** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum ** http://www.kompas.com/kompas-cetak/0408/05/Politikhukum/1190766.htm Kamis, 05 Agustus 2004 Golkar Kecam Tim Yudhoyono Jakarta, Kompas - Ancaman perpecahan di tubuh DPP Partai Golkar makin mengkhawatirkan sebagian pengurus. Berbeda dengan sikap Ketua Umum Golkar Akbar Tandjung yang sibuk melakukan lobi-lobi ke kubu calon presiden Megawati, sebagian pengurus justru melakukan lobi dengan kubu Yudhoyono. Sementara Badan Penelitian dan Pengembangan Partai Golkar justru meminta Golkar bersikap netral saja. Ketua DPP Partai Golkar Mahadi Sinambela dan anggota DPR dari Partai Golkar, Ade Komarudin, kemarin menyayangkan sikap beberapa fungsionaris Partai Golkar yang melakukan pertemuan dengan Tim Khusus dari kubu Yudhoyono, Selasa lalu di Jakarta. Malah Ade Komaruddin mengecam pernyataan Suko Sudarso dari Tim Khusus Yudhoyono yang mengatakan merasa diuntungkan dengan tidak bersatunya Partai Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). "Pernyataan itu mendegradasikan partai politik menjadi kembali di bawah genggaman negara. Cara-cara itu ciri permainan di 1970-an, zaman Orde Baru," ucap Ade. Namun, Ade yakin, Partai Golkar tidak akan bisa dipecah belah dengan cara-cara seperti itu. "Saya juga berharap partai lain jangan mudah terinfiltrasi orang luar," katanya. Mahadi Sinambela yakin Partai Golkar tidak akan pecah karena yang sekarang terjadi hanya merupakan perbedaan pendapat. Langkah politik partai sendiri tentang ke mana arah koalisi belum ditentukan. Namun, dia juga menyesalkan dengan sebagian rekannya di DPP yang mendahului partai mengambil langkah politik sendiri-sendiri dan terkesan tidak konsekuen. "Kalau kemarin dukung Pak Wiranto, harus dukung terus. Jangan pagi-pagi sudah lari ke SBY. Kalau saya dari dulu dukung Pak Akbar," kata Mahadi. Seperti diwartakan, Selasa (3/8) lalu di Hotel Regent telah terjadi pertemuan Tim Khusus Yudhoyono, Suko Sudarso, dengan fungsionaris Partai Golkar, Fahmi Idris, dan kader PDI-P Meilono Soewondo dan Julius Usman. Seusai acara, Suko menyatakan pertemuan itu menguntungkan SBY karena membuktikan bahwa Partai Golkar dan PDI-P tidak satu. Pertemuan itu dalam rapat Selasa malam menjadi topik khusus yang dibahas dalam Rapat Pengurus Harian Partai Golkar. Pasalnya, pertemuan itu dilakukan diam-diam tanpa sepengetahuan Ketua Umum Golkar Akbar Tandjung. Dalam rapat itu, Fahmi dan Marzuki Darusman yang banyak terlibat pertemuan Regent sempat juga menjelaskan kepada rapat. Akhirnya, rapat memutuskan jika ada pertemuan selanjutnya, diharapkan bisa memberitahukan partai. Di tempat terpisah, Marzuki Darusman meminta agar Partai Golkar mengambil sikap netral sebelum pemilu, 20 September 2004. Menurut Marzuki pilihan berkoalisi lebih baik ditetapkan setelah pemilu dan telah diketahui siapa pemenangnya. Menurut Marzuki yang belakangan ini kerap merapat ke kubu Yudhoyono-Kalla, koalisi dapat dilakukan Partai Golkar karena besarnya kekuatan di parlemen. "Dengan kekuatan besar di parlemen, daya tawar Golkar kepada pemenang pemilu akan lebih besar," ujarnya menanggapi manuver Akbar Tandjung yang "merapat" ke kubu Megawati. Balitbang usul netral Sementara itu, sumber Kompas menyatakan, mengingat adanya kemungkinan perpecahan partai, Badan Litbang Partai Golkar mengusulkan agar DPP Partai Golkar menyerahkan sepenuhnya pilihan kepada hati nurani rakyat dan mendukung siapa pun calon presiden yang terpilih secara konstitusional. Rekomendasi itu sudah diserahkan beberapa hari lalu, ditandatangani Kepala Balitbang Golkar Prof Soleh Solahuddin. Saat dikonfirmasi, Soleh membenarkan rekomendasi itu, tetapi menolak mengungkap substansi rekomendasi. "Itu konsumsi internal. Tugas kami menyampaikan ke DPP dan lingkungan Golkar," katanya. Namun, Soleh memberi garis besar hasil diskusi. "Intinya, kami lebih mementingkan keutuhan Golkar daripada kepentingan jangka pendek atau terlampau pragmatis. Hati-hati menentukan sikap," paparnya. Kalla minta tolak Mega Sementara itu, walaupun kini menjadi calon wakil presiden dari Partai Demokrat, Jusuf Kalla meminta Partai Golkar-di mana dirinya menjadi fungsionaris-tetap konsisten dengan menolak pencalonan Megawati yang telah dinilai gagal. Konsistensi sikap itu perlu demi kepastian dan menghindari kebingungan massa di bawah. "Politik memang politik, tetapi konsistensi sikap harus tetap dijaga. Kita ingat selama satu tahun terakhir ini Partai Golkar mengkritik Presiden Mega yang dinilai tidak pantas dan gagal. Kami berharap konsistensi sikap itu dipertahankan dalam pemilu putaran kedua," ujar Kalla, Rabu (4/8). Sementara itu, pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Ikrar Nusa Bakti mengatakan, pecahnya Partai Golkar dalam pemilihan presiden 2004 menunjukkan betapa lemahnya sistem kepartaian di Indonesia. " Partai Golkar sudah terjangkiti penyakit partai politik masa orde baru dan itu menunjukkan ternyata Golkar juga belum bisa berdemokrasi meski merupakan partai yang paling modern di Indonesia. Ini mirip PPP dan PDI-P yang di dalamnya selalu muncul intrik-intrik politik," kata Ikrar di Jakarta, kemarin. Menurut Ikrar, semboyan yang dipegang politisi Indonesia memang berbeda dengan politisi di Amerika Serikat. "Saya selalu mengutip kalimat yang saya balik dari semboyan di Amerika yang mengatakan ketika loyalitas seseorang terhadap negara muncul, loyalitas kepada partai akan berakhir. Kalau di Indonesia lain, ketika kepentingan pribadi muncul, loyalitas kepada partai akan berakhir. Itu menunjukkan karakter politisi kita," katanya. Sementara itu, Ketua Umum Lembaga Kajian Demokrasi Suko Waluyo mengatakan, dalam pemilu presiden dan wakil presiden semua partai politik terpecah dukungannya. Karena itu, tidak perlu disikapi dengan kaget jika beberapa politisi pendukung Megawati hijrah menjadi mendukung Yudhoyono. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena memang semua partai politik terpecah," ujarnya.(SIE/INU/sut) Search : Berita Lainnya : ·Golkar Kecam Tim Yudhoyono ·Saya Tidak Punya Kewenangan Intervensi ·KPU Akui Salah dalam Entri Data TI ·Marzuki Darusman dan Kawan-kawan Harapkan Figur Perubahan ·KPU Tidak Ingin Langgar UU ·Kader PPP Harusnya Taat pada Putusan Partai ·Terus Digodok Bentuk Penajaman Visi-Misi ·Kalla Akui Dana "Fiktif" Kampanye Hanya Rp 600 Juta ·Presiden Megawati Tegaskan Tidak Akan Belenggu Pers ·Pilkada Harus Buka Calon Independen ·Pemeriksaan Kekayaan Capres Selesai Agustus ·KPK+Jaksa+Polisi= Mampukah Berantas Korupsi? ·Baru 0,01 Persen Anggota Legislatif Laporkan Kekayaan ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **