** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **http://www.kompas.com/kompas-cetak/0602/20/opini/2447845.htm Ekonomi Sedang Melemah M Sadli Prospek ekonomi tahun 2006 harus dihadapi dengan kesabaran. Sejak pertengahan tahun 2005, ekonomi Indonesia melemah. Kecenderungan itu masih akan berlanjut satu atau dua kuartal pertama tahun 2006. Secara keseluruhan laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tahun 2005 tak akan mencapai enam persen setahun, angka sekitar 5,5 persen barangkali lebih realistis. Ada beberapa penyebab utama, tetapi penyebab utama kelambanan ini adalah dampak harga minyak dunia yang menggila, yang berpengaruh dengan keadaan di dalam negeri, sehingga pemerintah harus menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) hingga dua kali dalam satu tahun. Sementara itu, melemahnya kurs rupiah juga ada pengaruhnya karena Bank Indonesia harus menaikkan suku bunga dan ini berdampak kepada investasi. Ekspor juga sedikit melambat. Pertumbuhan ekspor yang harus mendukung laju pertumbuhan ekonomi harus di atas 10 persen setahun, tetapi kenyataannya yang dicapai masih di bawah ambang itu. Lumayan Pada akhirnya, pertumbuhan ekonomi sekitar lima setengah persen setahun tentu saja masih lumayan dan kinerja ekonomi Indonesia juga tidak lebih jelek daripada di negara-negara tetangganya. Asia Tenggara yang biasanya merupakan kawasan pertumbuhan ekonomi yang tinggi belakangan ini kalah pamornya terhadap China, India, dan Vietnam. Investor asing kini lebih banyak melirik China dan Vietnam ketimbang ke Asia Tenggara. Khusus bagi Indonesia, perhatian Barat masih lebih besar karena eksperimen demokrasinya dianggap penting. Tetapi, "Barat bermuka dua: sentimen politiknya tertuju ke Indonesia, tetapi modal investasinya menuju China dan Vietnam". Oleh pemodal, stabilitas dipandang lebih penting daripada demokrasi. Namun, Indonesia tidak bisa membalikkan zaman. Sekali merangkul sistem demokrasi politik, tidak bisa kembali ke zaman otoriter dari era Soeharto meski yang terakhir ini lebih efektif dalam mendukung pembangunan ekonomi. India juga lama sekali mengalami stagnasi ekonomi meski dipuji Barat karena sistem politiknya demokratis. Belakangan, India berhasil menggenjot laju pertumbuhan ekonomi hingga tingkat tujuh persen setahun. Kuncinya, sama seperti rumus yang diterapkan di Indonesia pada pertengahan tahun 1980-an, yakni deregulasi dan debirokratisasi. Dalam hal ini India telah "belajar dari Indonesia" sambil mempertahankan sistem demokrasi politiknya. Rumus India yang berhasil kini harus ditiru Indonesia. Sayang, Indonesia jauh tertinggal dari China dan India dalam pengembangan teknologi. Agar angka pengangguran bisa menurun, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia harus mencapai minimal enam dan tujuh persen setahun. Dalam zaman Soeharto, pertumbuhan ekonomi bisa mencapai rata-rata di atas tujuh persen setahun sehingga potensinya ada. Mundurnya kinerja ekonomi adalah akibat reformasi, yang di satu pihak membawa demokrasi politik yang baik, tetapi dampak sampingannya adalah tertib sosial menjadi mundur. Apakah di masa datang, di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, efektivitas pemerintahan akan mengalami peningkatan, dan pemerintah bisa lebih menjamin tata tertib sosial serta kepastian policy dan hukum? Jawaban atas pertanyaan ini tidaklah mudah. Ada ciri dalam kepribadian SBY yang kurang menguntungkan: ia sering bimbang dan memerlukan waktu lama untuk mencapai keputusan. Kelemahan intrinsik ini mungkin bisa dikompensasi dengan susunan kabinet yang lebih kuat. Dalam hal ini, kecenderungan pertama SBY juga kurang tepat. Ia lebih mementingkan dukungan dari partai politik di DPR yang ditawari sejumlah posisi di kabinet ketimbang menyusun barisan menteri berdasar kemampuan dan profesionalitasnya. Namun, setelah pilihan pertama terbukti kurang menguntungkan, sikapnya bisa berubah. Dalam hal ini pengaruh Wakil Presiden dan beberapa menteri kunci, seperti Boediono dan Sri Mulyani, bisa menentukan. Peluangnya cukup besar karena Sri Mulyani maupun Boediono mendapat kepercayaan Presiden. Pengaruh IMF Salah suatu yang sering kontroversial adalah pengaruh IMF dan Bank Dunia. Sri Mulyani pernah menjadi direktur eksekutif IMF, dan Boediono sudah biasa sekali berinteraksi dengan lembaga-lembaga internasional ini. Di lain pihak, sebagian kalangan masyarakat tidak terlalu suka bila Indonesia berhubungan dekat dengan badan-badan internasional ini karena curiga membawa pesan dari Washington DC (Amerika Serikat). Di satu pihak, para ekonom Indonesia, yang sudah banyak makan garam, pasti bisa membedakan, mana kepentingan nasional yang harus dibela dan mana kepentingan internasional yang harus diwaspadai. Di lain pihak, bisa juga dipertanyakan, andaikata tidak ada IMF dan Bank Dunia, apakah ada jaminan garis ekonomi Pemerintah Indonesia pasti lebih baik karena lebih bebas? Kebijakan ekonomi bisa cenderung mendukung ekonomi terbuka, artinya integrasi dengan ekonomi dunia, atau cenderung lebih menutup ekonomi dengan memberi proteksi berlebihan? Contoh terakhir adalah Myanmar. Contoh terbaik imbangan antara usaha memupuk daya saing internasional dan proteksi beberapa sektor dalam negeri adalah China. Daya saing perusahaan China begitu besar sehingga pasar AS, Eropa, dan Jepang dibanjiri produk-produk China. Dulu, saat China dan India masih tertutup, Asia Tenggara dan Indonesia mengalami kemajuan lebih tinggi karena tidak ada saingan di pasar dunia. Kini posisi Indonesia di belakang Cina dan India. Mengingat ekonomi Indonesia pada semester pertama 2006 masih menanggung beban-beban dari tahun 2005 (terutama dampak kenaikan harga BBM), maka amat mungkin laju pertumbuhan PDB 2006 kira-kira masih seperti tahun 2005, di bawah enam persen setahun. Baru pada tahun 2007 diharapkan ada kebangkitan. Menyadari keterbatasan kemampuan pemerintah, Menko Perekonomian Boediono benar jika ia menekankan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi selama 2006. Inflasi harus dikekang. Jika pemerintah berhasil mengekang inflasi, iklim investasi akan menjadi lebih baik. Pemerintah juga sudah memberi isyarat untuk memperbaiki iklim investasi harus dilakukan reformasi di tiga bidang, yakni perpajakan, hubungan perburuhan, dan bidang otonomi daerah. Pemerintah harus membuktikan, dalam tiga bulan mendatang, perubahan tata main di ketiga bidang ini terlaksana. Lalu, apa yang bisa dilakukan pemerintah melalui instrumen utamanya, yakni anggaran belanja? Suatu operasi berat sudah dilakukan, yakni penyesuaian harga BBM sehingga subsidi BBM tidak menggila (pada APBN bisa mencapai Rp 100 triliun lebih jika tak ada perubahan). Penerimaan tambahan sekitar Rp 50 triliun dari penyesuaian harga BBM harus dikeluarkan untuk menambah spending di beberapa sektor sosial (terutama pendidikan, kesehatan) dan untuk infrastruktur. Soal anggaran, pemerintah tidak bisa menggenjot sektor industri, kecuali pengeluaran guna memperbaiki transportasi dari sentra industri ke pelabuhan. Dengan APBN terbatas, pemerintah lebih baik memprioritaskan pengeluaran untuk menggenjot sektor pertanian. Melambannya laju pertumbuhan ekonomi, banyak disebabkan rendahnya pertumbuhan sektor pertanian (kurang dari tiga persen setahun). Sektor ini tidak bisa tumbuh cepat tanpa intervensi pemerintah. Infrastruktur pedesaan harus ditingkatkan. Pemerintah sedang menggalakkan pembangunan infrastruktur besar (jalan tol, pelabuhan, listrik, dan sebagainya) dengan investasi swasta. Ini bisa saja dilakukan. Tetapi, masyarakat harus menerima bahwa nanti ada tarif lebih tinggi untuk menggunakan fasilitas itu. Mengingat kini ada banyak sumber lain bagi "ekonomi biaya tinggi" (terutama pungutan di daerah), maka pemerintah pusat harus bisa mencari keseimbangan. Maka, yang diperlukan adalah pemerintah yang kuat, yang bisa menjaga ketertiban di masyarakat. M Sadli Ekonom Senior, Mantan Menteri [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **