** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **Dihebohkan dengan soal kafir dan bukan kafir, akibatnya rakyat tetap miskin dan lapar, untuk dapat kerja pun susah. ----- Original Message ----- From: "Muhkito Afiff" <muhkito.afiff@xxxxxx> To: <insistnet@xxxxxxxxxxxxxxx>; <ppiindia@xxxxxxxxxxxxxxx> Sent: Saturday, February 18, 2006 9:10 AM Subject: [ppiindia] Kafir Bukan Berarti Orang Yang Tidak Beragama Islam > "Makna 'Kafir' dan 'Syuhada' : Kafir Bukan Berarti Orang Yang Tidak > Beragama Islam." > > http://suluk.blogsome.com/2006/02/17/makna-kafir-dan-syuhada-kafir-bukanlah-berarti-orang-yang-tidak-beragama-islam/ > > Herry Mardian, Yayasan Islam Paramartha. > > > Sahabat sekalian, sering sekali kita menyebut orang yang tidak beragama > Islam sebagai 'kafir'. Itu yang diajarkan sejak kecil pada kita. Dan > makna yang tidak tepat ini turun temurun diwariskan dari generasi ke > generasi, pada akhirnya kita menerimanya dengan taken for granted saja, > dan tidak memeriksa lagi kebenarannya. > > Seandainya kita mau membuka Al-Qur'an dan mencari definisi qur'aniyahnya, > maka akan kita temukan bahwa makna kata 'kafir' sebenarnya sama sekali > tidak secara langsung terkait dengan perbedaan agama. > > > A. Makna 'Kafir' > > Mari kita buka Al-Qur'an. Kita biasakan mencari definisi qur'aniyah dari > segala istilah agama yang kita kenal. Dengan demikian, kita akan terbiasa > untuk membuka Al-Qur'an dan pelan-pelan Insya Allah kita akan merasakan > Al-Qur'an benar-benar berfungsi bagi kehidupan kita. Kita belajar untuk > memahami agama ini, bukan sekedar menghafal dalil-dalil agama yang belum > tentu benar, apa lagi menggunakannya untuk mendebat orang lain. Ini tentu > bukan hal yang baik. > > Definisi qur'aniyyah dari kata kafir, bisa kita temukan di surat Al-Kahfi > ayat 100 dan 101. > > Q.S. 18:100, "dan Kami tampakkan Jahannam pada hari itu kepada > orang-orang kafir (Al-Kafiriin) dengan jelas." > > Q.S. 18:101, "yaitu orang-orang yang matanya dalam keadaan tertutup > dari 'zikri' (diterjemahkan di terjemahan qur'an bahasa Indonesia dengan > kata 'memperhatikan') terhadap tanda-tanda kebesaran-Ku, dan adalah > mereka tidak sanggup mendengar." > > Dari dua ayat di atas, kita dapatkan definisi qur'aniyyah dari kata > 'kafir'. Al-Kafiriin, atau orang-orang kafir, adalah mereka yang matanya > tertutup dari 'zikri' terhadap tanda-tanda kebesaran Allah, dan > telinganya tidak sanggup mendengar. > > Jika demikian, apakah orang yang kebetulan ketika lanjut usia ia menjadi > tuli atau menjadi buta karena usia tua, apakah ia berarti ditakdirkan > akan mati dalam keadaan kafir? Atau, jika seseorang kebetulan ditakdirkan > tuli atau buta sejak lahir, apakah artinya ia ditakdirkan untuk hidup > sebagai orang kafir? Sebab sama sekali bukan keinginannya untuk > dilahirkan sebagai orang buta atau tuli. Apakah Allah menakdrkannya kafir > karena kebetulan lahir sebagai orang tuli atau buta? > > Tentu jawabannya tidak. Jika demikian, betapa jahatnya Allah. Semua > orang, termasuk mereka yang buta atau tuli, diberi-Nya kesempatan untuk > mati kelak dalam keadaan diridhoi-Nya. > > Jika demikian, mata dan telinga mana yang tertutup? > > Jawabannya bisa kita dapatkan pada Al-Qur'an surat Al-Hajj (22) ayat 46. > > Q.S. 22:46, "Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu > mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau > mempunyai telinga yang dengan itu dapat mendengar? Karena sesungguhnya > bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah qalb-qalb mereka > (quluubun) yang ada di dalam dada." > > Dari definisi qur'an tersebut, yang disebut 'kafir' bukanlah orang yang > berbeda agama. Yang disebut kafir adalah mereka yang mata dan telinga di > dalam dadanya tidak berfungsi. Asal kata 'kafir' dan 'kufur' adalah > 'kafara' yang artinya 'tertutup' (kata ini diserab bahasa inggris menjadi > 'cover' artinya penutup). 