[nasional_list] [ppiindia] Dana Abadi bagi para Janda di Aceh

  • From: "Ambon" <sea@xxxxxxxxxx>
  • To: <"Undisclosed-Recipient:;"@freelists.org>
  • Date: Thu, 24 Feb 2005 00:09:39 +0100

** Mailing List Nasional Indonesia PPI India Forum **

Media Indonesia

      Kamis, 24 Februari 2005

      OPINI

      Dana Abadi bagi para Janda di Aceh

      Endin AJ Soefihara; Ketua Fraksi PPP DIPR
     
      PARA janda Aceh akibat tsunami punya hak hidup. Juga, anak-anaknya, 
apalagi dalam posisi yatim piatu. Namun, di depan mata (sejalan dengan 
kesirnaan harta peninggalan suami atau orang tuanya) membuat para janda dan 
para yatim (atau yatim piatu) bertanda tanya besar, bagaimana harus 
mempertahankan hidup saat ini dan mendatang? Untuk kalangan anak-anak yatim dan 
yatim piatu (termasuk yang telah berusia dewasa) lebih idealistis lagi 
pertanyaan kerisauannya: bagaimana merealisasikan cita-citanya?

      Pemerintah memang telah memperlihatkan komitmen politik yang cukup 
konstruktif, terutama kepada para yatim dan yatim piatu yang kini masih menimba 
ilmu, dalam berbagai jenjang. Yaitu, akan menyantuninya sampai pendidikannya 
selesai. Sebuah renungan, apakah bentuknya hanya beasiswa atau termasuk biaya 
hidup sehari-harinya? Renungan yang terkait dengan hak hidup sehari-hari pun 
menjadi sangat relevan untuk dilontarkan, bagaimana nasib para janda korban 
tsunami?

      Belum ada kepastian. Tetapi, sinyal yang lebih kuat adalah sangat kecil 
kemungkinannya pemerintah nyumponin (memenuhi) seluruh kebutuhan dasar para 
janda dan anak-anak yatim dan yatim piatu itu, meski hanya dari sisi: 
pangannya. Tetapi, andaikan pemerintah committed untuk merealisasikan hak-hak 
pangannya secara keseluruhan, hal itu pun berpotensi mengundang 'gugatan' 
masyarakat lain atas nama keadilan, terutama mereka yang berada di bawah garis 
kemiskinan.

      Untuk menjaga rasa keadilan antarsesama anggota masyarakat (di samping 
tetap memerhatikan hak-hak hidup dan masa depan para korban tsunami) 
setidaknya, ada dua 'pundi-pundi' ekonomi yang sangat besar dan perlu 
diterjemahkan dalam sistem yang jelas. Pertama, terkait dengan harta 
peninggalan para korban, dalam bentuk harta tak bergerak seperti tanah bekas 
rumahnya yang telah diratakan tsunami, kebun atau sawah, toko atau kiosnya yang 
juga telah hancur total akibat gempa dan gelombang air bah itu. Bahkan, harta 
lainnya yang tersimpan di bank.

      Untuk harta-harta peninggalan yang tak 'bertuan', pemerintah perlu 
merancang untuk menghimpunnya, sekaligus memproduktifkannya dalam berbagai 
model ekonomi dan (sedapat mungkin) menjadikannya sebagai dana abadi Aceh. Yang 
teramat penting dari langkah ini adalah dana abadi ini untuk kepentingan hidup 
para janda dan anak-anak yatim (dan yatim piatu) saat ini dan mendatang 
(termasuk cita-citanya). Dengan pendekatan ini, di atas kertas, akumulasi dana 
abadi ini bukan hanya memperpanjang nafas para janda dan anak-anak yatim (atau 
yatim piatu), tetapi juga dapat mengekspresikan cita-citanya secara pasti. 
Bahkan, dengan dana abadi itu pula, mereka yang berhak dapat menyampaikan 
proposal untuk agenda pemberdayaan ekonomi dirinya.

      Dengan demikian, yang perlu dilakukan lebih jauh oleh pemerintah adalah 
mendirikan badan pengelola independen (dalam lindungan pemerintah daerah atau 
negara) dengan membuat aturan atau sistem yang jelas serta menjaga amanah dan 
menciptakan program yang mampu mengembangkan dana abadi itu. Sejumlah terobosan 
ekonomi yang berbasis bisnis diperlukan sejalan dengan tingkat permintaan para 
janda dan atau anak-anak yatim (atau yatim piatu) akan meningkat. Ketiadaan 
terobosan akan membuat posisi dana abadi akan segera berkurang secara 
signifikan. Juga, sangat tidak rasional (tidak berimbang antara pengeluaran dan 
pemasukan) jika hanya mengandalkan kelebihan margin seperti suku bunga. 
Idealnya, sebagian dana abadi itu diolah dalam unit bisnis tertentu, bersifat 
langsung atau penyertaan modal. Meski terobosan yang bernuansa bisnis terdapat 
risiko (loss), tetapi di sanalah urgensinya pihak pengelola untuk jeli dan 
harus pandai mengembangkan dana abadinya, tetapi dalam kerangka mem
 bengkakkan dana abadi itu.

      Yang menarik untuk dicatat, pembengkakan dana abadi bukan hanya cukup 
untuk nyumponin para janda dan cita-cita para anak yatim (yatim piatu), tapi 
sangat mungkin untuk ikut membiayai proses rekonstruksi. Andai tesertakan ke 
proyek rekonstruksi, barangkali akan sangat bermakna jika dana abadi itu masuk 
ke sektor-sektor ekonomi seperti pembangunan pasar, terminal, gedung-gedung 
perkantoran, pelabuhan dan masih banyak lagi yang semua itu bernilai profitable 
dan duratif. Sementara itu, pembangunan infrastruktur yang tidak memberikan 
efek profit, biarlah menggantungkan anggaran pemerintah. Sikap seperti ini 
(boleh jadi) membebani. Tetapi, partisipasi badan pengelola dana abadi Aceh itu 
sudah merupakan faktor penting dalam mengurangi beban anggaran pemerintah yang 
sedianya memang bertanggung jawab. Karena itu, pemerintah pusat kiranya akan 
menyambut positif jika muncul dana abadi Aceh yang berfungsi maksimal.

      ***

      Dalam kaitan itu kita dapat melihat jelas peran strategis badan pengelola 
dana abadi Aceh itu. Badan ini (sebagai pundi-pundi ekonomi kedua) juga bisa 
berperan sebagai wadah yang otoritatif untuk menerima bantuan keuangan atau 
lainnya dalam kaitan rekonstruksi Aceh. Barangkali (untuk menghindari 
misalokasi dana bantuan domestik atau asing yang telah tertera jelas untuk 
Aceh) pemerintah pusat perlu memindahkan bantuan itu ke rekening milik badan 
pengelola dana abadi Aceh.

      Realitas itu (sekali lagi jika terjadi) memberikan harapan dan cita-cita 
rekonstruksi fisik dan mental di tengah Aceh yang akan lebih cepat. Namun, 
realitas ini bukan tanpa kendala serius. Banjirnya dana yang bernilai triliunan 
rupiah akan menjadi 'lahan' subur perburuan bagi para 'petualang' korupsi dari 
mana pun, tidak pandang pusat ataupun daerah ataupun status kepegawaian. Karena 
itu, persoalan pengawasan ketat atas setiap penggunaan (pengeluaran) menjadi 
sangat krusial. Untuk kepentingan pengawasan maksimal ini tampaknya perlu 
melibatkan orang-orang yang selama ini tercatat bersih (clean) dari dunia hitam 
(korupsi), dari Aceh itu sendiri ataupun non-Tanah Rencong.

      Untuk kepentingan maksimalisasi peran badan pengelola dana abadi itu, 
aspek penegakan hukum yang tegas juga menjadi bagian integral yang harus 
menjadi komitmen kuat. Refleksinya, harus ada tindakan tegas manakala terjadi 
penyalahgunaan dana abadi. Diakui, realisasi komitmen antipenyalahgunaan 
bukanlah hal sepele. Fenomena sering terlihat adanya persekongkolan antara tim 
pengawas dan pengelola, atau pengelola dan tim penegak hukumnya, sehingga 
korupsi akan tetap lolos.

      Sekali lagi, tidak mudah untuk mencari pengelola yang benar-benar amanah. 
Kini, yang berbicara adalah nurani dan keinginan kuat: benarkah akan segera 
mengakhiri penderitaan warga Aceh dengan cara merealisasikan proyek 
rekonstruksi Tanah Rencong itu? Siapa pun orangnya yang memang prihatin dengan 
penderitaan Aceh saat ini dan segera ingin mengakhirinya, akan terpanggil untuk 
ikut mengawal jalannya badan pengelola dana abadi tanpa penyimpangan. Rasa 
keterpanggilan itu harus jauh lebih kuat bagi warga Aceh.

      Di depan mata, dana abadi akan banyak berbicara untuk kepentingan jangka 
menengah dan panjang Aceh. Namun, semua itu sangat tergantung pada tekad 
menjaga kepercayaan dana yang terhimpun itu. Karenanya, dana kepercayaan yang 
berbendera Aceh itu Aceh Trust Fund (ATF) haruslah menjadi milik keluarga besar 
warga Aceh yang diterjemahkan dalam misi kemanusiaan dan penguatan ekonomi yang 
bisa dirancang lebih jauh untuk program lainnya seperti pendidikan. Kini 
seluruh publik yang menyatakan cinta Aceh diuji untuk membuktikannya, akankah 
kepincut mengganggu ATF atau sebaliknya: justru mengibarkannya demi percepatan 
pemulihan Tanah Rencong itu? Waktu yang akan menjawab pasti.***
     


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: ppiindia-digest@xxxxxxxxxxxxxxx
5. No-email/web only: ppiindia-nomail@xxxxxxxxxxxxxxx
6. kembali menerima email: ppiindia-normal@xxxxxxxxxxxxxxx
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscribe@xxxxxxxxxxxxxxx

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Website resmi http://www.ppi-india.uni.cc **

Other related posts:

  • » [nasional_list] [ppiindia] Dana Abadi bagi para Janda di Aceh