[nasional_list] [ppiindia] Ekonomi Sedang Melemah

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sun, 19 Feb 2006 23:24:06 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.kompas.com/kompas-cetak/0602/20/opini/2447845.htm

 
Ekonomi Sedang Melemah 


M Sadli

Prospek ekonomi tahun 2006 harus dihadapi dengan kesabaran. Sejak pertengahan 
tahun 2005, ekonomi Indonesia melemah. Kecenderungan itu masih akan berlanjut 
satu atau dua kuartal pertama tahun 2006.

Secara keseluruhan laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tahun 2005 tak 
akan mencapai enam persen setahun, angka sekitar 5,5 persen barangkali lebih 
realistis. Ada beberapa penyebab utama, tetapi penyebab utama kelambanan ini 
adalah dampak harga minyak dunia yang menggila, yang berpengaruh dengan keadaan 
di dalam negeri, sehingga pemerintah harus menaikkan harga bahan bakar minyak 
(BBM) hingga dua kali dalam satu tahun.

Sementara itu, melemahnya kurs rupiah juga ada pengaruhnya karena Bank 
Indonesia harus menaikkan suku bunga dan ini berdampak kepada investasi. Ekspor 
juga sedikit melambat. Pertumbuhan ekspor yang harus mendukung laju pertumbuhan 
ekonomi harus di atas 10 persen setahun, tetapi kenyataannya yang dicapai masih 
di bawah ambang itu.

Lumayan

Pada akhirnya, pertumbuhan ekonomi sekitar lima setengah persen setahun tentu 
saja masih lumayan dan kinerja ekonomi Indonesia juga tidak lebih jelek 
daripada di negara-negara tetangganya.

Asia Tenggara yang biasanya merupakan kawasan pertumbuhan ekonomi yang tinggi 
belakangan ini kalah pamornya terhadap China, India, dan Vietnam. Investor 
asing kini lebih banyak melirik China dan Vietnam ketimbang ke Asia Tenggara.

Khusus bagi Indonesia, perhatian Barat masih lebih besar karena eksperimen 
demokrasinya dianggap penting. Tetapi, "Barat bermuka dua: sentimen politiknya 
tertuju ke Indonesia, tetapi modal investasinya menuju China dan Vietnam". Oleh 
pemodal, stabilitas dipandang lebih penting daripada demokrasi.

Namun, Indonesia tidak bisa membalikkan zaman. Sekali merangkul sistem 
demokrasi politik, tidak bisa kembali ke zaman otoriter dari era Soeharto meski 
yang terakhir ini lebih efektif dalam mendukung pembangunan ekonomi.

India juga lama sekali mengalami stagnasi ekonomi meski dipuji Barat karena 
sistem politiknya demokratis. Belakangan, India berhasil menggenjot laju 
pertumbuhan ekonomi hingga tingkat tujuh persen setahun. Kuncinya, sama seperti 
rumus yang diterapkan di Indonesia pada pertengahan tahun 1980-an, yakni 
deregulasi dan debirokratisasi. Dalam hal ini India telah "belajar dari 
Indonesia" sambil mempertahankan sistem demokrasi politiknya. Rumus India yang 
berhasil kini harus ditiru Indonesia. Sayang, Indonesia jauh tertinggal dari 
China dan India dalam pengembangan teknologi.

Agar angka pengangguran bisa menurun, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia harus 
mencapai minimal enam dan tujuh persen setahun. Dalam zaman Soeharto, 
pertumbuhan ekonomi bisa mencapai rata-rata di atas tujuh persen setahun 
sehingga potensinya ada. Mundurnya kinerja ekonomi adalah akibat reformasi, 
yang di satu pihak membawa demokrasi politik yang baik, tetapi dampak 
sampingannya adalah tertib sosial menjadi mundur.

Apakah di masa datang, di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, 
efektivitas pemerintahan akan mengalami peningkatan, dan pemerintah bisa lebih 
menjamin tata tertib sosial serta kepastian policy dan hukum?

Jawaban atas pertanyaan ini tidaklah mudah. Ada ciri dalam kepribadian SBY yang 
kurang menguntungkan: ia sering bimbang dan memerlukan waktu lama untuk 
mencapai keputusan. Kelemahan intrinsik ini mungkin bisa dikompensasi dengan 
susunan kabinet yang lebih kuat.

Dalam hal ini, kecenderungan pertama SBY juga kurang tepat. Ia lebih 
mementingkan dukungan dari partai politik di DPR yang ditawari sejumlah posisi 
di kabinet ketimbang menyusun barisan menteri berdasar kemampuan dan 
profesionalitasnya.

Namun, setelah pilihan pertama terbukti kurang menguntungkan, sikapnya bisa 
berubah. Dalam hal ini pengaruh Wakil Presiden dan beberapa menteri kunci, 
seperti Boediono dan Sri Mulyani, bisa menentukan. Peluangnya cukup besar 
karena Sri Mulyani maupun Boediono mendapat kepercayaan Presiden.

