[nasional_list] [ppiindia] HMI, Dulu, Kini, dan Masa Datang

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Wed, 22 Feb 2006 01:56:00 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.kompas.com/kompas-cetak/0602/22/opini/2458394.htm

 
HMI, Dulu, Kini, dan Masa Datang 


Sulastomo



Ketika seorang mahasiswa, Lafran Pane, mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam pada 
tahun 1947, sebagian besar mahasiswa yang diajaknya untuk ikut serta adalah 
para mahasiswa di perguruan tinggi "umum". Mereka mendirikan HMI, antara lain, 
justru karena ingin belajar "Islam".

Dan, mungkin sebuah ide yang cemerlang saat mereka merumuskan pendirian HMI.

Harapan

Organisasi mahasiswa itu dideklarasikan (antara lain) sebagai organisasi 
mahasiswa yang independen, kader umat dan bangsa, non-praktis politik dan tidak 
menjadi onderbouw sebuah partai politik, termasuk partai politik Islam.

Wajar jika Jenderal (Besar) Sudirman saat itu menyambut HMI sebagai (H)arapan 
(M)asyarakat (I)ndonesia karena dalam HMI berkumpul orang terpelajar, yang 
tentunya diharapkan dapat memberi manfaat bagi masa depan bangsanya. Ada warna 
ke-Islaman dan kebangsaan sejak kelahirannya.

Tidak mengherankan jika, ketika RI menghadapi perang kemerdekaan melawan 
Belanda, mereka juga mendirikan pasukan bersenjata yang dikenal sebagai Corp 
Mahasiswa.

Dengan cita-cita pendirian HMI seperti itu, harus diakui, tidaklah mudah 
memegang khittah HMI di tengah lingkungan keumatan dan kebangsaan selama ini. 
"Pluralisme" yang mewarnai umat dan bangsa tentu menyulitkan formula HMI 
sebagai kader umat dan bangsa.

Dalam perjalanannya, HMI selalu ditarik ke kanan dan ke kiri untuk berpihak 
kepada salah satu kekuatan umat dan bangsa. Sikap independen sering menjadi 
pertaruhan tidak mudah. Tidak jarang HMI dikesankan sebagai tidak independen 
lagi.

Perbedaan pandangan

Ketika Mas Dahlan Ranuwihardjo (almarhum) mengundang Bung Karno ke HMI (1952), 
banyak kalangan umat Islam menilai HMI sebagai sudah kurang aspiratif terhadap 
cita-cita umat Islam, terutama terkait cita-cita negara Islam yang saat itu 
sedang diperjuangkan partai-partai Islam yang ada, yaitu Masyumi, NU, PSII, dan 
Perti.

Perbedaan pandangan seperti itu memiliki akar mendasar. Dalam pandangan HMI 
setidaknya Mas Dahlan gagasan negara Islam bukan tujuan HMI. Mengesankan, 
wawasan kebangsaan HMI sering lebih mengemuka ketika wawasan keumatan (baca: 
Partai Islam) dan kebangsaan berhadapan.

Dapatkah disimpulkan bahwa HMI lebih mementingkan kepentingan nasional 
dibandingkan dengan kepentingan umat?

Tidak berlebih; dalam wadah kepentingan nasional, sebenarnya harus tercakup 
kepentingan umat, mengingat rakyat Indonesia sebagian besar adalah pemeluk 
Islam. Antara kepentingan umat dan kepentingan nasional sebenarnya tidak perlu 
dipertentangkan. Dan, benar, keduanya bermuara pada rumusan Pancasila sebagai 
dasar negara.

Godaan politik

Godaan yang sering dihadapai adalah godaan politik. Prinsip non-praktis politik 
tidaklah berarti HMI buta politik. Prinsip non-praktis politik berarti politik 
HMI adalah nilai-nilai, apa yang terbaik bagi umat dan bangsa, bukan memasuki 
lembaga politik yang sudah merupakan kancah politik praktis.

Hal itu antara lain dimanifestasikan melalui sikap Ismael Hasan Metareum, Ketua 
Umum HMI saat itu, yang tidak bersedia menjadi anggota Dewan Nasional yang 
dibentuk Presiden Soekarno karena lembaga itu sudah menjadi lembaga politik 
praktis.

Sebaliknya, HMI ikut berperan dalam lahirnya partai politik baru di awal orde 
baru karena terjadinya representasi politik yang timpang setelah Masyumi 
dibubarkan tahun 1960. Meski demikian, HMI tetap bersikap independen dan hanya 
mendorong alumni HMI yang sejalan dengan aspirasi partai politik baru (Partai 
Muslimin Indonesia) untuk bergabung dalam partai politik itu.

Ujian paling berat barangkali saat HMI dituntut untuk bubar oleh Concentrasi 
Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI), sebuah organisasi mahasiswa di bawah 
pengaruh Partai Komunis Indonesia (PKI).

Bagaimana HMI harus tetap bersikap independen sebagai kader umat dan bangsa 
serta tetap memegang garis non-praktis politik, sementara harus menghadapi arus 
politik yang kuat, bahkan terkait perebutan kekuasaan politik di Indonesia?

HMI dianggap menjadi penghalang terakhir bagi PKI untuk menuju kekuasaan. 
Karena itu, di hadapan Presiden Soekarno, Ketua CC PKI DN Aidit hendak 
memaksakan pembubaran HMI, dua hari menjelang G30S/PKI. Apa yang menarik di 
balik peristiwa itu?

Meski HMI merupakan organisasi mahasiswa yang non-praktis politik, ternyata HMI 
bisa dianggap sebagai penghalang tujuan politik sebuah partai politik (PKI). 
Sebab, menurut Harry Tjan Silalahi, tokoh PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik 
Republik Indonesia) dan mantan Sekjen Partai Katolik saat itu, dengan tuntutan 
pembubaran HMI (jika berhasil), PKI akan menguasai generasi muda terpelajar dan 
menguasai dunia politik "sipil".

Itulah sekelumit tonggak perjalanan HMI. Dan itulah "kekuatan" HMI. Independen, 
kader umat dan bangsa, dan non-praktis politik. Dengan kekuatan seperti itu, 
banyak alumnus HMI berperan di era Orde Baru, hingga kini, melalui berbagai 
infrastruktur sosial/politik di dalam berbagai kancah pengabdian kepada 
bangsanya.

Kegalauan

Kini HMI sedang menyelenggarakan kongres ke-25 di Makassar. Ada kegalauan di 
kalangan HMI dan alumninya. Benarkah "kekuatan" HMI telah memudar atau hilang 
(?).

HMI telah hanyut dengan lingkungannya, yang ironisnya lebih menyerap 
nilai-nilai yang tidak relevan bahkan berlawanan dengan nilai-nilai pendirian 
HMI. HMI telah terjebak nilai-nilai pragmatis sehingga mengabaikan nilai-nilai 
idealisme. Masa depannya banyak menjadi pertanyaan. Benarkah begitu?

Inilah yang harus dijawab peserta Kongres Ke-25 HMI yang sekarang sedang 
berlangsung. Jawaban itu tentu akan mewarnai wajah HMI di masa depan.

Sulastomo 
Ketua Umum HMI 1963-1966, Koordinator Gerakan Jalan Lurus


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] HMI, Dulu, Kini, dan Masa Datang