[nasional_list] [ppiindia] Enggan Berdasi dan Naik Volvo

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Sun, 20 Feb 2005 00:08:49 +0100

** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum **

http://www.suaramerdeka.com/harian/0502/20/bincang02.htm

Minggu, 20 Februari 2005
BINCANG BINCANG

Enggan Berdasi dan Naik Volvo

JANGAN bertanya jika tidak mengerti substansi pertanyaannya pada Menteri 
Tenaga Kerja dan Transmigrasi (menakertrans) Drs Fahmi Idris. Alih-alih 
mendapat jawaban, pertanyaan itu malah jadi bumerang bagi si penanya. Tak 
segan-segan sebelum menjawab pertanyaan yang "menyerang", lelaki kelahiran 
Jakarta, 20 September 1943 itu lebih dahulu menguji pengetahuan si penanya. 
Namun, dia pun sportif. Dia mengaku tidak tahu kalau memang tidak bisa 
menjelaskan. Kalau sudah begitu, dia meminta stafnya menjawab.
"Kalau masalah teknis biar saja para pejabat eselon satu atau dua yang 
menjelaskan. Jadi tidak harus saya yang bicara," kata Fahmi yang di masa 
Presiden BJ Habibie juga dipercaya menjadi Menaker.
Sudah jadi rahasia umum, mantan Ketua Senat FE UI (1965-1966) itu jago 
berdebat. Kepiawaiannya itu terasah saat dia menjadi aktivis HMI Jakarta. 
Pendapatnya juga sangat kritis. Mau bukti? Meskipun termasuk pejabat teras 
di DPP Golkar era Presiden Soeharto, Fahmi kerap melontarkan kritik pedas 
terhadap berbagai kebijakan. Menjadi pembicara di seminar merupakan satu 
kesibukannya selain berbisnis. Toh, ilmu padi sering diterapkannya. Lihat 
saja ketika serah-terima jabatan menteri, dia banyak memuji menteri 
sebelumnya, Jacob Nuwa Wea.
"Saya akan meneruskan apa yang sudah dilakukan Pak Jacob. Paling kurang 
menyamainya. Kalau melebihi, rasanya berat," ucapnya merendah.
Dia pun punya cara tersendiri dalam berurusan dengan protokol yang 
diharuskan untuk seorang menteri. Dia misalnya tak pernah naik Volvo 960 
yang menjadi mobil dinasnya, dan lebih memilih mobil pribadinya Toyota 
Alphard G. Itu juga dilakukan ketika menjadi Menaker tahun 1998 lalu. Ketika 
itu, dia lebih menyukai Jeep Mitshubishi Pajero.
Mudah Dibedakan
Sebagai menteri Fahmi juga paling mudah dibedakan dari menteri lainnya. Jika 
menteri lain nyaman-nyaman saja memakai dasi misalnya, suami Kartini Hasan 
Basri itu selalu tak tahan memakai asesoris itu. Makanya dia lebih suka 
mengenakan baju koko berpadu dengan pantalon yang tak perlu dilengkapi dasi.
Untuk pakaian "resmi" sehari-hari, dia memililih baju koko putih lengan 
pendek. Jika harus menghadiri acara-acara resmi, baju koko itu diselubungi 
jaket semi-jas model sportif. Kacamata bulat dan rambut ikal sedikit 
acak-acakan sepertinya menjadi ciri khas penampilan Fahmi.
Satu hal lagi yang patut dicatat pada sosok Fahmi adalah bahwa dia tak 
begitu gemar diekspose. Ada kesan dirinya tak ingin selalu dibuntuti pers 
dan wajahnya setiap hari nongol di koran. Salah seorang stafnya pernah 
bertutur, di antara tokoh yang pernah menjadi menteri, Fahmi termasuk 
menteri paling hemat. Dia akan mengoreksi atau menolak melakukan kegiatan 
yang bersifat penghamburan uang. Beberapa staf pribadinya bahkan dibayar 
oleh perusahaan yang dimilikinya. Sumbanganya berupa dua unit komputer di 
ruang wartawan pun dibeli dari kocek pribadi. Kualitas lainnya, dia orang 
yang cerdas, mampu membaca perubahan, dan tentu saja mampu memrediksi 
kemungkinan yang bakal terjadi.
Hari-hari belakangan ini Fahmi sangat sibuk. Selain mengurus pemulangan 
sekitar 700 ribu TKI ilaegal yang bekerja di Malaysia, dia juga 
berkonsentrasi mencari solusi terhadap 40 juta penganggur di Indonesia, 
kenaikan upah, menjaga keharmonisan hubungan industrial, transmigrasi, 
serikat pekerja, dan tentu saja siap menerima para pekerja yang berunjuk 
rasa di kantornya.
Untuk meningkatkan kinerja di lingkungan Depnakertrans, yang muaranya akan 
dinikmati para pekerja dan pencari kerja, Fahmi siap melakukan apa saja. 
Yang jelas semua program yang sudah bagus dari menteri terdahulu akan 
diteruskannya. Sementara yang tidak efektif tentu akan ditinjaunya kembali, 
termasuk pengiriman TKI nonformal ke mancanegara dan penertiban ratusan 
PJTKI yang ada saat ini.
Kalau dipilah-pilah mungkin persoalan pengiriman TKI nonformal ke 
mancanegara yang paling menyita perhatian masyarakat selama ini. Pro-kontra 
terus saja terjadi, terutama setelah munculnya kasus demi kasus yang 
cendering merugikan dan merendahkan martabat bangsa. Karena itu tak sedikit 
yang mengusukan agar pengiriman TKI nonformal ini dihentikan saja.
Namun itu bukan soal mudah. Fahmi sadar betul hal itu berdasarkan 
pengalamannya menjadi menteri era Habibie. "Tahun 1998, saya pernah 
menghentikan pengiriman TKI ke Saudi Arabia. Tahu nggak apa yang terjadi? 
Saya didemo. Tahu siapa yang mendemo saya? TKI. Mereka mengatakan, saya bisa 
saja menghentikan pengiriman tenaga kerja ke Saudi Arabia asal disediakan 
lapangan kerja Indonesia," ujar dia sembari tertawa.
Persoalan cukup pelik lainnya adalah soal formula Upah Minimum 
Regional/Provinsi (UMR/UMP) pada 2005 yang akan didasarkan pada 
produktivitas pekerja dan perusahaan. Pola pengupahan tersebut berdasarkan 
perjanjian secara bipartit, yakni antara pekerja dan perusahaan. "Selama ini 
UMR lebih cenderung ditentukan oleh KHM (Kebutuhan Hidup Minimum) selain 
beberapa faktor. Nantinya, formulanya akan lebih ditentukan oleh 
produktivitas pekerja dan kemampuan perusahaan," ujar Fahmi.
Itu semua pekerjaan serius yang akan dengan serius pula dilakukan sang 
menteri. Di luar itu, sebenarnya pada program 100 hari, kinerja Fahmi boleh 
dibilang cukup menjanjikan. Dia telah berhasil menumbuhkan iklim investasi 
dan kepastian usaha yang dilakukan dengan memperbaiki peraturan pemerintah 
dan keputusan menteri dalam rangka menciptakan pasar kerja yang lebih luas.
Selain itu juga tengah meninjau kembali retribusi yang dikeluarkan oleh 
Dinas Tenaga Kerja di daerah yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan 
menyempurnakan kegiatan pendukung pasar kerja dalam rangka mempertemukan 
pengguna dan pencari kerja.
Yang jelas, masalah ketenagakerjaan kini makin menumpuk dan bisa menjadi bom 
waktu bagi pemerintah, jika gagal menanganinya. Indikator paling mudah bisa 
dilihat dari derajat tindak kriminal yang terjadi. Jika angka-angka 
pengangguran bertambnah maka tindak kriminal juga meningkat.
Tentu saja semua persoalan itu tak bisa dipanggul seorang diri oleh menteri 
yang "ogah" berdasi dan naik Volvo itu.(Wahyu Atmaji, Hartono Harimurti-72) 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for
anyone who cares about public education!
http://us.click.yahoo.com/O.5XsA/8WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Enggan Berdasi dan Naik Volvo