Pengaruh IMF

Salah suatu yang sering kontroversial adalah pengaruh IMF dan Bank Dunia. Sri 
Mulyani pernah menjadi direktur eksekutif IMF, dan Boediono sudah biasa sekali 
berinteraksi dengan lembaga-lembaga internasional ini. Di lain pihak, sebagian 
kalangan masyarakat tidak terlalu suka bila Indonesia berhubungan dekat dengan 
badan-badan internasional ini karena curiga membawa pesan dari Washington DC 
(Amerika Serikat).

Di satu pihak, para ekonom Indonesia, yang sudah banyak makan garam, pasti bisa 
membedakan, mana kepentingan nasional yang harus dibela dan mana kepentingan 
internasional yang harus diwaspadai. Di lain pihak, bisa juga dipertanyakan, 
andaikata tidak ada IMF dan Bank Dunia, apakah ada jaminan garis ekonomi 
Pemerintah Indonesia pasti lebih baik karena lebih bebas?

Kebijakan ekonomi bisa cenderung mendukung ekonomi terbuka, artinya integrasi 
dengan ekonomi dunia, atau cenderung lebih menutup ekonomi dengan memberi 
proteksi berlebihan? Contoh terakhir adalah Myanmar. Contoh terbaik imbangan 
antara usaha memupuk daya saing internasional dan proteksi beberapa sektor 
dalam negeri adalah China. Daya saing perusahaan China begitu besar sehingga 
pasar AS, Eropa, dan Jepang dibanjiri produk-produk China.

Dulu, saat China dan India masih tertutup, Asia Tenggara dan Indonesia 
mengalami kemajuan lebih tinggi karena tidak ada saingan di pasar dunia. Kini 
posisi Indonesia di belakang Cina dan India.

Mengingat ekonomi Indonesia pada semester pertama 2006 masih menanggung 
beban-beban dari tahun 2005 (terutama dampak kenaikan harga BBM), maka amat 
mungkin laju pertumbuhan PDB 2006 kira-kira masih seperti tahun 2005, di bawah 
enam persen setahun. Baru pada tahun 2007 diharapkan ada kebangkitan.

Menyadari keterbatasan kemampuan pemerintah, Menko Perekonomian Boediono benar 
jika ia menekankan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi selama 2006. Inflasi 
harus dikekang. Jika pemerintah berhasil mengekang inflasi, iklim investasi 
akan menjadi lebih baik.

Pemerintah juga sudah memberi isyarat untuk memperbaiki iklim investasi harus 
dilakukan reformasi di tiga bidang, yakni perpajakan, hubungan perburuhan, dan 
bidang otonomi daerah. Pemerintah harus membuktikan, dalam tiga bulan 
mendatang, perubahan tata main di ketiga bidang ini terlaksana.

Lalu, apa yang bisa dilakukan pemerintah melalui instrumen utamanya, yakni 
anggaran belanja? Suatu operasi berat sudah dilakukan, yakni penyesuaian harga 
BBM sehingga subsidi BBM tidak menggila (pada APBN bisa mencapai Rp 100 triliun 
lebih jika tak ada perubahan). Penerimaan tambahan sekitar Rp 50 triliun dari 
penyesuaian harga BBM harus dikeluarkan untuk menambah spending di beberapa 
sektor sosial (terutama pendidikan, kesehatan) dan untuk infrastruktur.

Soal anggaran, pemerintah tidak bisa menggenjot sektor industri, kecuali 
pengeluaran guna memperbaiki transportasi dari sentra industri ke pelabuhan. 
Dengan APBN terbatas, pemerintah lebih baik memprioritaskan pengeluaran untuk 
menggenjot sektor pertanian.

Melambannya laju pertumbuhan ekonomi, banyak disebabkan rendahnya pertumbuhan 
sektor pertanian (kurang dari tiga persen setahun). Sektor ini tidak bisa 
tumbuh cepat tanpa intervensi pemerintah. Infrastruktur pedesaan harus 
ditingkatkan. Pemerintah sedang menggalakkan pembangunan infrastruktur besar 
(jalan tol, pelabuhan, listrik, dan sebagainya) dengan investasi swasta.

Ini bisa saja dilakukan. Tetapi, masyarakat harus menerima bahwa nanti ada 
tarif lebih tinggi untuk menggunakan fasilitas itu. Mengingat kini ada banyak 
sumber lain bagi "ekonomi biaya tinggi" (terutama pungutan di daerah), maka 
pemerintah pusat harus bisa mencari keseimbangan. Maka, yang diperlukan adalah 
pemerintah yang kuat, yang bisa menjaga ketertiban di masyarakat.

M Sadli 
Ekonom Senior, Mantan Menteri


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Ekonomi Sedang Melemah