** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com ** ----- Forwarded by Carla Annamarie/PRUIDN/IDN/Prudential on 02/08/2006 10:39 AM ----- duh gusti <duhgusti_1@yahoo .com> To Sent by: pesantren@xxxxxxxxxxxxxxx, Forum-Pembaca-Kom Forum-Pembaca-Kompas@xxxxxxxxxxxxxx pas@xxxxxxxxxxxxx m, om partai-keadilan-sejahtera@yahoogrou ps.com, indonesia_damai@xxxxxxxxxxxxxxx 02/08/2006 02:05 cc AM Subject [Forum-Pembaca-KOMPAS] Tahun 2006 Please respond to akan dipenuhi oleh Pejabat yg ' Forum-Pembaca-Kom Korup ' ! pas@xxxxxxxxxxxxx om Para Tersangka dan ' Calon Tersangka ' Kasus Korupsi : " Haruslah Berjiwa Besar " Sebagai dukungan moral bagi nasib Said Agil Munawar. Oleh : R.M. Sedan Mangku Lelakon Kalau bangsa ini mau jujur, maka mungkin hanya beberapa gelintir saja pejabat atau mantan pejabat pada preode pemerintahan yang lalu benar- benar bersih dari kasus-kasus korupsi. Kalau toh ada yang digolongkan bersih dari pratek-pratek korupsi ataupun KKN, hanyalah sikap dari idiealisme diri menghadapi lingkungan yang memang sangat korup. Sikap dan idealisme yang tidak mungkin bersih dari keterkukungan budaya yang korup. Hal ini, juga berlaku dengan tokoh-tokoh masyarakat yang melingkupi ruang gerak pemerintah saat itu, atau siapapun juga yang mencoba masuk dalam gerak laju pemerintah tersebut. Mereka menjadi sangat tak berdaya dengan apa yang dulu pernah menjadi idealisme dan sikap hidupnya. Diakui atau tidak, korupsi saat itu telah menjadi bagian dari gerak langkah pemerintah pada masa lalu. Korupsi adalah kenyataan yang tidak bisa ditutupi dan dibohongi. Bahkan ada semacam pameo : " Siapapun juga yang tidak bisa bekerjasama dengan prilaku yang korup, maka bersiap-siaplah terjungkal atau terpental dari lingkaran mereka. " Betapa hebatnya budaya korupsi saat itu, bahkan dari pemerintah Habiebie sampai Megawati-pun tak bisa berbuat apa-apa mengatasi keadaan ini. Malah sejarah telah membuktikan, bahwa pemerintahan saat itu, mau tidak mau atau suka tidak suka malah harus berkubang dengan budaya tersebut. Mulyana W Kesuma : Merupakan contoh korban dari sejarah yang kelam ! Masih ingat Mulyana W Kesuma, (ketua KPU itu), beliau sudah tidak mampu mengendalikan kewaspadaan diri akibat telah terperangkap masuk ke dalam banyak kebobrokan moral yang ada. Siapa yang tidak tahu Mualyana W Kusuma itu, salah satu tokoh reformasi yang merupakan bagian dari keinginan menegakkan keadilan dan tekadnya menghabisi korupsi. Namun apa yang terjadi dengan Mulyana, tertangkap basah melakukan suap-menyuap yang merupakan bagian dari korupsi itu sendiri. Dan Mulyanapun tinggal menunggu keadilan yang dulu ingin ditegakkan itu. Mulyana memang telah terbukti melakukan suap, dan saat itu pula kasus korupsi yang terjadi di dalam menjadi terbongkar satu per satu. Mulyana memang harus berjiwa besar menjalani hidup di penjara. Sekilas, tampak mulyana telah berubah tentang apa yang dulu telah menjadi idealismenya. Namun kalau kita jeli, mulyana sebenarnya hanyalah korban dari sejarah yang kelam. Sebab siapapun juga, tokoh reformis, kalau tidak mempunyai kemampuan menejemen yang handal dan memberanikan melibatkan diri dengan arus pemerintah saat itu, maka dapat dipastikan akan tertelan dengan budaya tersebut. Ini bisa dipahami, bahwa budaya korupsi saat itu bagai sebuah kenyataan umum yang tidak bisa dicegah atau dihentikan oleh siapapun juga. Suap-menyuap dan korupsi seakan telah menjadi bagian dari proyek yang ada di pemerintahan. Sehingga pemahaman yag terjadi saat itu adalah ada proyek maka harus ada pembagian rejeki oleh semua pihak yang terlibat, termasuk badan keuangan yang membiayai dan menerima laporannya. Saat itu, ini bukanlah rahasia umum, malah menjadi keharusan umum. Nah di sinilah, mulyana tampaknya tak bisa berkutik dengan kenyataan yang terjadi pada tanggung jawabnya. Kemudian mulyanapun terjebak dan berkubang masuk di dalamnya. Sungguh bagai sebuah nasib memang, mulyanapun tidak menyadari akan ada perubahan politik yang akan terjadi, maka terbongkarlah kasusnya. Ini akan menjadi lain jika tidak ada kemauan politik yang terjadi, maka dapat dipastikan mulyanapun akan selemat seperti yang sudah-sudah. Pemerintahan yang lalu sangat sulit terhindar dari kasus korupsi ! Sudah tidak bisa dipungkiri lagi budaya korupsi yang sudah sedemikian hebat terjadi pada bangsa ini. Dengan demikian, kalau memang ada kemauan merubah keadaan budaya itu, maka tidak ada jalan lain, kecuali harus banyak menelan korban sebagai tonggak sejarah berakhirnya budaya korupsi. Ini harus dilakukan kalau masih ada tekad untuk itu. Sebab kalau kita mau jujur dan mengunakan nurani, maka tidak ada yang bisa disalahkan dengan orang yang telah terseret dengan arus tersebut. Mereka seakan menjalankan kewajibannya sebagai tuntutan atas apa yang telah menjadi kebiasaan dan 'kebudayaan'. Hal ini, tidak bisa dibayangkan jika orang tersebut mencoba melawan arus yang ada. Maka, dapat di pastikan merekapun akan menuai masalah dalam kepemimpinannya. Atau, paling tidak, akan teronronglah kedudukannya. Malah, tidak menutup kemungkinan akan di copot dengan alasan tidak mampu memeneg instansinya. Jadi, menjadi wajarlah jika mereka melakukan apa yang memang sebaiknya dilakukan. Sebagaimana seorang pemimpin yang mencoba mengelola ' aspirasi ' yang ada di bawah dan di atasnya. Sehingga menjadi bisa dipahamilah, jika menjadi mencair dengan budaya yang ada dan sedang berlaku. Sebuah kenyataan yang sulit namun begitulah realitas budaya (korupsi) yang terjadi. Sehingga kalau kita mau jujur dengan mata hati kita, maka seakan tidak ada tempat untuk sembunyi bagi mantan pejabat yang lalu. Sehingga merekapun menunggu waktu untuk terbongkar kasusnya tentang masalah ini. Merekapun was-was dan kawatir jika ternyata ada yang bisa memberi bukti atas apa yang pernah mereka lakukan. Dan hanya para mantan pejabat yang beruntung saja yang bisa terhindar dengan masalah ini. Namun yang jelas nasib mereka hanya menunggu pembuktian dan kondisi politik yang bisa menyelamatkannya. Sudah saatnya mempunyai jiwa besar untuk menjadi tersangka dan ' calon tersangka ' kasus Korupsi. Kalau kita punya keinginan yang kuat untuk mengakhiri budaya korupsi bangsa ini, maka tidak ada jalan lain bagi para mantan pejabat, tokoh-tokoh politik, dan tokoh-tokoh masyarakat yang lalu pernah terkait, harus berjiwa besar menunggu gilirannya menjadi calon tersangka dalam kasus tersebut. Tak ketinggalan pula, Said agil Munawar harus berjiwa besar menerima resiko politik atas apa yang dulu di embannya. Bisa saja beliau sekeras mungkin untuk bisa lolos dari kasus yang menimpanya. Namun beliau harus mampu memberi alibi yang masuk akal dan bisa diterima. Ini jangan sampai menjadi preseden buruk dalam membangun budaya bangsa yang bebas dari korupsi. Walaupun tampaknya ini menjadi sulit dan harus di terima dengan jiwa besar sebagai resiko politik demi alasan perbaikan bangsa. Sebab sudah saatnya, untuk meninggalkan usaha selamat-menyelamatkan dan melindungi, ketika instansi yang ada sudah syarat dengan berbagai tindak korupsi. Serta berbagai bukti sudah begitu mencolok di depan mata. Dan genderang perang dengan budaya korupsipun akan terus bergerak dan mencari 'korban'. Dan siapapun yang dulu pernah bersinggungan dengan dinamika roda-roda pemerintah menunggu giliran untuk menjadi calon tersangka baru, siapapun juga yang dulu pernah menjabat dan menjadi tokoh apapun juga yang pernah ada di dalamnya. Mereka nampaknya menunggu waktu, menanti saatnya tiba. Kasus Korupsi jangan hanya dilihat salah dan benarnya, namun keinginan yang elegan untuk memperbaiki budaya bangsa. Sudah menjadi saatnyalah pula, untuk melihat mereka bukan dari bagian dari usaha membangun budaya yang korup, namun bagian dari darma bakti mereka mengemban tugas negara sebagai anak bangsa, tentu saja dengan resiko apapun yang harus diterima kelak. Sebuah resiko yang harus diterima dari keadaan dimana mereka mengemban pada keadaan yang memang cukup mengkawatirkan. Mengkawatirkan di tengah budaya keserakahan yang belum bisa diruntuhkan. Tidak ada jalan lain untuk bisa mengemban tugas negara dengan baik, di tengah-tengah budaya yang tidak menguntungkan. Sebuah budaya yang mengharuskan mereka kompromi dan melakukan toleransi. Sebuah budaya yang seakan tidak memberi tempat untuk idealisme dan keutamaan hidup mereka. Namun di lain pihak bangsa ini juga tidak bisa terus menerus berkubang dengan budaya yang pantas segera ditinggalkan. Sehingga, tidak ada jalan lain kecuali untuk tidak mencari salah dan benar dengan kasus ini. Namun, sebagai jalan untuk segera merubah keadaan bangsa yang sudah sangat terpuruk ini. Dan buktipun seakan menjadi bahasa untuk menciptakan tonggak sejarah baru bagi bangsa indonesia. Selanjutnya tersangka dan 'calon tersangkapun' sudah sepantasnya di gunakan sebagai bahasa mangakhiri budaya yang sudah penuh dengan keserakahan. Dan merekapun harus rela menjadi korban sejarah yang kelam. Mudah-mudahan dengan ini, budaya korupsi sudah dan akan menjadi bahasa masa lalu bangsa kita. Tidak ada jeleknya pula, untuk menganggap mereka menjadi 'pahlawan anti korupsi' yang telah menjadi korban budaya yang telah memerosokannya. Mudah-mudahan mereka tetap tabah dan berjiwa besar ! Jumat, 7 Oktober 2005 Selengkapnya : http://www.duhgusti.com/jiwa-korupsi.htm Topik Lain : http://www.duhgusti.com/topik-sospol.htm *** Topik Thn. 2005 ? *** *** Saatnya Anda Peduli dengan Lingkungan Anda ! *** *** Waspadai Sumber Keonaran & Kericuhan di Lingkungan Anda ! *** --------------------------------- Brings words and photos together (easily) with PhotoMail - it's free and works with Yahoo! Mail. [Non-text portions of this message have been removed] -------------------------------------------------------------------- Pojok Milis FPK: 1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS. 2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM). 3.Moderator berhak mengedit/menolak e-mail sebelum diteruskan ke anggota. 4.Kontak Moderator e-mail: agushamonangan@xxxxxxxxxxx 5.Join milis FPK e-mail: Forum-Pembaca-Kompas-subscribe@xxxxxxxxxxxxxxx KOMPAS LINTAS GENERASI -------------------------------------------------------------------- Yahoo! Groups Links *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx 5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx 6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/ ** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List ** ** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: ** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ ** ** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral scholarship, kunjungi http://informasi-beasiswa.blogspot.com **