[nasional_list] [ppiindia] Ekonomi Tanpa "Grand Strategy"

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Tue, 21 Feb 2006 00:17:48 +0100

** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com 
**http://www.kompas.com/kompas-cetak/0602/21/opini/2449029.htm

 
Ekonomi Tanpa "Grand Strategy" 


DIDIK J RACHBINI

Ekonomi Indonesia pada tahun lalu tahun pertama Kabinet Indonesia Bersatu tidak 
berhasil didorong ke dalam pertumbuhan tinggi. Bahkan, sasaran pertumbuhan yang 
telah ditetapkan secara politik dan kebijakan tidak berhasil dicapai.

Fakta ini merupakan kegagalan pertama Tim Ekonomi yang sudah di-reshuffle amat 
terbatas. Namun, tim utama tetap tidak berubah sehingga kemungkinan perubahan 
dalam kerja tim, kepemimpinan ekonomi, dan budaya pencapaian kerja tidak akan 
terjadi.

Namun, pemerintah berkilah, pertumbuhan ekspor mencapai rekor cukup tinggi, 
hampir 19 persen. Investasi juga dinilai bergairah karena banyak persetujuan 
investasi yang dilakukan pemerintah. Aneh, dua faktor penting dalam pertumbuhan 
ini tergambar cukup baik, tetapi pertumbuhan ekonomi sendiri menunjukkan 
keadaan sebaliknya, di mana secara keseluruhan belum menggembirakan.

Besar kemungkinan data resmi itu mengalami distorsi akut karena data ekspor 
tersangkut kasus ekspor fiktif, yang telah berjalan puluhan tahun. Akumulasi 
distorsi itu meluas karena restitusi resmi yang dicatat Departemen Keuangan 
mencapai sekitar Rp 19 triliun. Dengan demikian, angka kinerja ekspor bersifat 
overestimate, termasuk pertumbuhan ekonomi karena faktanya banyak PHK, 
pengangguran meluas kasatmata, dan kemiskinan setahun terakhir bertambah banyak.

Kepemimpinan ekonomi

Distorsi dinamika investasi dan ekspor yang digambarkan pemerintah ternyata 
tidak sinkron dengan kenyataan besarnya pengangguran terbuka yang berkembang 
dari 10 juta menjadi 11,5 juta orang. Ini merupakan hasil kerja Tim Ekonomi. 
Dalam ukuran keilmuan, keadaan pengangguran terbuka ini tergolong akut dan 
kronis karena persentasenya hampir tiga kali lipat dari keadaan normal. Bukti 
kasatmata dari pengangguran yang meluas adalah jumlah pelamar masuk pegawai 
negeri mencapai ratusan ribu orang dengan persentase amat kecil yang akan 
diambil.

Pada saat yang sama terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin dari 36 juta 
menjadi 40 juta. Penderitaan golongan bawah kian sempurna saat harga-harga naik 
dan inflasi meningkat juga tiga kali lipat dari normal. Inflasi tinggi karena 
pemerintah tidak berhasil mengendalikan barang-barang kebutuhan publik, yang 
diatur pemerintah. Sekarang hendak diperberat lagi dengan usaha PLN dan 
pemerintah dalam wacana publik dan rencana menaikkan tarif dasar listrik.

Jadi, tahun pertama yang dilewati Tim Ekonomi merupakan tahun yang lumayan 
sia-sia. Padahal, tahun pertama itu adalah kesempatan baik periode SBY-Kalla 
karena merupakan periode demokrasi Indonesia yang pertama kali dengan dukungan 
sosial politik secara luas.

Tim Ekonomi telah bekerja dengan hasil jauh dari memadai karena tidak ada 
kepemimpinan ekonomi dan ide kebijakan ekonomi yang fokus untuk menyelesaikan 
masalah jangka pendek pada tahun pertama itu. Bahkan, teamwork kabinet itu 
lumayan parah karena sinyal kepada publik dan investor saling bersilangan dalam 
pendapat kebijakan sehingga publik menangkapnya sebagai sinyal buruk dari 
teamwork yang tidak solid.

Kepemimpinan ekonomi dan teamwork merupakan masalah utama, mengapa terjadi 
kebijakan ekonomi yang cukup kacau pada tahun pertama dan terus berpengaruh 
hingga kini. Muara dari kevakuman kepemimpinan ekonomi dan teamwork yang lemah 
terlihat pada kegagalan mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, 
pengangguran dan kemiskinan kian banyak, inflasi, dan seterusnya.

Tanpa "grand strategy"

Yang memprihatinkan lagi adalah kealpaan pemerintah untuk membangun grand 
strategy dalam rencana dan kesadaran kolektif pihak-pihak terkait 
(stakeholders). Kevakuman kepemimpinan ekonomi terlihat pada ketiadaan strategi 
induk seperti ini. Kadin berteriak soal ekonomi tanpa arah jelas sehingga 
kebijakan pemerintah dalam ekonomi keluar sebagai sinyal kebingungan, yang 
harus dan hanya bisa diinterpretasi sendiri-sendiri.

Kekurangan utama Tim Ekonomi adalah tidak memberi sinyal positif pada kebijakan 
dan strategi ekonomi yang jelas karena kekosongan kepemimpinan ekonomi. Karena 
itu, sasaran pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya tidak terlalu tinggi tidak 
berhasil dicapai. Pengangguran yang diharapkan bisa diturunkan sesuai janji 
kampanye SBY-Kalla justru naik. Ini merupakan kegagalan Tim Ekonomi pemerintah.

Karena itu, mutlak pemerintah perlu menetapkan strategi induk dalam ekonomi. 
Setiap negara yang berhasil menetapkan strategi induk dengan baik, keberhasilan 
ekonomi akan lebih cepat dicapai. Sebagai contoh, strategi induk berorientasi 
ekspor keluar dari China kini berhasil mendorong negara ke fase pertumbuhan 
tinggi sampai 9-10 persen, dua kali lebih cepat daripada Indonesia.

Hal yang sama dilakukan India sehingga pada satu dekade ke depan India bersama 
China akan menjadi kutub ekonomi besar dan kuat. Itu terjadi karena strategi 
induk pada tingkat nasional amat jelas sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi 
pesat.

Hal yang sama dilakukan Korea dan Taiwan. Strategi induk dalam daya saing ke 
pasar internasional membawa Korea dan Taiwan menjadi negara industri kaya.

Sayang, Indonesia saat ini tidak memilikinya dalam arti kebijakan yang sudah 
menjadi kesadaran kolektif pemerintah, swasta, dan masyarakat. Kevakuman dalam 
membangun strategi induk dan kebijakan turunan yang mendukung membuat ekonomi 
Indonesia berjalan tanpa arah. Padahal, sudah banyak korban PHK, industri 
tekstil dan sepatu bangkrut, terjadi deindustrialisasi dan kehilangan daya 
saing yang kronis.

Grand strategy itu amat diperlukan sebagai pemandu orkestra kebijakan ekonomi 
pada sektor masing-masing. Jika tanpa grand strategi, maka masing-masing sektor 
akan berjalan sendiri-sendiri sehingga akan bersilang arah dan tidak tentu 
target-target kebijakan masing-masing. Jika ada grand strategy atau strategi 
induk dan itu dipandu pandangan atau aksi presiden secara bersama dan menjadi 
kolektif, maka semua sinergi aneka kebijakan itu akan menuju satu titik yang 
ditunjuk.

Didik J Rachbini 
Ekonom Universitas Mercu Buana Jakarta; Ketua Komisi VI DPR


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Beasiswa dalam negeri dan luar negeri S1 S2 S3 dan post-doctoral 
scholarship, kunjungi 
http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Ekonomi Tanpa "Grand Strategy"