'Kafir' adalah mereka masih yang tertutup dari > 'Al-Haqq' (kebenaran mutlak). > > Mata dan telinga yang di dalam dada, maksudnya adalah mata dan telinga > yang adanya bukan pada level jasad kita, tapi lebih dalam lagi. Mata dan > telinga yang dimaksud adalah mata dan telinga yang ada dalam qalb kita, > yang ada pada level jiwa (nafs). > > Kita mengetahui, bahwa ada tiga unsur yang dipersatukan dalam membentuk > satu manusia yang hidup, yaitu Ruh, Nafs (jiwa), dan Jasad. Jiwa inilah, > yang diabadikan dalam Q.S. 7:172, yang dahulu sekali disumpah di hadapan > Allah untuk menjadi saksi (syahid, perhatikan kata bahasa arabnya: > syahidna, kami bersaksi) mengenai siapakah Rabb mereka. > > Q.S. 7:172, "Dan (ingatlah) ketika Rabb-mu mengeluarkan anak-anak Adam > dari sulbi mereka dan Allah mengambil persaksian terhadap nafs-nafs > (jiwa-jiwa, anfusihim) mereka: "Bukankah aku ini Rabb-mu?" Mereka > menjawab, "Betul, kami bersaksi (syahidna)". > > Nafs, atau jiwa, inilah yang diminta persaksiannya dahulu, dan kelak akan > diminta pertanggungan jawabnya ketika mati. Sementara pada saat itu jasad > kita terurai menjadi tanah, dan ruh kembali pada-Nya. > > Dengan demikian, barangsiapa yang mata dan telinga yang ada dalam dadanya > ini belum berfungsi, pada dasarnya ia masih 'kafir', atau tertutup. Ia > tidak akan bisa memahami petunjuk Allah, karena petunjuk ini turun bukan > ke telinga dan mata jasad kita, tapi ke 'mata dan telinga' jiwa (nafs) > dalam qalb kita. > > Dasar dari hal ini bisa kita lihat dalam surat At-Taghabuun ayat 11: > > Q.S. 64:11, ". Dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Dia akan > memberi petunjuk kepada qalb nya (di terjemahan qur'an ditulis: 'kepada > hatinya')." > > Dan, barangsiapa yang mata dan telinga dalam dadanya belum berfungsi, dia > tidak akan mampu memahami Al-Qur'an dengan sebenar-benarnya, karena > Al-Qur'an sebenarnya bukan untuk dihafal dalam otak. Sebagaimana yang > dialami Rasulullah, Al-Qur'an diturunkan ke dalam dadanya. Rasulullah > seorang yang buta huruf, tapi bagaimana Beliau saw. bisa memahami > Al-Qur'an hingga ke hakikat terdalamnya? Karena Al-Qur'an sesungguhnya > ada dalam > dada, bukan dalam kepala. > > Q.S. 29:49, "Sebenarnya (Al-Qur'an) itu adalah ayat-ayat yang nyata > dalam dada orang-orang yang diberi ilmu." > > Dari data-data di atas, maka bisa kita pahami makna 'kafir'. Kata 'kafir' > bukan berarti mereka yang tidak beragama Islam. 'Kafir' adalah mereka > yang telinga dan mata dalam dadanya belum berfungsi, sehingga tertutup > dari Al-Haqq (kebenaran mutlak, kebenaran Ilahiyah). Dengan demikian, > bahkan saya sendiri masih kafir karena mata dan telinga jiwa saya belum > berfungsi dengan baik, belum sempurna dalam melihat tanda-tanda > kebesaran-Nya, dan belum memahami Al-Qur'an dengan sempurna. > > Karena saya sendiri masih kafir (atau masih banyak kekufuran yang ada > dalam diri saya), jelas tidak ada gunanya bagi saya untuk menyebut orang > lain, atau orang yang tidak beragama Islam, sebagai orang kafir. Hal ini > tidak akan menambah kebaikan apapun bagi diri saya, bahkan justru akan > menambah dosa saja. > > Apakah orang yang tidak beragama Islam semuanya tidak beriman? Belum > tentu. Kita harus berhati-hati sekali karena ada ayat-ayat ini dalam > Al-Qur'an. > > Q.S. 3:199, "Dan sesungguhnya di antara para ahli kitab ada orang yang > beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada mereka, sedang > mereka berendah hati kepada Allah, dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat > Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi > Rabb-nya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungannya." > > Q.S. 3:113, "Mereka itu tidak sama; di antara ahli kitab itu ada > golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa > waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud." Q.S.3:114, "Mereka > beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang > ma'ruf dan mencegah kepada yang munkar, dan bersegera kepada mengerjakan > kebaikan. Mereka itu termasuk orang-orang yang saleh." > > Jadi menurut saya, mengatakan kafir pada orang lain meskipun mudah di > lidah, bisa jadi merupakan hal yang beresiko besar untuk > dipertanggungjawabkan di hadapan Allah ta'ala kelak. > > > B. Makna 'Syuhada' > > Kata 'syuhada' sering diartikan sebagai orang yang gugur di medan perang. > Maka orang berlomba-lomba berperang karena ingin mati sebagai syuhada, > karena jaminannya surga. > > Ada sebuah hadits yang 'menggelitik': > > "Barangsiapa yang memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan benar > untuk mati syahid, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan memberikan > kedudukan sebagai syuhada meskipun ia meninggal di atas tempat tidurnya". > (Hadits Riwayat Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam > shahihnya, Al-Hakim dan ia menshahihkannya). > > Bagaimana mungkin mati di tempat tidur mendapatkan kematian seperti > seorang syuhada? > > Ini bisa kita pahami, jika kita teliti Al-Qur'an. Kata 'syuhada', akar > katanya sama dengan kata pada syahadat kita 'Asyhadu', artinya bersaksi, > mempersaksikan dengan sepenuh kepercayaan, dengan sepenuh keyakinan > (mengenai Tuhannya). Kata 'syuhada' tidak semata-mata berarti orang yang > mati di medan perang. Kata 'syuhada' berarti 'orang yang telah > mempersaksikan (dengan sebenar-benarnya)'. > > Di Al-Qur'an ayat 7 : 172 tadi, ketika Allah mengambil persaksian dari > jiwa-jiwa manusia, kata yang dipakai adalah 'Asyhadahum ala anfusihim', > mengambil persaksian atas jiwa-jiwa mereka. Dan jiwa-jiwa tersebut > menjawab, 'Qaalu, bala syahidna," benar, sesungguhnya kami bersaksi. > > Demikian pula kata yang sama (syuhada) dipakai dengan jelas di Q.S. > Al-Hadiid ayat 19, > > Q.S. 57:19, "Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasulnya, > mereka itu orang-orang Shiddiqiin dan 'syuhada inda Rabbihim' (menjadi > saksi di sisi rabb mereka)." > > Maka jelas bahwa 'syuhada' berarti orang yang mempersaksikan (kebenaran > Ilahiyah). Menjadi syuhada tidak harus melalui peperangan. Seorang yang > meninggal di atas tempat tidurnya pun bisa menjadi seorang syuhada, asal > ia benar-benar memintanya, sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas. > > Di zaman Rasulullah, mereka yang gugur ketika berniat mengorbankan jiwa > mereka untuk Allah melalui jalan yang tersedia dan dibutuhkan ummat pada > masa itu (berperang), yang pengorbanannya diterima oleh Allah, > dianugerahi sebuah 'penyaksian (akan kebenaran/Al-Haqq)' melalui gugurnya > mereka di medan perang. > > Dengan demikian, belum tentu setiap orang yang gugur di medan perang > adalah 'syuhada'. Juga hal ini berimplikasi bahwa banyak cara lain > menjadi seorang 'syuhada' selain melalui peperangan. > > Semoga bermanfaat, > > Herry Mardian, > 17 Februari 2006. > http://suluk.blogsome.com > > > > *************************************************************************** > Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia > yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. > http://groups.yahoo.com/group/ppiindia > *************************************************************************** > __________________________________________________________________________ > Mohon Perhatian: > > 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) > 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. > 3. Reading only, http://dear.to/ppi > 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx > 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx > 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx > > Yahoo! Groups Links > > > > > > *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **