[nasional_list] [ppiindia] Hutan Rusak, Rawan Pangan di Depan Mata

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Mon, 17 Jul 2006 00:51:56 +0200

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/7/17/o1.htm


Hutan Rusak, Rawan Pangan di Depan Mata


MENGABAIKAN irama alam dalam proses pembangunan di Bali, dampaknya sangat fatal 
yakni bencana. Apakah itu bencana tanah longsor, banjir, kekeringan maupun 
rawan pangan. Ini harus dibayar mahal dan yang paling menderita adalah rakyat 
kecil. Untuk itulah perlu ada kesinambungan menjaga alam Bali dan penegakan 
supremasi hukum secara tegas.
Melintasi jalan raya Bedugul tahun 1980-an, pemandangannya ibarat berada di 
daerah wisata alam di Puncak, Jawa Barat. Alam yang hijau, sejuk dengan 
pemandangan pegunungan, serta deretan puncak bukit dan lembah di daerah 
bawahnya sungguh mempesona. Tetapi apa yang kita lihat sekarang di tempat ini? 
Banyak vila. Hutan yang semestinya untuk reservasi air, ditebas untuk 
pembangunan fasilitas pariwisata. Perusakan hutan besar-besaran juga terjadi di 
Denpasar. Puluhan hektar hutan bakau di Jalan By-pass Ngurah Rai dibabat dan 
kini beralih fungsi. Tebing-tebing di daerah aliran sungai (DAS) di Kedewatan 
dan Payangan, Gianyar juga berubah fungsi menjadi hotel. Sungguh pemandangan 
yang tak sedap lagi.

Kabupaten Tabanan yang dulunya menjadi trade mark lumbungnya beras di Bali, 
kini mulai terancam. Bupati Tabanan Adi Wiryatama di harian ini mengakui 
terjadi penurunan debit air di wilayahnya. Ini bisa mempengaruhi produksi beras 
di Tabanan. Ancaman rawan pangan sudah di depan mata.

Kita tentu tidak ingin kekeringan seperti di Jawa Tengah juga terjadi di Bali. 
Untuk mengatasi persoalan ini bukan hanya tugas Bupati Tabanan, tetapi kita 
semua.

 Kedahsyatan banjir, angin puyuh, tanah longsor, seringkali datang menyeruak 
tanpa permisi, sehingga masyarakat sulit melakukan antisipasi.

 Jangankan untuk membawa harta benda, untuk keselamatannya pun masyarakat 
membutuhkan perjuangan. 

Selama ini kita melihat kemajuan dalam reformasi pengelolaan alam di Bali masih 
sangat lamban. Ini terjadi karena banyaknya oknum pejabat di Bali ''bermain'' 
untuk kepentingan investor pariwisata dan industri ikutannya yang haus akan 
lahan. Revolusi hijau yang dilaksanakan para leluhur di Bali tidak bisa 
disandingkan dengan konsep kapitalisme. Masyarakat Bali tidak menolak investor, 
tetapi investor yang bagaimana yang diperlukan Bali, itulah yang pelu 
dirumuskan para petinggi Bali. Jika investor lokal bisa, mengapa harus orang 
luar yang hanya merusak Bali?

Gerakan untuk memperbaiki hutan yang rusak tak ubahnya melakukan revolusi 
budaya. Ujung tombaknya adalah krama Bali, baik perorangan maupun sebagai 
institusi, baik di pemerintahan maupun di perusahaan swasta/Badan Usaha Milik 
Negara (BUMN). 

Untuk menyelamatkan air dan hutan tidak dapat dilakukan dengan gerakan 
seremonial ramai-ramai menanam pohon. Diperlukan gerakan yang berkesinambungan 
dengan melibatkan masyarakat. Artinya, masyarakat diberikan tanggung jawab dan 
insentif untuk memelihara pohon itu hingga tumbuh besar.

Tanpa adanya insentif untuk masyarakat, potensi terbuang-buangnya dana 
reboisasi itu sangatlah besar dengan kegagalan tumbuhnya tanaman. Sepanjang 
konsep reboisasi itu tidak bisa ditetapkan dan wilayah yang hendak dihijaukan 
tidak diumumkan secara terbuka, maka sangat mungkin akan terjadi penyelewengan. 
Belum lagi kita bicara siapa pihak yang akan melaksanakan dan siapa pula yang 
akan mengawasinya. Sebab, reboisasi itu bukan hanya urusan menanam, tetapi apa 
jenis tanamannya dan bagaimana merawatnya. Melalui roboisasi hutan ini, 
diharapkan curahan hujan yang turun dapat ditahan sehingga curah hujan tidak 
seluruhnya mengalir lepas menuju sungai dan menggerus lahan, tetapi dapat 
tersimpan ke dalam tanah menjadi cadangan air. Dari sebagian curah hujan yang 
tersimpan di dalam tanah ini nantinya air akan keluar melalui mata air. Dengan 
demikian dapat mengeliminasi masalah kekeringan. 

 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Yahoo! Groups gets a make over. See the new email design.
http://us.click.yahoo.com/XISQkA/lOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Hutan Rusak, Rawan Pangan di Depan Mata