** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.kompas.com/kompas-cetak/0602/20/utama/2449201.htm "Indonesia Inc"(Bersatu Padu) Faisal Basri Nasib industri manufaktur kita sedang di ujung tanduk. Pertumbuhan sektor ini selama tahun 2005 terus melorot. Pada triwulan pertama tahun 2005 industri manufaktur sebetulnya masih cukup perkasa dan sangat menjanjikan, sebagai ujung tombak pemulihan ekonomi tatkala mencatat pertumbuhan di atas tujuh persen. Namun, pada tiga triwulan selanjutnya melemah, menjadi 6,7 persen pada triwulan II, lalu 5,6 persen pada triwulan III, dan hanya 2,9 persen pada triwulan IV. Anjloknya pertumbuhan industri manufaktur terjadi setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), yang mulai berlaku tanggal 1 Oktober 2005. Kemerosotan yang berlanjut inilah yang menyebabkan sektor industri manufaktur hanya tumbuh 4,6 persen sepanjang tahun 2005. Kita patut mewaspadai kecenderungan yang tak menggembirakan ini karena dua alasan. Pertama, pertumbuhan sektor industri manufaktur pada tahun 2005 lebih rendah daripada pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang 5,6 persen. Di negara-negara yang sedang dalam proses berindustri (industrializing) seperti Indonesia, umumnya ditemukan pola pertumbuhan industri manufaktur yang lebih tinggi ketimbang pertumbuhan PDB. Jika terjadi sebaliknya, kelangsungan industrialisasi akan terganggu sehingga menghambat gerak maju perekonomian. Kedua, mengingat porsi sektor industri manufaktur hampir mencapai sepertiga dari PDB, maka pelemahan sektor ini akan berdampak cukup signifikan terhadap pertumbuhan PDB dan berbagai aspek dalam perekonomian, seperti penyerapan tenaga kerja dan penerimaan devisa dari ekspor. Jenis-jenis industri manufaktur yang pada tahun 2005 paling terpukul adalah produk-produk kayu dan hasil hutan serta besi dan baja. Kedua sektor ini mengalami kemerosotan produksi atau pertumbuhan negatif. Sementara itu, setidaknya ada tiga jenis industri yang pertumbuhannya rendah atau lebih kecil daripada pertumbuhan rata-rata industri, yakni industri makanan dan minuman; industri tekstil, kulit, dan alas kaki; serta industri kertas dan percetakan. Industri yang menikmati pertumbuhan tinggi adalah industri alat transpor, pupuk, dan semen. Dari gambaran di atas tampak bahwa yang mengalami pertumbuhan negatif dan pertumbuhan rendah adalah industri-industri yang lebih sensitif terhadap kenaikan harga BBM. Industri-industri tersebut juga pada umumnya tidak efisien, dalam arti nisbah input terhadap output relatif tinggi (di atas 50 persen). Dihadapkan pada kedua karakteristik ini, industri-industri tersebut tidak memiliki keleluasaan berjibaku atau bermanuver jika terjadi kenaikan tambahan pada komponen biaya lainnya. Kemampuan bermanuver semakin sempit mengingat industri-industri itu berhadapan dengan struktur pasar kompetitif. Karena itu, tekanan kenaikan biaya tak bisa dikompensasikan dengan cara menaikkan harga karena ketatnya persaingan, baik dari produsen dalam negeri maupun produsen luar negeri. Tekanan serupa tak dialami oleh industri-industri yang melaju kencang, seperti industri semen dan industri pupuk yang jumlah pesaingnya sangat sedikit. Pergeseran struktur Kita menyadari bahwa perubahan lingkungan internal (dalam negeri) maupun eksternal (luar negeri) mau tak mau akan menyebabkan terjadinya pergeseran struktur di dalam sektor industri itu sendiri. Jenis-jenis industri yang tak efisien, karena tak didukung faktor keunggulan komparatif, lambat laun akan menjadi industri senja (sunset). Sementara itu, jenis-jenis industri yang ditopang karunia sumber (faktor endowment) dan keunggulan komparatif yang kokoh akan memiliki potensi untuk menghimpun energi lebih banyak sehingga bisa menyeruak dari berbagai macam impitan. Sampai batas-batas tertentu, ruang gerak bagi terjadinya proses perubahan struktur di dalam industri (intra-industri) bisa dibiarkan berlangsung secara alamiah asalkan dalam rangka menumbuhkan struktur industri yang lebih kokoh dan berdaya saing tinggi. Pemerintah tak perlu campur tangan dengan mengeluarkan seperangkat kebijakan industrial maupun kebijakan ekonomi untuk mengatrol kinerja suatu industri yang sedang lunglai karena memang tak punya pijakan kuat. Apalagi kalau kebijakan-pemerintah-"memilih pemenang" (picking the winner) menyebabkan industri-industri lainnya terdesak. Untuk menjamin mekanisme pasar bisa diandalkan dalam rangka melakukan seleksi alamiah, harus dipastikan terlebih dahulu bahwa sejumlah prasyarat terpenuhi. Pertama, tak ada rintangan yang berasal dari kebijakan pemerintah. Misalnya, struktur tarif yang tidak harmonis sehingga mematikan industri dalam negeri karena mengalami tingkat proteksi efektif yang negatif. Hal ini bisa terjadi karena bea masuk untuk bahan baku lebih tinggi ketimbang bea masuk untuk barang jadinya. Pemerintah memang mulai melakukan harmonisasi tarif bea masuk. Namun, tampaknya masih ditemukan banyak tumpang tindih atau ketidaksinkronan akibat pemberian konsesi yang berbeda-beda antara perjanjian di bawah kerangka multilateral, regional, dan bilateral. Ketidaksinkronan ini merupakan salah satu penyebab makin banyak pengusaha merelokasikan pabriknya ke luar negeri, atau beralih dari produsen menjadi importir-pedagang. Kedua, kebijakan-kebijakan yang kontradiktif di antara kementerian yang berbeda. Bahkan Menteri Perindustrian mengeluhkan kenyataan terjadinya perbedaan perspektif antara Departemen Pertanian dan Departemen Perindustrian dalam memajukan sektor riil. Ia mencontohkan kontradiksi yang terjadi dalam perlakuan terhadap komoditas biji kakao. Di satu pihak, Departemen Perindustrian menekankan pada pemanfaatan komoditas biji kakao sebagai bahan baku bagi industri cokelat. Di lain pihak, Departemen Pertanian lebih memprioritaskan pengembangan komoditas kakao untuk ekspor. Akibat perbedaan cara pandang ini, ada penerapan kebijakan fiskal yang kontradiktif (The Jakarta Post, 16 Februari 2006). Apa pun alasannya, praktik demikian tak sepatutnya terjadi. Namun, agaknya kurang bijak pula kalau kita mengambil kesimpulan bahwa industri pengolahan cokelat secara otomatis akan berkembang pesat seandainya pemerintah mengenakan pajak ekspor yang tinggi terhadap komoditas kakao, atau membebaskan pajak pertambahan nilai atas komoditas kakao yang digunakan sebagai bahan baku industri pengolahan cokelat. Pengusaha tentu saja akan tergiur menikmati harga produk olahan yang mencapai 4.500 dollar AS per ton ketimbang mengekspor cokelat mentah yang belum diolah yang harganya cuma 1.100 dollar AS. Hampir bisa dipastikan bahwa pengusaha kurang antusias mengolah kakao karena sedemikian banyak rintangan dalam mendirikan dan mengoperasikan pabrik pengolahan cokelat. Negara dan pasar Saatnya pemerintah berlapang dada mengakui kesalahan-kesalahan yang selama ini dilakukannya. Namun, lebih penting lagi adalah merapikan segala sesuatu yang masih karut-marut, menyatukan cara pandang sehingga padu dalam segala langkah dan gerak, serta menyingkirkan segala hambatan dan rintangan untuk mendinamiskan sektor riil. Tidak pada tempatnya untuk saling menyalahkan, bahkan saling menghardik dan mengancam. Seluruh kekuatan harus bersatu padu mewujudkan Indonesia Inkorporasi. Langkah pertama adalah menempatkan peran negara dan peran pasar secara proporsional. Lebih mengedepankan mekanisme pasar dalam menggerakkan roda perekonomian tak berarti menempatkan negara dalam posisi yang semakin lemah. Perbedaan konsep tentang peran pasar dan peran negara masih kerap terjadi. Dalam kasus kebijakan tentang tarif dasar listrik (TDL), misalnya, tak sepatutnya pemerintah membiarkan PT PLN dan kalangan konsumen industri atau usaha melakukan negosiasi berdasarkan pendekatan business to business, karena bagaimanapun posisi PLN sebagai monopolis tak memungkinkan terjadinya kekuatan tawar menawar yang bersifat simetris. [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **