberapa alasan penting sekaligus dapat menjadi pertimbangan Pemerintah RI sebelum memutuskan sikap. Pertama, secara konstitusional, keinginan membuka hubungan diplomatik akan tersandung dasar negara, khususnya pembukaan UUD '45. Kedua, pembukaan diplomatik juga bertentangan dengan prinsip-prinsip Gerakan Non-Blok, di mana Indonesia menjadi salah satu anggotanya. Karena, membuka hubungan diplomatik berarti mengakui eksistensi kolonialisme serta menyakiti perasaan umat Islam sedunia, umat Islam Indonesia khususnya. Ketiga, Israel tidak pernah mau menaati Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 242 dan 338. Inti kedua resolusi tersebut adalah meminta Israel mundur dari seluruh wilayah yang didudukinya dalam perang tahun 1967. Keempat, pembukaan hubungan tidak sejalan dengan prinsip perjuangan Organisasi Konferensi Islam (OKI), di mana Indonesia salah satu anggotanya. Dalam KTT OKI Ke-6 di Dakar, Senegal, tahun 1991, misalnya, komunike sidang menegaskan, "Perdamaian hanya dapat ditegakkan dengan memberikan hak menentukan nasib sendiri kepada rakyat Palestina dan penarikan tanpa syarat pasukan pendudukan Israel dari seluruh wilayah Arab yang diduduki, termasuk Al Quds Al-Syarif, Dataran Tinggi Golan, dan Lebanon Selatan." Selain itu, penting pula menjadi perhatian kita bersama bahwa di kalangan kaum Yahudi Israel berlaku 'lima prinsip' tak resmi dalam berjuang. Lima prinsip itu dikenal "5 La'at" (Lima untuk Tidak): Satu, tidak akan berhenti membangun permukiman. Dua, tidak ada negara Palestina merdeka. Tiga, tidak akan menarik diri dari penjajahan '67 (meliputi Dataran Tinggi Golan di Suriah, penjajahan Lebanon Selatan, dan sebagian wilayah di Jordania). Empat, tidak menyerahkan Quds (Quds ibu kota abadi Israel). Lima, tidak ada pengembalian pengungsi Palestina ke Israel (lebih dari 4 juta warga Palestina terlunta menjadi pengungsi). Lima prinsip ini senantiasa menjadi pijakan siapa pun yang berkuasa di Israel. Dengan membuka hubungan diplomatik, memang akan membantu terwujudnya perdamaian dan kesejahteraan, khususnya bagi Palestina dan Israel. Selain itu, hubungan dagang RI-Israel dapat dilakukan secara G to G, yang akan lebih menguntungkan karena tanpa dikenai biaya tertentu, ketimbang melalui broker Singapura, seperti berlangsung selama ini. Pemerintah Indonesia mesti tetap pro-aktif mendorong terciptanya perdamaian yang abadi dan adil, dengan tetap berpegang pada prinsip dan konstitusi negara. Perjuangan Indonesia harus memberikan manfaat, bukan saja bagi warga negeri ini, tetapi juga bagi sebanyak mungkin warga dunia. Hery Sucipto Alumnus Universitas Al-Azhar Mesir; Peneliti pada Soegeng Sarjadi Syndicate [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **